Part 10

97 11 2
                                    

Assalamualaikum semua
Maaf nih lama
Selamat membaca

**

(Flasback on)

Jakarta, 2012

Bayangan keseruan bisa satu kelas dengan ke 6 orang yang saat masa orientasi mengajakku untuk berteman buyar sudah, ekspetasiku terlalu tinggi, hingga ketika realita tak sesuai, rasa kecewaku luar biasa. Yah, aku berbeda kelas dengan mereka. Meskipun pada akhirnya kita sekelas, tapi aku mengalami hal tak menyenangkan selama 6 bulan tanpa mereka,

Yah karna semester 2 aku pindah kelas.
Selama 6 bulan itu kejadian tak menyenangkan terjadi tiap hari, hinaan, cacian, makian sudah menjadi makanan ku tiap hari, sampai pada puncaknya, waktu itu sedang ada perlombaan antar kelas, semua orang berkumpul di gedung tempat olahraga basket, ada yang sedang latihan untuk lomba, ada yang bersiap menjadi suporter kelasnya masing-masing, ada pula yang hilir mudik tak karuan, dan aku? Aku tidak posisi ketiganya, aku menjadi babu kelasku, aku yang membawa peralatan teman-temanku, membawa dus air minum, makanan dan lain sebagainya. Aku tak berani melawan, aku tau ketika aku melawan, mereka akan semakin tertantang dan menjadi-jadi. Guru-guru tau soal ini? Tentu tidak, teman-temanku sangat pandai berakting, mereka akan tulus berteman jika di depan guru, dan menjadi lawan ketika tak ada guru, sungguh pintar sekali teman-temanku, eh apa pantas mereka di sebut teman? Dan aku? Apa aku menceritakan tentang ini kepada guru-guru di sini? Tidak, aku takut. Aku takut kalau guru-guru di sini akan menceritakan ini ke mamah dan papah, tak terbayang rasa kecewa mereka mendapati putrinya di bully habis-habisan. Hehe aku memang pengecut.

Teriakan para perempuan kala seorang laki-laki dengan tubuh jangkung dan wajah tampan memasuki lapangan, semakin menjadi-jadi, tak peduli dengan teman sekelasnya yang mengikuti lomba, para perempuan di sini hanya mendukung laki-laki tersebut, dan tanpa sadar aku ikut mendukungnya dengan tepukan tangan, ada perasaan aneh di hatiku, apa ini rasanya suka pada pandangan pertama? Ahh aku menebak-nebak, rasanya lebay ketika harus mengakui itu. Aku tetap berfikiran kalau ini hanya sekedar kagum, tak lebih. Aku tau kalaupun aku suka, aku harus sadar diri, tak baik jika aku menyukainya.

"Rendiiii... "

"Ayo rendi semangat... "

"Aku pendukungmu... "

ahh akhirnya aku tau siapa nama dia, rendi. Aku tersenyum. "Hehh babu, cepet ambilin minuman di sana" ucap salah satu perempuan yang tak lain teman kelasku, aku beranjak tak banyak bicara.

Baru duduk beberapa saat "karin... Ambilin makanan di sana" suruh mereka lagi, lagi-lagi aku tak melawan. Hingga acara ini selesai aku tidak pernah duduk lebih dari 1 menit, sudahlah ini memang nasibku harus menjadi babu mereka.

Hari-hari berlalu aku sering pergi ke sekolah lebih awal, tak lain untuk melihat laki-laki tampan itu, ya rendi. Rasa kagum ku berubah menjadi rasa suka. Sampai pada akhirnya teman-teman kelasku menemukan buku diaryku dan terkejut ketika membaca satu halaman yang berisi curahan hatiku, tentang kakak kelas yang menjadi favorit perempuan di sini, aku menulis di sana bahwa aku menyukainya. Sontak satu kelas heboh dan merobek kertas itu dari diaryku dan mencopynya lalu di tempel di semua dinding sekolah, perasaan ku waktu itu benar-benar tak karuan, aku malu, aku sakit hati, aku takut. Aku menangis di sudut kelas, tiba-tiba di tengah kehebohan ini, ka rendi yang tak lain pemeran utama yang aku tulis di diaryku ini merobek dan mengambil semua kertas yang tertempel di mading sekolah, dan berjalan ke arahku, lalu memberikan kertas-kertas itu kepadaku "lain kali kalau nulis di diary, gak usah di bawa ke sekolah" jawaban yang tak ku mengerti, entah itu sebuah dukungan atau sebaliknya, di susul cibiran dari orang-orang "makanya sadar diri deh", "halu terus ", "bisa-bisanya suka sama kak rendi".
Lagi-lagi aku menghiraukannya dan memilih berlari ke arah kamar mandi, ya untuk melepaskan rasa sakit ini lebih baik menyendiri.

(Flashback of)

Aku terus berjalan di koridor sekolah, mengabaikan sebelah perasaanku yang menginginkan tetap di sana, menatap laki-laki tampan, yang sedang menjadi pusat perhatian. Sudah aku tak mau terulang kejadian dulu, tegasku pada diri sendiri.
Sesampainya di kelas, aku mendapati kelas masih kosong, padahal ini hari pertama belajar. Aku berkeliling di kelas ini sebelum akhirnya mendapatkan bangku yang benar-benar pas menjadi tempat dudukku.

Aku duduk menyendiri, ahh bosan juga. Aku melipat kedua tanganku di atas meja dan menjatuhkan kepalaku tepat di atasnya, mencoba memejamkan mata. Baru beberapa menit aku melakukannya, indra pendengaranku menangkap jelas ada yang berjalan menghampiriku, "dih pagi-pagi udah tidur" ucap seorang laki-laki. Aku mengangkat wajahku, menganalisis setiap inci tubuhnya, si punya tubuh langsung duduk di sebelahku.

"Sial banget, di samping gue ada dugong" ucapnya, aku menatapnya tajam.

"Apa? Liatin gue, ganteng? Emang" ucapnya memuji diri

"Ihh ada yah monyet muji diri sendiri" ucapku geram

"Eh siapa nih yang lo sebut monyet"

"Eh siapa yang elu sebut dugong" ucapku tak mau kalah

"Tuh.. Di tembok ada stiker dugong, gak enak banget di liat" ucapnya, aku langsung melihat ke arah tembok, dan benar saja ada stiker dengan gambar dugong, mampus malu aku.

"Bohong banget, pasti niatnya mau ngehina kan? " ucapku tak mau kalah

"Dah terserah dugong"

"Tuh kan dasar monyet"

"Eh gue cuma bilang dugong yah, elu bilang monyet itu keterlaluan" belanya, tak terima.

"Dugong juga gak sopan" ucapku dengan kesal

"Dasar dugong baperan"

"Dasar monyet gak ada akhlak"

"Dugong"

"Monyet"

"Dugongggggg"

"Monyettttttt"

"Dugong dugong dugong"

"Monyet monyet monyet"

"Heh kalian berdua bisa gak sih, gak usah ngehina diri sendiri" tiba-tiba seseorang di belakangku menyahut, kita berdua berbalik melihat ke belakang,  sejak kapan orang ini datang? Ahh mungkin aku tadi terlalu asik saling hina dengan laki-laki di sebelahku ini.

"Elu sih" ucap laki-laki di sebelahku

"Lah kok gue sih " ucapku

"Udahlah baru ketemu, kaya gini, gak bisa kita temenan" ucapnya

"Ehh siapa juga yang mau temenan sama lu? PD banget"

"Ya udah "

"Ya udah"

Tapi laki-laki di sebelahku ini ganteng juga, ucapku dalam hati, ahh tapi gengsi kalau harus kenalan duluan.

**

Wah siapa tuh yang duduk di sebelah karin?
Tunggu jawabannya di next part yaaa

Typo tandai
Krisannya juga boleh kakak
Jangan lupa vote dan komen
Follow juga: hilmaarifah15
Mari berteman
Fb: hilma arifah
Ig: hilmaarifah15

#salamsatutimbangan🤘

Gendut? So what?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang