29 : Dendam Kami

47 4 0
                                    

Rere membuka matanya begitu sinar matahari menembus gorden kamarnya. Matanya menyipit saat sinar itu menusuk penglihatannya.

Gadis itu terduduk di kasurnya. Kepalanya berdenyut hebat. Matanya bergerak menangkap sosok lelaki yang tengah tertidur di meja belajarnya.

"Atlas?" gumam Rere.

Ia turun dari tempat tidurnya, bergerak mendekati lelaki yang dilihatnya.

"Atlas." Rere berusaha membangunkan lelaki itu.

Tak ada pergerakan apa pun dari Atlas. Tampaknya lelaki itu kelelahan.

Rere memandang jam dinding yang menunjukkan pukul 6 lewat 15 pagi. Masih ada banyak waktu untuk bersiap. Gadis itu memutuskan untuk mandi dan menyiapkan dirinya untuk sekolah.

Cklek

Pintu kamar mandi itu tertutup rapat. Suara keran yang menyala, mulai menyeruak masuk ke telinga.

Atlas membuka matanya-mengangkat kepalanya saat mendengar keran kamar mandi menyala. Ia berbalik melihat tempat tidur Rere yang kosong.

Cklek

Pintu kamar terbuka. Bunda masuk ke kamar dengan wajah sedikit tersenyum. Bunda tidak tahu apa yang terjadi pada putrinya semalam. Atlas hanya mengatakan jika Rere mengeluh sakit saat di rumah Lalita, dan Atlas menjemputnya.

"Atlas, kamu udah bangun?" Bunda mendekat. "Rere di mana?"

"Atlas baru bangun, Rere sepertinya ada di kamar mandi," jawab Atlas.

Bunda tertawa kecil. "Kenapa kamu ngomong formal banget begitu, udah kayak Ayah Rere aja kamu," canda Bunda.

Atlas tersenyum. Pikiran lelaki itu masih berputar pada kejadian semalam. Meski ia sudah menghilangkan kejadian itu dari memori Rere, tapi ia masih tak bisa melupakannya.

"Atlas?"

"Ya?" Bunda mengejutkan Atlas.

"Kamu kenapa bengong gitu?" tanya Bunda.

"Bengong? Enggak kok, Bunda. Atlas masih ngantuk aja," balas Atlas sedikit berbohong.

Bunda mengangguk kecil. "Ya udah, kamu mandi dulu gih di kamar tamu, sana," suruh Bunda.

"Iya, Bunda." Atlas berdiri meregangkan ototnya.

"Ini kunci dan seragam kamu yang Bunda ambil dari rumahmu." Bunda menyerahkan kunci dan seragam Atlas yang tak Atlas sadari dipegang Bunda sedari tadi.

Atlas menerima barang-barang itu. "Terimakasih, Bunda. Atlas mandi dulu," pamit Atlas kemudian keluar dari kamar Rere.

Cklek

"Bunda."

Bunda berbalik saat mendengar suara putri semata wayangnya memanggil. Bunda tersenyum.

"Atlas ke mana?" tanya Rere sembari mengeringkan rambutnya dengan handuk.

"Lagi mandi di bawah," jawab Bunda.

Rere menganggukkan kepalanya. Kakinya bergerak melangkah menuju meja rias di pinggir tempat tidurnya.

Bunda mendekati Rere. Berdiri memperhatikan putrinya itu dari belakang.

Merasa diperhatikan, Rere menghentikan kegiatan menyisirnya dan berbalik memandang sang Bunda.

"Kenapa, Bunda?" tanya Rere.

Bunda tersenyum kemudian menggeleng. "Gak papa," ujarnya.

Rere mendekat-memeluk Bunda dengan erat. "Bunda kenapa? Cerita sama Rere."

Damian [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang