Happy Reading
Seluruh sudut kota sudah dia tempeli kertas yang terbilang cukup besar. Berharap semua orang melihatnya dengan jelas, dan segera menghubunginya untuk menjemput yang dicari.
Tempelan terakhir dia taruh pada papan informasi terbesar didepan kantor lurah, tanpa memedulikan kertas lain yang dia himpit dengan kertasnya.
Ryan tak peduli, yang penting gadis asing itu cepat angkat kaki. Membenarkan kupluk hoodie dan masker, dia mulai meng-gas motor dengan kecepatan tinggi.
• • •
Dia tidak tahu tempat ini. Ramai, bising, dan aroma aneh. Padahal sudah terhitung beberapa kali dia muntah, sekarang bau tak menyedapkan dari amis makanan bercampur obat-obatan membuat perut bergejolak mual lagi.
Ingin muntah, tapi isi lambung yang akan dimuntahkan sudah tidak ada. Lagian, kemana laki-laki itu? Apa dia tidak akan kembali lagi? Katanya sekolah, tapi dari kemarin-kemarin tidak selama ini.
Atensi-atensi negatif itu membuat dadanya mulai merasakan sesak. Seolah sedang bersitatap dengan bawang, matanya langsung menyimpan beling dibalik pelupuk.
“Bunda... Teti Nin... Nya enggak tau sekarang lagi dimana...” Lirihnya bergetar dengan bibir bergerak ketakutan. Menunduk dalam, yang tertahan tadi jatuh juga. Bercak-bercak air membasahi selimut yang membaluti tubuh bawahnya.
Belum sempat menutup wajah yang memerah dengan jemarinya, satu tangan yang sedang memegang sebuah sangkek menghentikan pergerakannya.
Pelan-pelan, Sonya menaikkan pandangan. Yang ditunggu-tunggu memunculkan diri, kegundahan tadi langsung meluap. Padahal dibalik pelupuknya masih menyimpan danau kecil, tapi senyum pertanda lega terbit seketika. “Nya kira, kamu enggak mau kesini lagi.” Menunduk untuk membuka sangkek yang disodorkan, isinya membuat dia menurunkan bahu. Cakwe lagi. Dia sudah tidak kuat memakan makanan hambar.
“Nyaman?”
Sonya reflek mendongak. “Hah?”
“Disini?”
Nyaman? Disini? Dia mengerjap-erjap bingung. Maksudnya apa, Sonya tidak paham. Dia simpulkan, laki-laki itu sepertinya tidak suka berbicara.
Ryan menarik napas, dihembuskan dengan kasar sehingga gadis didepannya tersentak dan langsung menunduk. Tangannya meraih badan besi tempat digantungnya air infus, ditarik hingga posisinya dekat dengan tangan yang terhubung dengan selangnya. “Ayo.”
Sonya mendongak cepat. “Mau kemana?” Dahi mengkerut adalah ekspresi dari rasa penasaran.
“Pindah.”
Satu kata itu sontak mengembangkan senyumnya. Ditambah laki-laki asing penyelamatnya membelakanginya, tentu saja dengan senang hati dia melingkarkan lengan di bahu bidang itu.
Sudah dipastikan aman pada posisinya, Ryan mengarahkan besi panjang berdiri yang diberi roda itu ke bagian tangan Sonya yang bebas dari selangnya. Tak mau berlama-lama ditempat sumpek ini, dia mulai melangkah lebar keluar kamar.
Niatnya biarkan gadis ini menetap disana, tapi keadaannya tidak memungkinkan bagi orang sakit yang perlu perawatan lebih.
Bukannya apa, sekarang saja dia seperti sedang membopong sebuah boneka tak bermassa. Terlalu ringan dan ringkih. Sudah kelewat sensitif, badannya pun tidak ada daging berarti. Ryan jadi was-was ketika tangannya tidak sengaja menekan saat menahan paha hingga kaki gadis itu bisa bengkok dari biasanya. Bisa dibayangkan seberapa kurus, kan?
Apalagi dibiarkan berlama-lama dikamar aroma beragam, bisa-bisa gadis itu tewas karena tidak diberi bernapas dengan bebas.
“Nya enggak suka dikamar itu. Kamu tau, ya, makanya dipindahin?”
“Gue yang nggak betah.”
Sonya melirik sisi kepala laki-laki itu hingga kepalanya meneleng. “Nya yang sakit, kenapa kamu yang enggak betah?”
“Terserah gue, lah.”
Sonya mengedip-kedipkan mata bulatnya, tersenyum kering sambil menatap kedepan. “Apa semua manusia ngomongnya kayak kamu?”
“Apa semua alien ngomongnya kayak lo?”
“Nya bukan alien, tau!” Tukasnya tidak terima.
“Oh.”
“Kata teti Nin, alien itu enggak ada. Cuma ada di film aja.”
“Oh.”
Sonya menggembungkan pipi. Entah laki-laki itu yang tidak suka bicara, atau karena tidak senang padanya? Yang memungkinkan, ya, opsi kedua. Berhenti di resepsionis, dia membalas tatapan-tatapan mereka dengan bingung.
Mengapa pancaran mereka seperti itu? “Apa semua tatapan orang-orang seperti itu?”
Mendengar gumaman dibelakang telinganya membuat Ryan mendengus kasar diam-diam.
Benar-benar cewek aneh! “Ruang vvip sebelah mana?”“M-mari ikut saya.” Salah satu dari perempuan-perempuan itu keluar, berjalan didepan dengan mereka membuntuti dibelakang.
Mereka berbisik, tetapi objek yang tidak boleh didengar malah bisa mengetahui dengan jelas. Ryan menarik kesimpulan kalau semua manusia dengan sandangan perempuan menyebalkan.
“Itu, loh, kemarin gue yang nanganin ceweknya berontak. Terus tiba-tiba si cowok ini dateng, langsung diem pasien cewek ini.”
“Sweet banget, auw.”
“Iya. Ceweknya rada aneh gitu.”
Memasuki lift, suster yang memandu mereka untuk menuju kamar yang diinginkan menekan angka 12 hingga benda kotak itu terasa bergerak keatas.
“Woah... Woaaaahhh...”
Ryan meringis diam-diam. Sudah cukup gadis ini dianggap aneh kemarin, jangan sampai keanehan selanjutnya membuat rasa malu juga tertular untuknya. “Nya...” Entah apa 'Nya' yang penting dia harus menghentikan bising gadis ini dulu.
“Ini tempat apa? Bergerak keatas, ya?”
Tuhan, dia ingin melepas tangannya hingga dia bisa kabur sendiri dan bebas dari gadis ini. Apalagi melihat suster disebelah mereka tercengang, Ryan benar-benar malu sekarang. “Iya. Diem.”
“Atau ini kotak ajaib yang keluar dari kantong doraemon? Bisa membawa kita ke masa lalu ataupun masa depan? Waaahhhh... Nya baru tau.”
Tadi tercengang, sekarang matanya melotot dengan mulut terbuka. Cewek ini hidup di zaman apa? Lift dibilang kotak ajaib?
Sementara yang bisa Ryan lakukan sekarang, hanya menunduk pasrah mengemban seluruhnya rasa malu. Disuruh diam, tapi ucapannya malah makin ngelantur. Mereka sudah dianggap aneh plus-plus pastinya.
Dan, ingatkan dia untuk melakban mulut gadis itu saat sudah keluar dari rumah sakit ini.
• • •
Sonya punya masalah hidup apasiii 😭😭
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fav Pet
RomanceKehidupan yang Ryan jalani selama satu tahun ini berjalan mulus tanpa kendala. Monoton lebih tepatnya. Kegiatan rutinnya untuk melupakan 'gadis edelweiss, adalah bergelut dengan kucing-kucing baru peliharaannya. Bukan kucing oren atau kucing imut...