22 : Sayang

35 5 0
                                    

Kejadian semalam membuat Atlas semakin ingin terus dekat dengan Rere, ia tak mau lalai dengan tugasnya sampai-sampai Rere terluka hanya karena keterlambatannya.

Pagi-pagi sekali, Atlas sudah berada di depan pintu kamar Rere. Setelah dipersilahkan untuk ke kamar Rere, Atlas lalu melangkah masuk dan melihat gadis bernama Cerellia itu masih tertidur pulas dengan selimut tebalnya.

“Re, bangun.” Atlas berjalan seraya membangunkan Rere, ia kini tengah duduk di kursi belajar milik Rere.

“Re, udah pagi. Bangun,” ucapnya kembali.

Rere membuka matanya perlahan. Lalu ia terbangun dari tidurnya.

“Kok gue bisa mimpiin lo sih?” tanya Rere seraya mengusap matanya.

“Ini bukan mimpi,” jawab Atlas seraya tersenyum.

Atlas beranjak dari tempat duduknya. Ia menyerahkan segelas air putih kepada Rere yang ada di atas meja belajarnya.

“Gue bisa ambil sendiri padahal,” ucap Rere seraya menerima air mineral tersebut. Rere memperjelas penglihatannya. “Gue beneran gak mimpi?”

Atlas menggelengkan kepalanya perlahan. “Mau aku cubit?”

Rere tersenyum. Lalu ia kembali memberikan gelas berisi air mineral tersebut. “Pagi banget, gue belum mandi.”

“Ya udah gak papa, ini 'kan weekend aku cuma mau ajak kamu jalan-jalan. Mau, 'kan?” tanya Atlas.

“Mau sih, tapi gak sepagi ini,” ucap Rere sesekali menguap.

“Aku mau full time sama kamu Re, aku mau ajak kamu liburan biar otak kamu gak mumet,” sahut Atlas.

Rere tertawa mendengar perkataan Atlas. “Makin hari makin aneh aja deh lo, makin sering bikin gue ketawa.”

Atlas terkekeh. “Ya udah, aku tunggu di bawah sama Ayah kamu, sama Bunda, ya. Kamu siap-siap.”

Atlas berjalan meninggalkan kamar Rere dan menuju ruang makan. Terlihat sepasang suami istri yang tengah berbincang serius di sana.

“Permisi, Bunda.” Atlas menyadarkan mereka. Terlihat raut wajah senang ketika Atlas menghampiri mereka.

“Duduk Dam—“

“Atlas aja Bun, takut Rere dengar,” potong Atlas seraya menarik kursi dari meja makan.

“Sudah sejauh mana lelaki itu membalaskan dendamnya kepada Rere?” tanya Ayah Rere.

“Dia sudah hampir membunuh Rere kemarin malam. Tapi, Ayah sama Bunda tidak usah khawatir, saya sudah menghilangkan ingatan Rere atas kejadian semalam,” jawab Atlas.

“Kita jangan gegabah, kita juga harus pelan-pelan membuat lelaki itu lenyap. Rere jangan diberitahu akan hal ini,” ucap Ayah Rere serius.

Atlas mengangguk mengerti setelah ia memandang wajah Bunda Rere yang tampak khawatir. “Bunda tenang aja, Atlas akan berusaha dan mempercepat agar Atlas masih bisa menjaga Rere sebelum waktu Atlas selesai.”

•••

Rere berjalan menuruni tangga seraya merapikan rambutnya. Rambut itu terurai rapi. Rere sengaja melepas kacamatanya kali ini. Ia lebih memilih menggunakan softlens agar dirinya terlihat berbeda dari biasanya.

“Sarapan dulu, gak?” Rere menarik kursi dari meja makan. Semua orang yang berada di sekitar Rere terdiam, memandangi gadis itu tak percaya.

“Cantik banget anak Bunda,” ucap Bunda Rere.

Damian [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang