Part 22

75 11 0
                                    

Assalamualaikum semuaaa
Ahhh kangen banget kayanya satu bulan aku ga nulis cerita karin lagi
Maaf yaaa, kemarin2 banyak banget halangan jadi ga bisa ngelanjutin dulu
Semoga kalian masih bersedia buat baca cerita aku yaa
Oh iya gimna nih kabar kalian? Semoga selalu sehat aminnn

Selamat membaca

"Vin.. Vin.. Hujan nih, neduh dulu yok" ucapku sedikit berteriak, motor yang sedang di kendarai kevin dan aku menepi ke salah satu minimarket di pinggir jalan.

"Sory ya, gue lupa bawa jas hujan" ucapnya berdiri di sebelahku sambil membuka jaketnya dan memberikannya kepadaku "nih pake biar gak dingin, ini oversize ko" ucapnya sambil tertawa, aku mengambilnya dan ikut tertawa.

Kevin kemudian masuk ke dalam minimarket tersebut, dia bilang akan membeli mantle dan minuman hangat untuk kita berdua.
Selang beberapa menit setelah kevin masuk ke minimarket, sebuah motor yang sudah tak asing ku lihat masuk pelataran minimarket, ya itu arkhan, cowok paling hits satu sekolah.
Dia turun dari motor dan berjalan terburu-buru mengingat hujan sore ini cukup deras, dia ikut duduk di kursi yang si sediakan oleh pihak minimarket, aku tersenyum ke arahnya tapi dia tak meresponnya sama sekali,
"Kehujanan juga ya?" ucapku berbasa-basi

"Keliatannya?" ucapnya datar

"Ohh iya hehe" ucapku canggung

"Abis dari mana emang? Ko bisa sampe kehujanan?" tanyaku lagi, dia memandang ke arahku, jantungku berdegup kencang

"Bukan urusan lo" ucapnya dingin, aku tertegun mendengarnya. 
Dia melanjutkan ucapannya "Gausah sksd sama gue, gue tau lo tapi gue gamau kenal sama lo. Lagian lo harus ngaca kalo mau kenal sama gue. Yakin? Dengan lu yang kaya gini mau sama gue? Pikir-pikir lagi" ucapnya langsung ke inti, aku diam tak merespon apapun. Hatiku perih, ada perasaan sesak juga yang tiba-tiba muncul memenuhi rongga dada.
Arkhan berdiri dan kembali menaiki motornya, menerobos hujan dan membelah jalanan yang sedang lenggang. Dan aku masih mematung di sini sampai tiba-tiba...

Drtt... Drttt. Drrttr
Suara handphone menyadarkanku dari mimpi ini, hah? Ini cuma mimpi? Beneran mimpi?
Ku tepuk wajahku perlahan dan benar ini mimpi. Tapi, kenapa terasa begitu nyata, kenapa kata-kata arkhan tadi terasa begitu menyakitkan, padahal ini cuman sekedar mimpi. Tiba-tiba saja air mataku menggenang, heii ada apa ini? Kenapa aku malah menangisi mimpi, kenapa hatiku sakit saat arkhan berbicara seperti tadi?
Bangun karin! Ini cuma mimpi, oke.
Aku mengingat lagi kejadian kemarin, saat naik motor bersama kevin hujan tiba-tiba turun, aku tidak menyuruh kevin untuk menepi karna rumahku hampir sampai, kita menerobos hujan. Dan ya, aku bertemu arkhan saat motor kevin akan berbelok ke arah komplek ku, aku melihatnya sekilas dan tersenyum padanya dan diapun membalas senyumanku. Tapi, kenapa sekarang malah terbawa mimpi seperti ini?

Suara dering telpon masih terus menggema di kamarku, ku coba alihkan pandanganku ke hp, tertera sederet angka di layarnya, ya nomer tak di kenal, siapa yang menelpon pagi-pagi begini? Tak menunggu lama ku gulir tombol hijau di layar agar panggilan terhubung.

"Hallo?" ucapku

"Rin ini gue, Kevin" ucap laki-laki di sebrang sana, tak lain dan tak bukan adalah kevin

"Vinnn... Huhuhuu.. Gimana ini.. "Ucapku langsung

"Apa sih anjir? Dateng-dateng ngangkat telpon malah nangis-nangis gitu" ucap kevin dia sepertinya heran mendengar tangisku

"Vin barusan gue mimpi, terus di mimpi itu arkhan bilang gue harus ngaca kalo mau deketin dia" ucapku, lalu mencoba menarik napas panjang dan melanjutkan ucapanku "ini pertanda ya? Kalo gue emang ga pantes buat dia?"

"Hahaha apa-apaan sih rin, itu kan cuma mimpi. Biasa aja kali" ucap kevin sambil tertawa

"Tapi mimpinya kaya beneran vin, hati gue juga langsung sakit pas barusan bangun tidur" ucapku masih tersedu-sedu "gue harus apa vin? Gue tau, gue emang harus ngaca buat dapetin dia"

Gendut? So what?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang