17

1.7K 286 62
                                    

Setelah menemani Yuta berbelanja kemarin, mereka menghabiskan sisa hari hingga petang dengan bermain basket

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah menemani Yuta berbelanja kemarin, mereka menghabiskan sisa hari hingga petang dengan bermain basket. Kini, keduanya duduk di atas balkon, menikmati pemandangan sekitar. Tidak ada senja di langit, hanya burung-burung yang terbang bebas. Meski udara terasa dingin, kehangatan hadir dari canda tawa yang mereka bagi bersama.

Winwin bertanya-tanya dalam hatinya; apakah ia benar-benar berarti bagi Yuta, atau hanya sekadar teman belaka. Sebab, teman biasanya tidak berciuman, kan? Namun, mereka melakukannya. Hujan yang turun saat itu menjadi saksi, dan sampai sekarang Winwin masih belum mengerti alasan Yuta melakukannya.

Sebelum bertanya lebih jauh, Winwin berdehem, mencoba membuka pembicaraan. "Yuta, menurutmu aku ini apa?" tanyanya, memalingkan pandangan ke langit yang perlahan mulai menggelap.

Yuta menoleh sebentar, "Teman?" ia menggeleng pelan sebelum melanjutkan, "Teman yang berharga?" jawabnya dengan nada ragu, membuat Winwin mengalihkan pandangannya ke lantai di bawah.

Melihat temannya yang terdiam, Yuta bertanya, "Kau ingin aku menjawab apa?"

Winwin tersenyum miris, matanya menatap Yuta dengan datar. "Kenapa kau menciumku waktu itu, Yuta?" tanyanya tanpa membuang pandangan.

Yuta hanya terkekeh kecil, menyandarkan punggungnya di kursi lalu menyilangkan tangan di dada. "Karena aku menginginkannya," jawabnya santai, seolah tidak ada makna mendalam di baliknya.

Karena ia menginginkannya?

Jawaban Yuta begitu sederhana, tidak menyiratkan perasaan apa pun di balik tindakan itu. Winwin merasa ada yang tidak beres; ada sesuatu yang tidak terkatakan.

Yuta melihat bagaimana temannya tampak tenggelam dalam pikiran. Ia menghela napas, mencoba meredam keheningan yang terasa canggung. "Kubilang lupakan saja soal itu," ucapnya, bangkit dari kursi dan masuk ke dalam rumah, meninggalkan Winwin sendirian di balkon.

Langit semakin gelap, dan waktu seakan berlalu begitu cepat, seolah tidak memberi kesempatan lebih lama untuk kebersamaan mereka.

Winwin menggelengkan kepalanya, mencoba mengusir pikiran yang mulai bercampur dengan harapan yang ia tahu tak seharusnya ada. Ingat, Winwin, dia sudah punya kekasih, pikirnya.

Tanpa disadari, air mata mulai menggenangi matanya. Ada rasa sesak di dadanya, seperti ada sesuatu yang sulit untuk dilepaskan.

Di balik pintu yang sedikit terbuka, Yuta melihat Winwin. Ia tidak bisa mendengar isakan halus temannya, tapi ia tahu ada sesuatu yang salah. Apakah ada kata-katanya yang menyakiti Winwin? Namun, apa yang sebenarnya ia ucapkan?
⠀⠀⠀
⠀⠀⠀
⠀⠀⠀
⠀⠀⠀
⠀⠀⠀

─────


⠀⠀⠀
⠀⠀⠀
⠀⠀⠀
⠀⠀⠀
⠀⠀⠀

Pelajaran masih berlangsung, dan Yuta tampak tersenyum sendiri sambil memandang ke arah guru di depan kelas. Winwin yang duduk di sebelahnya merasa heran dengan tingkah aneh temannya itu.

Dengan suara pelan, Winwin berbisik, "Yuta, kau sakit?" Seketika itu juga, senyum Yuta pudar.

Yuta menepuk bahu Winwin pelan, "Diam," ujarnya sambil tersenyum tipis. Winwin hanya bisa terkekeh, tapi sungguh, hari ini Yuta berbeda. Ada sesuatu yang membuatnya tampak begitu bahagia.

Ketika bel istirahat berbunyi, semua murid berbondong-bondong keluar kelas menuju kantin. Hanya Yuta dan Winwin yang masih duduk di tempat.

Yuta meregangkan otot-ototnya sambil menguap, dan kembali tersenyum. Tanpa aba-aba, ia tiba-tiba memeluk erat Winwin, membuat Winwin sedikit terkejut.

"Yuta, lepas," ucap Winwin sambil berusaha melepaskan pelukan itu.

"Sebentar saja, Win. Aku benar-benar senang hari ini," jawab Yuta, masih memeluknya.

Winwin sudah menduga bahwa ada sesuatu yang membuat Yuta sangat gembira. Setelah melepaskan pelukan, Yuta berdiri dan berkata, "Ayo ke kantin. Aku yang akan mentraktirmu." Ia pun berjalan lebih dulu, diikuti Winwin yang mengekor dari belakang.

Saat mereka berjalan menuju kantin, Winwin memicingkan matanya dan bertanya, "Yuta, apa yang membuatmu tiba-tiba berubah seperti ini?"

Yuta menoleh sambil tersenyum, "Minggu nanti, mau ikut ke bandara?"

"Untuk apa?" tanya Winwin penasaran.

"Aku akan memberitahumu alasan kenapa aku bahagia hari ini.," jawab Yuta singkat, dengan senyum yang masih menghiasi wajahnya.

⠀⠀⠀
⠀⠀⠀
⠀⠀⠀
⠀⠀⠀
⠀⠀⠀

HEATHER | YUWINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang