2 : Yesica, Lalita, dan Vandra

109 13 9
                                    

Bel sekolah berbunyi nyaring di seluruh sudut sekolah. Satu persatu murid mulai berlarian meninggalkan kelas.

Tak terkecuali Rere. Ia tengah asyik memasukkan barang-barang bawaannya ke dalam tas. Satu persatu ia susun dengan rapi.

"Aku duluan ya, Re." Diran menghampiri.

Rere mendongak tersenyum. "Iya, hati-hati."

Diran mengangguk. "Sampai jumpa besok." Diran mengacak rambut Rere sekilas sebelum meninggalkan kelas bersama temannya.

Rere tersenyum kecil memperhatikan kekasihnya itu sebelum kembali mengemasi barang-barangnya.

"Hei, cupu!"

Rere menghiraukan panggilan itu. Ia tahu siapa yang memanggilnya.

Yesica Carlie. Gadis penguasa sekolah karena kecantikan, dan kekayaannya.

Yesica berdiri di belakang Rere dengan tangan terlipat di depan dada. "Woy! Gue ngomong sama lo!" Yesica berteriak. Rere tetap diam. "Woy!"

Bruk!

Tendangan keras di kursi Rere, membuat gadis berkacamata itu hampir tersungkur ke lantai.

Beberapa murid yang masih ada di kelas langsung diam, memperhatikan tanpa niat membantu. Kecuali, seorang lelaki tegap di pojok kelas yang duduk dengan tenang.

Rere memakai ranselnya dan berniat meninggalkan Yesica, Lalita, dan Vandra.

"Mau ke mana lo?" Vandra menarik rambut Rere yang terikat.

Rere memundurkan tubuhnya searah dengan Vandra yang menarik rambutnya dengan keras.

"Bawa dia!" ujar Yesica berjalan mendahului Lalita dan Vandra yang menggiring Rere.

Di pojok kelas, Atlas langsung berdiri dan menyusul keempat gadis itu diam-diam.

Yesica, Vandra, dan Lalita membawa Rere ke halaman belakang sekolah. Hanya tempat itu yang tidak terjangkau CCTV sekolah.

Yesica berhenti. Dengan tangan terlipat di depan dada dan posisi yang membelakangi Rere yang menunduk, serta Vandra dan Lalita yang memegangi tangan Rere.

"Gue mau lo putus dari Diran," ujar Yesica tegas.

Rere mendongak menatap tak percaya perempuan di depannya itu.

Yesica berbalik. "Gue gak suka Diran lebih milih lo dibanding gue." Yesica menatap sekilas Vandra dan Lalita. "Lepasin dia."

Vandra dan Lalita menurut. Mereka langsung melepaskan kuncian tangan mereka dari Rere.

Yesica tersenyum. Berjalan mendekati Rere. "Lo pikir, lo itu siapa? Sok kecantikan banget sih lo!"

Brugh!

Bokong Rere menyentuh tanah akibat dorongan tiba-tiba dari Yesica.

"Gue minta lo putus dari Diran, atau hidup lo makin sengsara," ujar Yesica dingin kemudian meninggalkan Rere yang masih terduduk di tanah.

Lalita berjongkok di depan Rere. "Sakit, ya? Kaget ya, didorong Yesi?" tanya Lalita dengan nada mengejek.

"Nih, gue kasih minum buat lo." Vandra menyodorkan sebotol air mineral di tempatnya berdiri.

Rere tetap diam pada posisinya. Menunduk menahan amarahnya yang bergejolak tanpa bisa ia keluarkan.

"Ini! Gak mau? Atau mau gue bantuin minum?" Vandra tersenyum, disusul Lalita sembari berdiri.

Byurr

Sebotol air mengalir dengan manis membasahi tubuh gadis yang masih terduduk di tanah itu. Vandra dan Lalita tertawa puas melihat wajah Rere yang menahan tangis.

Damian [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang