Assalamualaikum semuaaa
Lagi pada ngapain nih malem-malem gini?
Sesuai janji aku kemaren nihh
Aku bakal next sekarangMaaf ya up malem-malem hehe😁
selamat membaca
***
Aku berjalan menuju gerbang sekolah, seperti biasa menunggu mang budi menjemputku. Sudah hampir 15 menit aku berdiri tapi mobil mang budi belum muncul juga, tak seperti biasanya. Aku pun berjalan menuju halte, setidaknya di halte aku bisa menunggu mang budi sambil duduk di kursi atau lebih bagus kalau ada angkot lewat, aku bisa langsung pulang.
Saat sedang santai duduk, kebetulan sebrang halte ada semacam caffe dan pandanganku tertuju pada satu laki-laki yang baru saja keluar dari caffe bersama teman-temannya, aku mengenalnya. Dan reflek melambaikan tangan ke arahnya lalu memanggilnya."Banggg... " ucapku sedikit berteriak, ya laki-laki itu adalah bang ari. Aneh punya keberanian apa aku hari ini? Sampai-sampai memanggilnya di depan teman-temannya. Bang ari menoleh ke arahku pun teman-temannya ikut menoleh. Aku langsung menutup mulut. Bodohnya aku, rutukku dalam hati.
"Widihh siapa tuhh ri, pacar? Hahahaha" ucap salah satu laki-laki di sana cukup terdengar olehku. Aku menunduk tak berani menatap mereka
"Baru pindah aja lo udah punya pacar aja, tapi ri pilih-pilih atuh, masa gendut gitu lo deketin" semuanya tertawa, aku mencoba mengangkat wajahku.
"apaan sih lo pada, gue kenal dia, fans gue kali hahaha" ucap bang ari menatapku "yuu ah cabut"
"Kirain cewe lo, nanti deh gue kenalin ke cewe cantik jangan yang kaya gitu" semua tertawa, termasuk bang ari.
Bagai di hantam batu besar, dadaku sesak Seketika. Seburuk apasih aku? Sampai-sampai orang bilang gitu, dan bang ari? Seburuk itukah aku bang? Sampai-sampai tak mau mengakui kalau aku ini adiknya.
Aku memang sudah sering mendapat perlakuan seperti ini, tapi rasanya perkataan tadi cukup membuat rasa insecure ku bertambah. Ya, aku tau ini bukan pertama kalinya bang ari seperti ini, dulu pun ia sering melakukan hal seperti ini. Ya, tidak mengakui bahwa aku ini adiknya.
Aku mencoba menahan agar tangisku tak meledak, ku tarik nafas panjang."Tahan karin, tahan. Sampai rumah baru boleh nangis, jangan nangis di sini, jangan cengeng" ucapku menyemangati diri sendiri. Tapi tetap saja satu bulir air mata turun tanpa ijin, aku menghapusnya kasar lalu mencoba mengibaskan tanganku ke arah wajah, berharap air mataku berhenti.
Drttt... Drrrttt... Drttt
Bunyi ponselku cukup membuat air mata tak jadi turun, ku lihat nama yang tertera di layar, papah dedeh a.k.a mang budi. Aku segera mengangkatnya, sebelumnya ku atur nafasku agar tak terdengar seperti orang yang sedang menangis.
"Iya mang, kenapa?" ucapku tanpa basi-basi
"Neng maafin mang ya, gak bisa jemput hari ini, mobil tadi mogok, ini lagi di benerin dulu" ucap mang budi
"Ohh pantesan, yaudah gapapa mang, karin bisa pulang naek angkot" ucapku
"Yaudah kalo gitu neng, maaf ya nunggu lama pasti, hati-hati juga neng" ucapnya
"Iya mang" ucapku menyudahi panggilan
Duhh aku kan trauma naek angkot di sini, gimana kalau kejadian kaya dulu waktu awal-awal pindah ke sini, aku bermonolog, dan membayangkan kejadian di angkot waktu itu. Hingga tak sadar 3 motor berhenti tepat di depanku.
"Woyy, ko lu belum pulang sih? " ucap seorang laki-laki di balik helm, dia kevin.
"Nunggu angkot" ucapku ketus
"Ehh lu yang satu meja sama si kevin kan? " ucap laki-laki yang duduk di depan kevin
"Iya"
"Yaudah bareng aja yu pulang, lu naek motor si minceu, dia sendirian di motor" ucap kevin sambil menunjuk cowok dengan helm pink bergambar hello kity, aku hanya diam.
"Tenang aja, mereka semua temen gue. Ya kan? " kevin bertanya ke teman-temannya, dan mereka semua serempak mengangguk.
"Iyaa sayy, lu ikut kita aja, nunggu angkot lama, tapi jangan sama gue ya pliss, gue kan imut kecil gini, bawa lo takut gue gak kuat, nanti yang ada motor malah kejungkel ke belakang" laki-laki di panggil minceu ini berbicara jujur sekali, aku malah ketawa.
"Udah ahh lu banyak bacot, rin naek aja langsung" perintah kevin, aku mendekat ke arah minceu
"Aduhh si kevin ngahesekeun wae aing (nyusahin aku aja) " ucapnya bisik-bisik "Yuu bismillah say, aba-aba yaa 1.. 2.. 3.. " sambungnya dan aku langsung duduk di jok motornya
"Allohu akbar.. Lumayan... Berat" ucapnya saat aku sudah duduk di belakang "ini beban hidup maksudnya, bukan kamu" sambungnya melirikku sambil senyum
"Ehh beneran gapapa? " tanyaku
"Gapapa, tenang aja" ucapnya, semua tertawa.
Hari ini untuk pertama kalinya aku naik motor dan tertawa lepas dengan orang lain yang baru saja aku kenal, aku bahagia.
**
Yeee tungguin part selanjutnya yaaa
Kira-kira setuju gak nih kalo mereka bikin geng? 😂
terimakasih sudah membaca ceritaku
makasih juga udah setia nunggu cerita karin❤typo tandai aja
kritik saran aku tungguuu❤
jangan lupa vote dan komen yaaa
follow juga: hilmaarifah15
mari berteman
fb: hilma arifah
ig: hilmaarifah15
Big love❤#salamsatutimbangan🤘
KAMU SEDANG MEMBACA
Gendut? So what?
General FictionCerita sederhana tentang mereka yang menghina fisik seseorang dan berlindung dibalik kata bercanda Tentang mereka yang menjadi korban dan harus ikut haha hihi agar tak di kata baperan Siapa di dunia ini yang rela hidupnya terus-terusan di tertawaka...