30 : "Aku mencintaimu."

140 9 0
                                    

"Bokap gue pun meninggal karena Bunda lo, Rere," ujar Lalita. "gue gak akan biarin lo hidup." Lalita membalikkan tubuhnya dengan cepat.

"AAAAAA!!!"

"Eits!" Lalita menahan tubuh Rere yang hampir terjun dari gedung tinggi itu. Tercetak senyum miring di bibir kecilnya.

Rere buru-buru menegakkan tubuhnya dan berlari menjauh dari Lalita. Namun, empat lawan satu dirasanya mustahil untuk menang.

Srek

Mata Rere melebar. Matanya menangkap bongkahan kayu besar yang kini tengah diseret oleh Lalita menghampirinya.

"Lo gak akan selamat kali ini, Re." Vandra ikut mendekat dengan pisau kecil di tangannya.

Rere menggelengkan kepalanya dengan cepat. Air matanya kini sudah mengalir deras. Ia tak mau mati seperti ini.

"Atlas," gumam Rere. Tak ada seorang pun yang ia ingat selain lelaki itu.

Yesica tersenyum miring. "Atlas? Lo pikir dia bakalan datang nyelametin lo?" Yesica tertawa sumbang. "Mimpi! Atlas gak akan datang kali ini, Cerellia."

Rere menggelengkan kepalanya cepat sembari terus memundurkan tubuhnya menjauh. "Atlas!"

"Panggil terus! Panggil terus pengecut itu!" Diran masih berdiri pada posisinya dengan wajah memerah menahan amarah.

"Lepasin!" Tangan Rere terlipat ke belakang. Yesica memeganginya dengan kencang.

Diran perlahan melangkah membelah barisan Lalita dan Vandra.

Diran tersenyum membelai lembut rambut, wajah, dan bagian tubuh Rere lainnya.

Tubuh Rere bergetar. "Jangan sekali-kali lo sentuh gue!" Suara Rere berubah dingin.

Diran tersenyum miring. "Lepasin dia, Yesica."

Yesica melepaskan pegangannya pada tangan Rere. Ia berjalan menjauh dari sana.

"Cerellia Agisna Mosse." Diran tersenyum membelai rambut Rere dengan lembut. "Putri tunggal keluarga Mosse."

"Jangan sentuh gue!" Rere menepis tangan Diran menjauh darinya.

Diran tersenyum. Ia perlahan melangkahkan kakinya maju membuat Rere spontan memundurkan tubuhnya.

Srek

Rere menoleh ke belakang. Sial! Kakinya berada di ujung bangunan.

"Biar gak makin belibet kisah hidup lo, gue percepat aja." Lalita berjalan mendekat-berdiri di samping Diran. "Maaf, Cerellia."

"AAAAAA ATLAS!"

Lalita, Yesica, Vandra, dan Diran tertawa menyaksikan gadis itu terjun ke bawah.

"Akhirnya." Lalita berbalik.

Bruk

Keempat manusia itu menoleh. Mata mereka terbuka sempurna melihat Rere berdiri di sana, dalam pelukan Atlas.

"Atlas?" Rere membuka matanya terkejut.

"Pergi, lari dari sini," ujar Atlas pada Rere.

"Tapi lo-"

"Pergi, sayang!"

Perkataan Atlas benar-benar membuat jantung Rere berdetak keras. Ia segera berlari pergi menjauh dari sana.

Atlas menatap tajam keempat manusia itu. Tubuhnya sudah memancarkan aura mengerikan.

"Sudah saya peringatkan kalian untuk menghentikan rencana kalian," ujar Atlas.

Damian [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang