Part 18

73 13 5
                                    

Assalamualaikum semuaaa
Aaa kangen banget dah lama ga next cerita karin hehe maafin yaaa

Selamat membaca

**

"Rumah lo di mana?" tanya kevin, mensejajarkan motornya dengan motor yang aku naiki

"Di komplek Antapani asri" jawabku sedikit berteriak

"Ohh oke" jawab dia sambil melajukan motornya dan langsung memposisikan di paling depan

Aku tersenyum, aku merasa seperti ratu sekarang, berada di tengah-tengah para cowo yang benar-benar tak pernah ku sangka akan sebaik ini, aku kira semua orang sama. Ternyata realita mematahkanku, masih banyak orang baik di dunia ini, dan aku beruntung bertemu mereka.

"Eumm, nama asli kamu siapa? Masa aku harus manggil minceu juga? " tanyaku, cowo di depanku ini melirik lewat kaca spion

"Angga syahputra" ucapnya, aku malah bengong "apa? Gak cocok ya? Hahaha" sambungnya tertawa, melihat ekspresiku yang sedikit kebingungan, sebenarnya aku hanya bingung kenapa nama sebagus itu di panggil minceu.

"Ehh engga, padahal namanya bagus loh, kenapa harus di panggil minceu? " tanyaku lagi

"Gak tau, panggilan dari dulu" ucapnya sambil tertawa "udah sis, lu juga panggil gue minceu aja, gak enak di denger kalo lu manggil gue angga hahah" sambungnya

"Hahah oke deh" ucapku sambil mengacungkan jempol.

"Woyy belok kiri" tiba-tiba kevin berteriak dari depan, aku baru sadar kalau hampir sampai, ini kan jalan masuk ke komplek ku.

"Rumah lo yang mana? " tanya minceu

"Itu rumahku, yang no 15 " jawabku, sambil menunjuk sebuah rumah.

"Akhirnya beban hidup berkurang" ucap minceu menarik napas panjang, aku hanya tersenyum

"Makasih ya minceu" ucapku tersenyum semanis mungkin

"Gak usah senyum-senyum gue gak suka cewe" ucapnya

"Hah" aku kaget, dia hanya tertawa.

Akhirnya sampai juga di depan rumah, aku langsung turun dari motor yang tadi ku naiki. Dan tersenyum ke arah mereka.

"Makasih ya, udah mau nganterin" ucapku tulus "kalian gak mau mampir dulu" sambungku basa basi, padahal aku belum berani bawa temen-temen masuk rumah, bukan apa-apa ini pertama kalinya aku punya teman cowo, "ehh emang mereka menganggapku teman", ucapku dalam hati

"Ehh gausah, kita mau langsung pulang, kasian anak mamih kepanasan nih muter-muter bandung" ucap kevin, melirik ke arah minceu, yang di tuju hanya mengangkat dagu dan mengibas-ngibaskan tangan ke wajah, tanda kepanasan, aku hanya tertawa.

"Ohh yaudah, hati-hati di jalannya" ucapku, merekapun akhirnya pergi.

**

Baru beberapa langkah masuk rumah, aku berpapasan dengan bang ari yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Bang.. " belum selesai aku berbicara bang ari langsung memotongnya

"Kalo lu ketemu gue di tempat umum gausah manggil-manggil, malu-malu in gue banget tau ga? " ucapnya
Bagai sebuah belati, ucapannya langsung menusuk jantungku begitu saja, ada rasa perih yang membuatku tak bisa berkutik karna menahan sakitnya.

"Maafin karin bang, tadi karin ga sengaja" ucapku sambil menunduk

"Kalo bisa lu pergi sejauh-jauhnya dari hidup gue" ucapnya begitu dingin tapi menusuk, ia membalikan badan dan memasuki kamarnya kembali, tapi baru saja tangannya menyentuh gagang pintu aku langsung memegang tangan satunya lagi.

"Bang... Dengerin dulu karin sebentar.. " ucapku, ia menghempaskan tanganku dengan kasar "bang apa salah karin? Sampai-sampai abang sebenci ini, dari karin kecil sampe sekarang abang selalu ngediemin karin, ga pernah ngajak ngobrol karin, gak pernah ngasih tau juga apa kesalahan karin sampai abang sebenci ini " sambungku dengan napas tersengal, aku menangis untuk pertama kalinya di depan bang ari. Ia membalikkan badan menghadapku dan menarik nafas panjang.

"Kesalahan lo tuh cuma satu, kenapa lahir ke dunia? Gara-gara lo lahir semua pusat perhatian hanya ke lo, kasih sayang nyokap, bokap, abang semua buat lo, gue? Gak ada yang pernah merhatiin, gue hidup sendiri, dan gue nyesel pernah ngerasa sayang ke lo pas lo lahir" ucapnya dengan nada tinggi

"Hanya gara-gara itu bang?  ini bisa di bicarakan baik-baik bang, dari kecil abang benci karin tanpa karin tau apa penyebab kebenciannya" ucapku masih menangis

"Hahaha lo bilang hanya gara-gara itu? Iya hanya gara-gara itu, gara-gara itu gue yang baru setahun harus di pisahin sama nyokap, gue malah di titipin di tetangga, gue gak pernah dapet kasih sayang dari semua orang waktu kecil, gara-gara ada lo gue sakitpun gak ada yang tau, sampai gue pernah kecelakaan pun, gak ada yang peduli, dan mereka malah peduli sama lo yang waktu itu sakit-sakitan, lu gak tau kan kalo gue pernah kecelakaan? Ya iya gak akan tau, orang satu keluarga cuma panik liat lo yang sakitnya gak seberapa" ucapnya dengan emosi, aku hanya diam " dan gara-gara lo gue di tuntut dewasa sebelum waktunya, apapun kesalahannya gue yang jadi sasaran kemarahan nyokap sama bokap, sekecil apapun luka di tubuh lo gue yang di tanya dan gue yang di salahin, dan sampe lo sebesar ini orang-orang rumah tetep ngebela lo, dan gue? Gue sendirian gak pernah ada yang ngebela gue, sekalipun itu abang-abang gue" lanjutnya dengan emosi, aku makin menunduk, bahuku bergetar, tangisku makin pecah. Kemana saja aku selama ini? Sampai tak tahu kalau bang ari paling tersakiti di sini, aku yang dari dulu merasa papah sama mamah begitu adil terhadap anak-anaknya ternyata bang ari tak pernah merasakannya, jadi siapa yang salah di sini?

Bang ari pergi begitu saja ke kamarnya dan membanting pintu dengan sangat keras meninggalkan aku yang masih mematung di depan kamarnya.


**

Huaaa bang ari dah ngasih tau nih apa penyebab kebenciannya.
Kayanya seru nih kalo denger cerita dari pov bang ari langsung.

Makasih udah baca cerita karin
Makasih juga udah setia nunggu

Kritik saran aku tungguu❤

jangan lupa vote dan komen yaaa
follow juga  : hilmaarifah15
Mari berteman:
Fb: hilma arifah
Ig: hilmaarifah15

Big luvvv❤

#salamsatutimbangan🤘

Gendut? So what?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang