6:[Rantai Sial]

200 22 0
                                    

Happy Reading!

My Fav Pet

____________________________

Rutinitas pagi sebelum bersiap untuk berangkat sekolah, adalah memberi Chicka dan Chicko asupan. Terlambat saja dia membuka pintu, maka mereka tak hentinya mengaum dengan masing-masing suara khas.

“Awas lo abisin makan Chicka, nggak gue kasih makan satu bulan lo.”

Kasihan sekali melihat singa jantan yang terus diancam oleh Ryan. Tak salah juga, karena Chicko memang suka mencuri makanan dirumahnya.

Selanjutnya dia belum bisa langsung mandi, untung saja waktu masih pagi hingga ia sempatkan melihat manusia semalam.

Semoga masih hidup.

“Heh.” Panggilan itu jelas dia arahkan langsung untuk gadis yang masih pada posisi meringkuk. Tidak mau berjongkok, itu hanya buang-buang waktu dan tenaga. Gadis itu telah membuatnya repot. Dia tidak suka direpotkan.

Terlalu lama menunggu, Ryan mendengus sambil menurunkan tubuh. Tatapan menyala dia arahkan langsung menuju netra bulat yang menunjukkan ketakutan. Salah satu sudut bibirnya terangkat.

“Lo kira gue bakal kasihan?” Dia menaruh handuk dan pakaian dilantai, didorong agar beberapa helai kain itu mendekat pada cewe kumel. “Gue selesai, lo selesai dan segera angkat kaki dari rumah gue.”

Tajam, menusuk, aura intimidasi. Selesai dipenghujung sepenggal kalimat itu, Ryan berdiri dan melenggang meninggalkan.

Ryan yang hangat betul sudah musnah.




•       •       •


Kamar mandi yang tidak pernah terpakai berada tepat didekat ruang televisi. Namun sekarang suara percikan air terdengar dari luar sini.

Sudah hampir pukul setengah tujuh, biasanya jam segini dia sudah nongkrong dibangku sekolah. Tadi tenaga, sekarang waktu. Ini adalah hari pertama dan terakhir untuk dia mengorbankan hal yang sia-sia.

Yang ditunggu keluar juga.

Namun, ada perbedaan mengejutkan. Sepertinya gadis ini, bukan gadis semalam. Tidak mungkin wujudnya langsung berubah bahkan tiga ratus enam puluh derajat.

Kaos hitam dan celana pendek putih menjadi pengorbanan yang kesekian kalinya. Tampak kebesaran ditubuh mungil dan putih itu. Kulitnya akan lebih terang jika dibandingkan dengan susu.

Menyelesaikan tilikan dari bawah sampai atas, yang membuat Ryan yakin adalah pancaran takut yang masih gadis itu keluarkan. Itu berarti masih gadis yang sama.Dia berdiri sambil menggantung tas hitam disalah satu bahu bidang. “Sudah? Silahkan angkat kaki dari rumah gue.” Katanya datar.

Tidak ada respon yang lebih spesial, tubuh gadis itu masih bergetar. Bunyi suara gigi bergemelatuk menandakan bibir pucat gadis itu yang ikut bergetar.

Ini bukan drama. Ryan memasukkan salah satu tangan didalam saku celana abu-abu.

“Jangan buang-buang waktu. Sekarang.”

Tak disangka-sangka. Pengorbanan-nya mesti berlanjut ketika melihat manusia didepan sana jatuh kelantai. Tak sadarkan diri.

Tuhan, beri Ryan sebuah lobang agar emosinya bisa keluar dari sana dan tidak berlaku kurang ajar. Membuang gadis itu ke empang misalnya.


•          •          •



“Dia alergi daging mentah, namun tetap mengonsumsinya. Kebetulan masuk angin menyerang dengan organ tubuh dalam maupun luarnya yang terlampau sensitif.”

My Fav PetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang