"Gimana? Kamu udah baikan?" Suara itu membuat Rere sedikit terkejut. Gadis itu sontak mengalihkan pandangannya ke arah sumber suara.
Rere mengembuskan napasnya secara perlahan. "Ngapain lagi sih lo? Gue udah bilang, stop gangguin gue."
"Aku cuma memastikan kalo kamu baik-baik aja, aku khawatir sama kamu." Atlas menatap wajah Rere dengan penuh harap.
"Gak usah sok peduli sama gue. Gue sakit juga karena lo." Rere bergegas menjauh dari sosok Atlas.
Atlas tak bosan-bosannya mengikuti langkah Rere, kemana pun gadis itu pergi. "Re, kamu maafin aku, 'kan?" tanya Atlas pelan.
Rere tak menjawab pertanyaan dari Atlas. Namun, Atlas tetap berusaha untuk mendapatkan jawaban dari Rere.
"Udahlah, lo jangan ngarep apa-apa dari si cupu." Tiba-tiba saja suara nyaring mengganggu percakapan mereka berdua. Atlas dan Rere mengenali suara tersebut, lagi pula siapa lagi yang memanggil Rere dengan sebutan si cupu, kalau bukan Yesica dan kedua temannya.
Rere semakin malas berada di tempat itu. Gadis mungil tersebut memutuskan untuk pergi dari sana. Namun, Vandra berhasil menghalangi jalannya.
"Mau ke mana lo?" tanya Vandra sinis.
"Bukan urusan lo," jawab Rere datar.
"Udah cupu, jelek, sok kecantikan, sok jual mahal lagi, dasar cewek gak tau malu," sindir Yesica kepada Rere.
"Eh lo jangan ngomong yang macem-macem ke Rere." Atlas membela Rere dengan penuh keberanian. Suasana pagi hari itu tiba-tiba saja memanas. Kelas yang tadinya sepi kini menjadi ramai karena ulah Yesica, Vandra dan Lalita.
Yesica tersenyum. "Faktanya gitu, 'kan? Lagian kalo gue jadi lo, gue bakalan ninggalin cewek sok jual mahal kaya dia."
"Gue bilang sama lo jangan ngomong macem-macem tentang Rere!" bentak Atlas.
"Atlas ... Atlas, kenapa sih? Lo ngejar-ngejar dia terus? Mau jadi malaikat buat dia?" tanya Lalita seraya tertawa kecil.
Vandra terkekeh. "Bener juga, kenapa ya, lo selalu ada di belakang si cewek cupu. Padahal dia udah punya pacar."
"Pake pelet kali," sindir Yesica seraya menatap wajah Rere.
Rere sudah tak bisa menahan amarahnya lagi. Gadis itu sempat memiliki niat untuk melawan Yesica. Namun, ia masih berpikir panjang. Yesica memiliki kedua temannya yang siap sedia untuk menjaga Yesica.
"Kenapa lo ngeliatin gue kaya gitu?" tanya Yesica sinis.
Rere hanya bisa terdiam. Ia benar-benar muak dengan keadaan saat itu. "Gue mau pergi, permisi."
Vanda tetap pada posisinya. Ia masih menahan kepergian Rere dari sana. "Kenapa sih, buru-buru banget? Mau pacaran ya, sama Atlas?"
"Ya ampun Re, lo gak bersyukur banget punya pacar ganteng kaya Diran." Lalita menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya. "Diran 'kan orang baik-baik, masa mau lo selingkuhin."
Yesica tertawa melihat ekspresi Rere yang semakin memanas. Gadis itu berhasil memancing amarah Rere, Yesica memang sengaja terus menerus menekan Rere. Gadis itu ingin melihat seberapa sabarnya Rere.
Rere menarik napasnya secara perlahan. "Gara-gara lo, sekarang gue yang di-bully," ucap Rere seraya menoleh ke arah Atlas.
Atlas mengangkat kedua alisnya. "Aku?"
"Udahlah, jangan salah-salahan. Orang udah jelas kok Re, lo sama Atlas sengaja 'kan selingkuh pagi-pagi karena lo tau kalo Diran dateng siang," ucap Yesica tertawa puas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Damian [Selesai]
FantasyMasa lalu yang kelam membuat gadis berambut panjang lengkap dengan kacamata hitam yang bertengger di hidungnya selalu menyendiri. Cerellia Agisna Mosse. Gadis yang selalu diam meski kerap kali menjadi bahan perundungan teman-teman di sekolahnya. Yes...