Assalamualaikum semuanyaa
Maaf nih baru bisa ngelanjutin cerita sekarang, lagi kurang enak badan
Eh kalian pada sehat kan?
Semoga semuanya sehat yaaaSelamat membaca
Kenapa? Kenapa setiap awal permulaan sekolah wajib banget perkenalan diri tiap awal guru masuk, oke fine kalo cuma nyebutin nama dari absen, tapi ini? Kita harus berdiri terus ngenalin sendiri, gila. Untuk sebagian orang ini menyenangkan, malah seru banget bisa jadi ajang penngenalan dan pendekatan. Buat aku? Plis ini bisa di skip ga sih? Aku benci perkenalan, taukan sendiri tatapan-tatapan ejekan dari mereka selalu berhasil membuat rasa insecure ku bertambah. Huffftt, kapan aku bisa kurus, terus jadi perhatian orang-orang dan terhindar dari tatapan-tataapn ejekan orang lain. Mulai sekarang aku harus diet.
Baru beberapa menit setelah bertekad untuk diet, cacing-cacing di perut kesanyanganku berteriak meminta untuk di beri makanan, oke hari gagal, aku akan pergi ke kantin setelah pelajaran ke 2 ini selesai. Mungkin besok aku bisa bertekad kembali untuk diet hehe. Tak ada suara paling merdu saat sekolah, selain suara bel istirahat dan bel pulang, ya setelah menenangkan cacing-cacingku, akhirnya suara bel istirahat terdengar. Aku bergegas pergi keluar untuk pergi ke kantin.
"Misi" ucapku ketus, meminta izin untuk melewatinya, karna posisiku memang di samping dia dekat tembok.
"Misi apa? Negara? " ucap kevin, matanya tetap melihat ke handphone yang di pegangnya.
"Permisi gue mau ke kantin " ucapku, sedikit keras. Ia mendongak melihatku yang memang sudah berdiri
"Ini kan ada jalan" ucapnya, menunjuk dengan mengangkat dagunya. Sombong.Aku yang melihat jalan di depannya hanya bisa mengusap dada, bayangkan sesempit itu harus aku lewati. Gak mungkin muat untuk tubuhku yang lebar. Aku menatapnya sinis.
"Apa? Kenapa? Gak muat? Diet makanya, biar gak nyusahin orang di sekitar lu" ucapnya mengejek.
Bagai di hantam batu besar, dadaku sesak seketika, aku tak tau, biasanya hinaan seperti ini sudah biasa aku dengar dan selalu aku abaikan, tapi kenapa kali ini begitu beda, setengah hatiku merasa tersayat. Ucapan laki-laki memang lebih terasa sakitnya dari pada nyinyiran seorang perempuan. Aku terduduk kembali, dan tanpa di duga air mataku meluncur bebas di pipi chuby ku.
"Eh lo kenapa nangis " ucap kevin, melihat ke arahku, tangisku semakin menjadi.
"Dih ko lu jadi baperan gini, padahal tadi kita bercanda loh" nadanya terlihat khawatir
"Aku gapapa, jangan salahin fisik ku tolong, aku gak pernah punya niat nyusahin orang-orang di sekitarku" ucapku masih menangis
"Ehh sorry woy, gue gak tau kalau lo bakal sakit hati kaya gini" ucapnya
"Udahlah" ucapku, mengahapus air mataku kesal, dan melewati dia dengan sedikit menggeser bangku ke depan. Aku berlari keluar dan ya kalian tau aku kemana. Toilet.
***
"Ayolah karin, semangat. " ucapku menyemangati diri sendiri.
Aku menepuk-nepuk bahuku sendiri. Ini yang sering papah ajarkan ketika aku merasa terpuruk dan tak tau harus bagaimana.
(Flash back on)
Karawang, 2010
Anak perempuan itu menangis di belakang rumahnya sambil terus memasukan coklat ke mulutnya, ya perempuan itu aku, karina rahayu, si gendut yang menjadi bahan olok-olokan orang. Waktu itu sepulang sekolah, aku mendengar perbincangan mamah dan teman-temannya, ya waktu itu mereka sedang arisan di salah satu rumah, di komplek tentara ini.
"Mah karin pulang" ucapku berteriak, karna memang rumah ku di samping rumah ini.
"Iya neng" mamah berteriak, karna kebetulan pintu rumahnya terbuka
"Eh jeng, anakmu yang perempuan itu siapa namanya? " ucap salah satu ibu-ibu yang di sana
"Karin jeng" ucap mamahku"Ahh ya itu, kenapa beda dari saudara yang lainnya, kenapa dia gendut sendiri, ibunya cantik padahal" ucapnya blak-blakan dengan suara keras, tak sadar kalau aku masih ada di depan rumahnya.
"Iya jeng, coba deh di suruh diet, kasian kalau nanti jadi bahan olok-olokan orang, apalagi dia perempuan" timpal salah satu ibu yang di sana
"Hehe kasian atuh kalau di suruh diet, dia masih kelas 5 SD" ucap mamahku, mata teduhnya terlihat menahan sedih.
"Kan biar di biasain jeng, mumpung masih kecil "
"Iya, anak saya pernah bilang kalau karin sering di ejek tiap hari"
Mamahku hanya tersenyum getir.
Aku berlari dan menumpahkan semua air mataku, aku bersembunyi di belakang rumah, berharap tak ada orang yang mengetahui kalau aku menangis. Kenapa anak seumurku harus mengalami hal seperti ini, aku ingin hidup biasa seperti anak-anak lainnya, aku ingin bermain puas tanpa harus di olok-olok terlebih dahulu, aku ingin menjadi pemain yang menggiring bola dan mencetak gol saat pelajaran olahraga di sekolah, bukan hanya menjadi penjaga gawang karna alasan tubuhku besar dan tak bisa berlari, aku ingin di banggakan orang saat ada di depan mamah dan papah. Aku menangis sejadi-jadinya, setelah puas menangis aku melihat coklat di tasku, kata papah coklat bisa membuat perasaan menjadi senang, haha aku persis seperti orang gila menangis meracau sambil makan coklat, hingga tanpa sadar papah sudah ada di belakangku dan mengusap lembut puncak kepalaku, aku mengusap air mataku.
"Anak papah kenapa nangis? " ucapnya lembut
"Pah, emang salah kalau karin gendut? " ucapku
"Siapa yang bilang sayang? "
"Pah karin pengen kurus, biar orang-orang gak hina lagi karin, biar bang ari gak malu punya adik kaya aku, biar mamah sama papah gak di tanya-tanya kenapa karin beda sama kalian" ucapku sambil menangis, papah memelukku erat.
"Karin dengerin papah, gak ada yang salah sama kamu, orang-orang yang menghina kamu yang salah, karna dia sudah menhina ciptaan tuhan. Mamah, papah, abang-abang kamu selalu bangga sama kamu, di mana lagi kita temukan anak cantik, baik, kuat seperti kamu, umur kamu saja baru 11 tahun tapi lihat kamu sudah sangat dewasa, kita semua bangga sama kamu" aku mencoba berhenti menangis
"karin jangan nangis lagi, kamu harus jadi anak yang kuat, oke? " lanjut papah, papah melepaskan pelukannya.
"Ikutin papah, kalau kamu merasa sedih, terpuruk rapuh dan tak tau harus bagaimana kamu pegang bahumu dan tepuk-tepuk dengan pelan, lalu ucapkan aku kuat, aku harus kuat untuk diriku sendiri" papah mempraktikannya sambil
menuntunku, dan aku mencoba mengikutinya. Bagai sihir, aku langsung merasa tenang.Aku tersenyum ke arah papah yang masih mengenakan seragam tentaranya. Sampai kapanpun cinta pertamaku hanya papah.
(Flashback off)
Kira-kira kalau kalian ada di posisi karin, kalian bakal gimana?
Yuu coment di bawah
Kita saling sharing ceritaTungguin next cerita yaaa..
Typo kasih tanda
Jangan lupa vote dan komen
Kritik saran aku tungguFollow juga : hilmaarifah15
Fb : hilma arifah
Ig : hilmaarifah15#salamsatutimbangan🤘

KAMU SEDANG MEMBACA
Gendut? So what?
Ficción GeneralCerita sederhana tentang mereka yang menghina fisik seseorang dan berlindung dibalik kata bercanda Tentang mereka yang menjadi korban dan harus ikut haha hihi agar tak di kata baperan Siapa di dunia ini yang rela hidupnya terus-terusan di tertawaka...