20

1.7K 274 13
                                    

Saat pesawat lepas landas, Sana berusaha menenangkan hatinya yang berkecamuk dengan menatap langit biru yang mulai beranjak pudar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Saat pesawat lepas landas, Sana berusaha menenangkan hatinya yang berkecamuk dengan menatap langit biru yang mulai beranjak pudar. Meskipun senyumnya tetap mengembang, ada rasa rindu dan cemas yang perlahan menguasai pikirannya. Berjam-jam di udara seakan berlalu begitu cepat, dan sebelum ia menyadarinya, pesawat telah mendarat dengan mulus di Bandara Gimpo.

Dengan koper merah di tangan, Sana melangkah keluar dari bandara. Langit kota Seoul yang terlihat mendung menyambut kedatangannya. Ia memutuskan untuk naik taksi menuju rumah Yuta, berharap bisa memberikan kejutan manis kepada kekasihnya. Selama perjalanan, ia menikmati pemandangan kota yang sibuk dan meriah. Namun, tiba-tiba hujan mulai turun, semakin menambah nuansa melankolis sore itu.

Saat taksi berhenti di jalan yang dituju, Sana membuka jendela dan memandang keluar. Di sana, di bawah rintik hujan, ia melihat Yuta—bersama pria lain. Keduanya berpelukan erat dan tiba-tiba saja bibir mereka bersentuhan. Sana terkesiap, dadanya terasa sesak seketika.

"Apakah itu benar-benar kau, Yuta?" bisiknya pelan, seakan bertanya pada dirinya sendiri. Ia menatap ke depan dengan pandangan kosong, perasaannya campur aduk.

Setelah terdiam beberapa saat, ia meminta supir taksi untuk mencarikannya hotel terdekat. Sana merasa butuh waktu untuk menenangkan diri dan memikirkan langkah apa yang akan ia ambil selanjutnya.
⠀⠀⠀
⠀⠀⠀
⠀⠀⠀
⠀⠀⠀
⠀⠀⠀

———


⠀⠀⠀
⠀⠀⠀
⠀⠀⠀
⠀⠀⠀
⠀⠀⠀

Hari ini, Winwin terlihat berkutat dengan gitar di tangannya, mencoba menyelaraskan suara gitar dengan lagu yang akan ia nyanyikan agar terdengar lebih sempurna. Xiaojun duduk di dekatnya, menghafalkan beberapa bait lirik lagu.

Tiba-tiba, Yuta datang membawa sebotol Pocari Sweat, membuat Winwin menghentikan permainan gitarnya.

"Win, ayo pulang," ajak Yuta sambil menarik tangan Winwin agar berdiri.

Namun, Winwin hanya menatapnya datar dan tidak bergerak. "Aku akan pulang sendiri," ucapnya, sambil melepaskan genggaman Yuta.

Yuta mendengus kesal. "Kamu kan biasanya tidak pulang sendiri. Ayo."

Winwin kemudian bangkit, meletakkan gitar coklatnya di atas kursi yang baru saja ia duduki. Ia berjalan mendekati Xiaojun, lalu menggenggam tangan Xiaojun, membuat temannya itu terkejut.

"Aku akan pulang bersama Xiaojun. Benar, kan?" katanya pada Xiaojun yang segera mengangguk. "Ya, tenang saja."

Pandangan Yuta tertuju pada tangan mereka yang saling menggenggam. Dia hanya memutar matanya malas sebelum akhirnya keluar dari ruang latihan.

Setelah Yuta pergi, Winwin melepaskan tangan Xiaojun. "Maaf," ujarnya.

"Tidak masalah," balas Xiaojun santai.


a/n:
semoga ada yg sadar sesuatu pas di part 10

HEATHER | YUWINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang