21.[Perasaan Tak Biasa]

94 13 0
                                    



"Kita mau kemana, Tess? Bukan-nya country ada disebelah sana, ya?"

"Iya, Sonya. Gue mau jemput calon pacar dulu, soalnya dia sendirian. Kasihan."

Dua gadis yang memiliki postur unggul dari gadis kebanyakan, punya wajah menawan, membuat mereka selalu menyita pusat perhatian. Ya, mereka berdua adalah Sonya dan Tessa. Bertemu di ruangan yang sama, dengan obrolan pertama kali sefrekuensi membawa mereka bisa dekat seperti sekarang.

"Tapi aku harus kesana sekarang, Tessa. Ada seseorang yang nungguin." Kata Sonya yang pasrah saja diseret cepat-cepat oleh Tessa. Masalahnya, Sonya sudah diperintah Ryan untuk pergi ke country supaya cowok itu bisa memantau Sonya meskipun dari kejauhan.

"Iyaaa, sabar, Zheyeng. Lo mau lihat orang ganteng, nggak? Nyesel, loh, kalau enggak lihat mantan pacar gue yang tampan spek nabi Yunus."

Sonya merotasikan bola mata keatas, kelihatan tertarik. "Oke. Kita lihat, mana lebih ganteng sama Pu."

Tessa mendelik ke wajah Sonya, ekspresinya sangat tak terima. "Pasti lebih ganteng dari Pu lo. Dia ini gantengnya enggak manusiawi! Iihhhh, gemesss!"

Sonya meringis ketika Tessa yang heboh, malah gerakan tubuhnya yang ikut lasak. Ketika Tessa menunduk cepat, Sonya juga merundukkan kepala.

"Astaga, Sonya. Maaf! Ya ampun berdarah, makanya sih kuku gue terlalu panjang tapi cantik, sih." Otomatis mereka berhenti ditengah koridor, Tessa cepat-cepat menyambar selembar tissu dari dalam tote-bag nya.

"Enggak-papa, Tessa. Ini nggak sakit, kok."

"Enggak sakit apa-nya, Anjir?!" Pekik Tessa ngegas, matanya melotot ke wajah Sonya namun kemudian kembali fokus ke tangan teman-nya yang terluka cukup dalam. Raut khawatir terpelihara kentara diwajahnya.

Sonya mengedip-kedip, kemudian ikut memerhatikan bercak-bercak darah menodai tangan seputih susu. Namun, dari sudut matanya melihat gelagat orang familiar. Sonya mendongak, sudah ada Ryan yang berdiri disamping Tessa sembari memerhatikan-nya. Pupil Sonya membesar ditengah mengedip-kedip bingung. Bukankah janji mereka dari rumah, berlagak tidak saling mengenal namun dirinya tetap dalam jangkuan mata Ryan? Lalu, kenapa lelaki itu terang-terangan menatapnya?

"Tessa."

Tessa tersentak, seketika mendongak dan menatap Ryan kaget. Wajahnya langsung berubah manis dalam sekejap tanpa melepas tangan Sonya yang masih dalam urusannya. "Eh, Ryan."

Sonya menatap mereka bergantian. Ryan dan Tessa saling mengenal?

"Sonya. Ini, loh, yang gue bilang itu. Namanya Ryan, mana Pu yang lo bilang lebih ganteng itu?" Tanya Tessa berlagak.

Ryan reflek berdehem, langsung membuang pandangan kearah lain. Bodoh!

Sementara Sonya mati-matian menutup ekspresi malu sekaligus panik. Dia tak menyangka kalau mereka bisa merujuk pada satu orang yang sama. "S-sama. Hehe."

"Enggak, deh, kayaknya. Ryan udah paling ganteng untuk ukuran semua wajah laki-laki. Iya, kan, Yan?"

Ryan menghembus napas kasar, kemudian menatap Sonya dan Tessa secara bergantian. Bermaksud mengalihkan topik. "Temen lo?" Tanyanya pada Tessa, berpura-pura saja.

Tessa mengangguk suka cita. "Cantik, kan? Tapi, lebih cantik gue satu tingkat diatas dia."

Bukan itu yang Ryan maksud, dia tidak peduli dengan celotehan Tessa. "Btw kenapa?" Tanyanya sambil melirik kegiatan Tessa yang masih membersihkan sisa darah ditangan Sonya.

"Tadi enggak sengaja ketancep kuku gue." Ungkap Tessa, namun kemudian langsung mendongak menatap Ryan. Tubuhnya mendekat ke lelaki itu yang sontak membuat Sonya ikut tertarik. "Eh, btw juga lo mulai banyak ngobrol sama gue sekarang. Padahal tadi marah-marah. Hehe."

My Fav PetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang