8:[First Communication]

183 23 0
                                    

Happy Reading!






Kedamaian kamar kembali didapat. Seluruh pengunjung yang tidak berkepentingan dipulangkan. Menyarankan pasien agar kembali melakukan istirahat.

Ryan menghembuskan napas dengan kasar, sorot mata tajamnya mengarah tepat pada gadis yang sedang menunduk takut.

“Makan.”

Lagi-lagi gelengan menolak yang dia dapat. Sumber emosi yang sialnya harus ditahan, jawabannya gadis didepannya ini.

“Nya enggak suka.” Cicitan itu hampir tidak terdengar. “Nya pingin pulang. Ke kamar Nya.” Disini ramai, dia tidak mengerti ini tempat apa.

“Makanya makan, cepet sembuh dan berhenti nyusahin gue.”

Kepalanya mendongak, ucapan lelaki ini memang sering sekali melukai hatinya. Dia menunduk kembali. “Maaf.”

“Nggak perlu minta maaf, gue perlu sembuh lo.”

Sepertinya dia begitu menyusahkan lelaki itu. Perlahan menyendok nasi dengan tangan kanan yang bebas dari selang infus. Namun tetap saja, persendiannya begitu lemas hingga sekedar menahan sendok diudara pun sulit rasanya.

Jatuh. Bubur yang berada didalam sendok bertumpahan ke baju biru khas rumah sakit. Kulitnya terkena percikan bubur yang panas.

Ryan mengambil alih mangkuk dan sendok yang sedang gadis itu pegang, menaruh diatas meja kemudian mengeluarkan salap dari resep dokter.

Ini tidak akan sudi dia lakukan jika bukan karena manusia sensitif. Takut-takut keadaan yang seharusnya mulai membaik, malah down kembali akibat terpercik bubur panas.

Kegiatan Ryan yang mengoles salap ketangan kemudian membersihkan baju dari bubur tidak luput dari penglihatannya. Lelaki ini baik, hanya mulutnya yang tidak baik.

Ryan kembali duduk dikursi, menaruh mangkuk diatas pangkuan. Menyodorkan sendok didepan mulut gadis yang hanya diam menatapnya tak berkedip. “Udah gue suapin, perlu dikunyahin?”

“Enggak.” Menggeleng cepat merasa takut dengan pertanyaan intimidasi, dia segera melahap bubur didalam sendok. “Biasanya, Nya disuapin sama teti Nin. Dia selalu main ke kamar Nya.”

“Nggak nanya.”

“Nya kasih tau aja.”

“Bodo.”

“Jangan jahat-jahat, ya.”

“Bodo.”


•      •      •

Makan sudah disuapkan, minum sudah diambilkan, obat sudah dibuka lalu disodorkan, kasur sudah kembali dibaringkan, selimut juga sudah ditutup sebatas dada.

Gelar baru Ryan sekarang; babysitter untuk manusia asing plus cewe aneh tanpa bayaran. Untung imbalannya pahala, sempat tidak mendapat apa-apa sudah Ryan buang manusia ini ke payau.

Jangankan makan, untuk mengganti baju seragam saja belum mendapat waktu baginya. Andai manusia memiliki label harga, sudah dia jual cewe asing ini dengan harga murah agar cepat diangkut orang.

“Gue pulang.”

Baru saja berdiri, belum sempat melangkah, ujung jarinya ditahan oleh tangan yang terdapat infus. Dia melepas perlahan dan membenarkan posisi tangan gadis itu kembali. Takut-takut bergeser posisinya, sedangkan kulitnya sudah terkelupas saja. Namanya juga manusia sensitif.

“Nya ikut. Nya takut disini. Jangan tinggalin Nya.”

Racauan gadis itu terdengar bergetar dengan pancaran mata ketakutan, mungkin ingin langsung duduk untuk mencegahnya, namun keadaan tubuh perlahan-lahan sudah terpengaruh oleh obat. “Cuma sebentar.”

“Enggak. Kamu mau pulang. Nya enggak kenal mereka disini. Nya mau ikut kamu aja.”

“Lo juga nggak kenal gue.”

Terpaku seketika. Benar juga, dia belum atau bahkan tidak mengenal sama sekali lelaki ini. Tetapi, mengapa dia merasa tidak asing?

Ryan membenarkan posisi tas sekolah dibahunya. “Ganti baju dan kasih makan peliharaan, lalu balik lagi kesini.”

Ucapan lelaki itu bisa dipercaya? Bagaimana jika dia ditinggal sendiri disini?

Pertanyaan-pertanyaannya dijawab dengan tepukan kecil didahi, posisi bantal yang miring dibenarkan oleh lelaki ini. Nya terdiam diposisi menatap lelaki itu dari bawah.

“Gue sebentar.”

Ini adalah faktor besar yang membuat dia merasa tidak asing disisi lelaki itu. Perhatiannya.

Menatap punggung lebar yang mulai berjalan menjauh, kemudian menggulirkan bola mata kearah handphone yang ditaruh diatas perutnya.

•      •      •

Kesan kalian terhadap chapt ini?! 😈

My Fav PetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang