Setelah memastikan bahwa situasi sudah aman dan terkendali, lelaki dengan tubuh jangkung itu berjalan menghampiri gadis yang tengah melahap makan siangnya.
“Re ....”
Rere tersentak, cepat-cepat ia meminum air mineralnya.
“Iya?” Gadis itu menoleh, ia sedikit terkejut karena mendapati sosok Diran di belakangnya.
“Aku mau bicara,” ucap Diran.
Rere hanya terdiam, gadis itu tampak tak merasakan kenyamanan sedikitpun ketika bersama Diran. Entah sejak kapan.
“Boleh aku duduk?” tanya Diran.
Rere mengangguk pelan, gadis itu masih diam. Rasanya ada ketakutan yang tiba-tiba saja datang.
“Kamu masih marah sama aku?” Diran mencoba meraih tangan Rere. Namun, Rere berhasil menepisnya.
“Kenapa gue harus marah sama lo?” Nada bicara Rere mulai berubah.
“Kejadian malam itu,” jawab Diran pelan.
Rere semakin dibuat bingung oleh Diran. “Kejadian apaan sih?”
Diran mengerutkan dahinya, apa benar Rere tidak ingat dengan kejadian itu? Apa mungkin ia hanya drama?
“Lupain aja, aku mau minta maaf. Dan aku mau nanya satu hal sama kamu,” ujar Diran seraya mendekatkan wajahnya kepada Rere.
Rere beranjak dari tempat duduknya. “Gue mau ke kelas.”
Diran mencekal pergelangan tangan Rere. “Kamu kenapa ngehindarin aku gini sih Re.”
“Lo yang ngehindarin gue duluan. Dan sekarang gue lebih percaya sama Atlas, kalo lo itu gak baik,” ucap Rere seraya berusaha untuk melepaskan cekalan dari Diran.
Diran semakin kuat mencekal lengan Rere setelah mendengar jawaban Rere. Hal itu membuat Rere merintih kesakitan.
“Diran, lepasin ....” rintih Rere. Kotak makan yang Rere bawa terjatuh karena tubuh Rere yang semakin melemas.
“Lo udah nyakitin perasaan gue!” bentak Diran marah.
Semua yang ada di sekitar kantin mengalihkan pandangan mereka kepada Rere dan Diran. Tak ada satupun yang mencoba untuk menolong Rere, mereka juga takut kepada Diran.
“Atlas! Tolongin gue,” ucap Rere.
“Gak usah sebut-sebut nama dia di depan gue!”
Plak!
Tamparan keras tercetak jelas di wajah Rere. Rere hanya bisa terdiam dan menangis karena sikap Diran.
“KITA PUTUS!” tegas Rere.
Apa yang Atlas bilang memang benar. Diran bukan lelaki baik untuk dirinya.
Setelah cekalan Diran sedikit melemas, Rere memutuskan untuk menepisnya dan berlari menuju kelasnya.
“Loh ... loh, cewek cupu kenapa?” Yesica tampak heran dengan sikap Rere yang berlari sambil menangis.
Mata Vandra beralih kepada Diran yang masih terdiam. “Berantem kali ya, sama Diran?”
Yesica tertawa puas. “Kalo itu emang bener, bagus deh. Gue gak perlu lagi ngotorin tangan gue buat bikin dia jera.”
“Ya udah yuk, kita ke kelas. Siapa tau dapet info dari anak-anak,” ajak Vandra.
Yesica mengangguk cepat. Mereka berdua bergegas pergi ke kelas untuk mencari informasi apa yang terjadi pada Rere.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Damian [Selesai]
ФэнтезиMasa lalu yang kelam membuat gadis berambut panjang lengkap dengan kacamata hitam yang bertengger di hidungnya selalu menyendiri. Cerellia Agisna Mosse. Gadis yang selalu diam meski kerap kali menjadi bahan perundungan teman-teman di sekolahnya. Yes...