9:[Giselle]

170 23 1
                                    




Happy Reading



“WOI, LAH! LO BELUM MAU CERITA JUGA, YA, KUPRET?!”

Ditengah suara gaduh dari kelas jam kosong, suara Angga lebih mendominasi didalam ruangan. Dia masih bertanya-tanya tentang perubahan jadwal Ryan yang jauh melenceng dari sebelum-sebelumnya.

Biasanya siang pulang sekolah, lelaki itu langsung istirahat tidur sampai menjelang sore. Namun kemarin rumahnya kosong penghuni saat mereka kunjungi. Sore adalah waktu Ryan belajar, maka jangan pernah ganggu atau ajak keluar jika tidak mau dijadikan santapan duo peliharaan. Namun kemarin, lelaki itu keluar dengan pakaian santai tanpa mau diikuti oleh mereka.

Mungkin mencari makan, tetapi hidup Ryan terlampau tertata rapi karena pulang sekolah langsung mengisi perut yang kosong. Alasan orang tua? Rasanya tidak terlalu mungkin, Ryan akan mengunjungi orang tuanya saat weekend tiba.

“Kepo, lo, kek notaris.”

“Beda konsep, guoblok!” Balas Gilang sambil melempar sisa gorengan dari piring menuju seragam kiri di-dada Ryan.

“ASSALAMUALAIKUM, GUYS!”

Semua mata memandang kearah satu objek yang tiba-tiba muncul dari balik pintu. Rambut legam bergelombang diikat menjadi satu, bibir tipis diberi liptint menambah kesan manis dari gadis kisruh.

Sebagian terhibur karena kekocakannya, sebagian yang lain merasa malas karena jika gadis itu datang maka mereka tidak boleh berbicara karena sedang melakukan vlog.

“GUE UDAH LAMA NGGAK KESINI, KAN, YA?! ADA YANG RINDU, NGGAK?” Teriaknya dengan wajah bahagia. Kamera ponsel merk mahal dia arahkan ke wajah.

“Rindu...”

“KAGAK!” Yang selalu menentang adalah Gilang, Angga dan Stefen. Gadis itu bagai parasut bagi Ryan, teman mereka. Gadis itu bukan warga 12 IPA 1, namun pembawaan ceria dengan rasa percaya diri tinggi membawanya enjoy saja. Ya, itu juga didukung dengan popularitas dan sekolah milik kakek.

“Gais, bertiga orang diujung sana itu enggak usah didenger, ya.” Katanya sambil mendelikkan mata dan mengarahkan ponsel kedepan mulutnya seolah berbisik. “Mereka orang gila.” Berbisik dengan suara keras, tidak ada manusia seperti itu.

“Heh, manusia astronot. Balik lo ke planet lo sendiri, gih. Bumi nggak kuat nampung manusia kayak lo.”

Namanya Giselle, satu-satunya gadis yang paling berani menggaduh Ryan. Suaranya cempreng menembus gendang telinga yang sedang berdekatan dengannya. “Ye si onyet! Gue ini makhluk yang paling dirindukan, tahu, kalo pergi.”

“Terserah nenek lampir!”

Giselle mendekat kearah orang yang teriak barusan. Menarik kuping Angga keatas kemudian dipelintir dengan tidak manusiawi.

“Sakit, woi, elah! Ryan cewek lo, nih!”

Sang punya nama hanya mengedikkan bahu sambil memainkan ponsel dengan santai.

Giselle menggeser posisi duduk Angga hingga terjatuh dari kursi untuk dia duduki. Tanpa melepas jeweran dikuping sang korban, dia mulai berbicara pelan namun tetap didengar dengan muka memelas. “Ryan itu cuek banget. Kenapa dia bisa jadi se cuek itu, ya?”

Stefen membalas ucapan Giselle dengan tawa menistakan gadis itu.

“Lo mau curhat lepas dulu kuping gue, alien!” Teriak Angga kesakitan. Bukannya melepas, gadis itu malah membenarkan posisi jari yang ingin lepas dari kupingnya.

Karena Angga yang sibuk merintih, dia menambah siksaan yakni menyumbat mulut lelaki itu dengan gumpalan kertas. “Padahal, dia itu dulu orangnya baik, banget. Suka ngasih gue sempolan, seblak, pokoknya makanan yang bikin perut gue buncit lah. Tapi sekarang,”

Ryan mendengus dalam tunduknya, melirik Giselle sebentar kemudian kembali melihat handphone dengan cuek. “Pesanan gue?”

Pertanyaan itu berhasil membuat semua mata dalam lingkup meja itu hampir menggelinding dari tempatnya.

“Yan, Yan—”

“Soal makanan aja inget, lo! Kuy ikut gue!”

Belum sempat Gilang menyuarakan protes inginkan Ryan jangan terlalu dekat dengan gadis bising itu, sang punya suara cempreng malah langsung memangkasnya.

Tidak sampai ingin mengeluarkan bola mata, sekarang respon Ryan membuat mulut mereka menganga. Lelaki itu langsung berdiri dan membiarkan Giselle berjalan disebelahnya.

“YAN SUMPAH DEMI APA, GUE PUNYA SEGUDANG CEWEK YANG SAMA PERSIS KAYAK ARA. ASAL JANGAN MANUSIA ALIEN SATU ITU, RYAN!”

“DAKJAL MEMBERKATIMU, ANGGA!” Teriak Giselle tak mau kalah.


•     •     •

To Be Continued

My Fav PetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang