Malam belum terlalu larut, namun langit gelap seolah menelan cahaya bintang. Meskipun demikian, malam ini terasa istimewa setelah kejadian tadi.
Masih di tempat yang sama, kedua anak Adam itu duduk bersisian, menikmati minuman mereka masing-masing. Yuta mengangkat pandangannya ke langit. "Apa harapanmu?" tanyanya santai.
Yang ditanya, Winwin, menoleh dan tersenyum singkat. "Rahasia," jawabnya.
Senyum itu, entah bagaimana, membuat Yuta lupa bahwa mereka hanya sebatas teman. Lebih dari itu, dia lupa kenyataan bahwa mereka adalah dua pria. Rasa kagum pada temannya tak dapat disembunyikan, walaupun ia tahu perasaan itu seharusnya diredam.
"Kenapa menatap ku begitu?" tanya Winwin dengan nada sedikit penasaran, sambil kembali menyesap teh dari gelasnya.
"Ayo berciuman."
Winwin tersedak teh. Matanya membulat tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. Melihat reaksi Winwin yang terbatuk-batuk, Yuta hanya tertawa terbahak. "Santai, aku hanya bercanda," lanjutnya.
Dengan napas yang mulai stabil, Winwin merasa lega. Sambil mengelap tumpahan teh di bajunya dengan tisu, dia menggerutu pelan, "Gurauan macam apa itu..."
Kesunyian melingkupi mereka sejenak. Udara semakin dingin, dan Winwin tampak menggigil dengan kaus tipis yang ia kenakan. Menyadari hal itu, Yuta akhirnya angkat bicara, "Udara semakin dingin. Ayo masuk." Winwin hanya mengangguk dan mengikuti Yuta dari belakang.
Sesampainya di dalam, Yuta tiba-tiba melemparkan hoodie merah ke arah Winwin. Refleks, Winwin menangkapnya, dan tanpa berpikir panjang, ia memakainya. Sifat perhatian Yuta memang sering muncul tiba-tiba, meskipun terkadang ia terlambat menyadarinya.
⠀⠀⠀
⠀⠀⠀
⠀⠀⠀
⠀⠀⠀
⠀⠀⠀———
⠀⠀⠀
⠀⠀⠀
⠀⠀⠀Winwin membuka pintu kamar kakaknya dengan perlahan. Ia mendekat dan duduk di samping ranjang, menyerahkan semangkuk sup hangat kepada kakaknya yang tampak lemah dan lesu.
"Kau ingin membiarkanku mati, ya? Bodoh!" cecar kakaknya dengan nada penuh amarah.
Winwin menundukkan kepala. "Maaf... Aku terlambat," ucapnya lirih. Sudah sore sejak terakhir kali kakaknya makan, dan sekarang waktu sudah menunjukkan pukul sembilan lebih.
"Kau pikir bisa memanfaatkan keadaanku yang lemah untuk membiarkanku mati kelaparan?" ujar sang kakak dengan sinis.
Winwin hanya diam. Walau seberapa besar rasa bencinya terhadap kakaknya, ia tak mungkin tega melakukan hal seperti itu. Ia bangkit dan meninggalkan kamar tanpa sepatah kata lagi, lalu membaringkan tubuh di atas kasur miliknya.
Ditariknya napas panjang, tubuhnya terasa lelah, sementara pikirannya kacau. Perasaan bahagia dan sedih berkecamuk dalam satu waktu. Rasanya seperti mengalami musim dingin dan panas sekaligus di bawah langit yang sama.
⠀⠀⠀
⠀⠀⠀
⠀⠀⠀
⠀⠀⠀
⠀⠀⠀
KAMU SEDANG MEMBACA
HEATHER | YUWIN
Fanfiction「 SELESAI 」 Pada masanya, kau akan sepenuhnya terelakan pada kisah yang sudah semestinya terselesaikan. - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Boy x Boy Yuta x Winwin Short part (( FYI typing masih acak acakan)) ©thelicate 2020 - 2021...