5: [The Foreigners]

206 23 0
                                    

Happy Reading!

My Fav Pet

_________________________

Hidupnya kembali damai ketika duo kisruh perusak ketenangan sudah memulangkan diri akibat kelelahan. Membebaskan Chicka-Chicko didalam rumah adalah usut terbaik untuk mengurangi durasi mereka menyampah dirumahnya.

Katakan jahat dan kejam. Ryan benar-benar benci keributan sekarang. Dia suka dengan keadaan yang kosong dan sunyi untuk ruangnya merenung.

Rupanya cuaca turut mendukung. Suhu rendah ditemani secangkir kopi hangat, ini suasana favoritnya. Dan dia, benci diganggu saat-saat seperti ini.

Ditengah suara hujan yang menderas, samar-samar dia mendengar pintu-nya yang diketuk keras.

Bukan sekali, dua kali. Melainkan berkali-kali dan terkesan tidak sabaran.

Ryan mengernyit tak suka, orang tak beradab mana yang datang ditengah hujan dan tengah malam seperti ini?!

Maka dia berjalan dengan langkah lebar, bermaksud menyemprot dengan kata-kata ketusnya, seperti biasa.

Membuka pintu dengan emosi menggebu, belum sempat mengambil satu gerakan dalam satu detik saja, seseorang langsung menyelinap masuk dan bersuruk kebawah meja-nya.

Tentu hal itu membuat darah putih Ryan berdesir  hingga ke ubun-ubun. Dengan masih berdiri diambang pintu, dia berseru emosi dengan suara beratnya, “Kelakuan gila apa yang lo lakukan?!” Teriaknya penuh amarah dan tekanan.

Tidak ada respon, Ryan menghampiri tanpa mau susah-susah berjongkok. Dia terlalu tinggi untuk melakukan hal itu. “Keluar sekarang.” Ujarnya tajam, kentara sekali menahan emosi yang teramat sangat.

Tidak juga, Ryan menarik rambut kasar itu hingga keluar dari persembunyian. Tanpa belas kasih tentu saja. “KELUAR DARI RUMAH GUE SEKARANG JUGA!” Tak tanggung-tanggung, Ryan teriak didepan wajah yang kumel dan tidak terurus itu.

Perempuan memang berdominan nangis. Gadis itu mengeluarkan air mata, tubuhnya bergetar ketakutan dengan napas tersendat-sendat, lalu terjatuh saat dia sentak kebelakang untuk melepas cengkramannya disurai cokelat yang kusut seperti serabut kelapa itu. Diseluruh kulitnya, ada bercak-bercak hitam seperti luntur karena basah air hujan. “Bangun, jangan bikin drama baru disini.” Ujarnya dingin berusaha menyabarkan diri karena melihat gadis itu yang terdiam dengan posisi tertelungkup.

Ryan menarik napas dengan rakus, mengambil kerah belakang gadis tidak beradab itu hingga bisa dia tangkap wajah kotor yang sedang terpejam matanya. Tubuh gadis itu juga lunglai tak berdaya yang membuat Ryan terkekeh sinis. “Bagus juga drama lo.” Katanya rendah. Ternyata, tidak ada perempuan mana pun yang bisa menyetarakan gadis yang kini masih hinggap dihatinya. Semua cewek sama! Kecuali Ara yang apa ada-nya dan suci hatinya.

Ryan menyeret gadis itu keluar rumah tanpa belas kasihan, menaruhnya jauh dari pintu agar tidak mengganggu jalannya saat esok pagi. Membiarkan saja tubuh yang ringkih itu terbaring tak berdaya diteras rumahnya dan terkena hembusan air hujan.

Dia menutup pintu dengan menghela napas kasar, lalu berjalan dengan santai menuju kamar.

Namun, perasaannya mendadak tidak enak. Bagaimana kalau ada yang melihat dan mengadu-nya ke polisi? Bagaimana kalau gadis itu mati dan sidik jari terakhir ditubuh itu adalah jari miliknya?

“Kucing merepotkan!” Dia berdiri dari kasur dan membuka pintu dengan cepat.

Memungut kembali kerah belakang perempuan itu dan ditaruh kembali dibawah meja. “Disitu memang dikhususkan untuk kucing-kucing kampung.” Gumamnya kemudian memasuki kamar dengan perasaan yang lebih tenang.

Iya, perasaan dan hatinya benar-benar sudah mati. Keras dan gelap yang tidak tersentuh.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Bang Ryan beneran berubah drastis kan ya:((

Lihat saja kejutan part selanjutnya!

Don't forget to vote and comment!

My Fav PetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang