16 : Tak masuk akal?

31 6 0
                                    

Tempelan kertas di atas meja Lalita membuat Rere menutup mulutnya. Kata-kata kasar yang ada di dalam kertas tersebut tampak menyakiti hati Lalita.

“Lita?” Rere mencoba memastikan bahwa Lalita baik-baik saja.

“Ini pasti kerjaannya Yesica sama Vandra!” Lalita merobek beberapa kertas tersebut.

“Lita, sabar ya,” ucap Rere yang mencoba menenangkan Lalita.

“Re, mereka ini udah keterlaluan. Gue harus kasih pelajaran ke mereka.” Lalita hendak pergi meninggalkan Rere. Namun, dengan cepat Rere menahan kepergian Lalita.

“Lo jangan gegabah, jangan sampe lo kena masalah sama mereka. Gue larang lo karena gue gak mau lo kenapa-kenapa Lita,” ucap Rere pelan.

“Tapi Re, gue udah gak tahan banget sama sikap mereka yang seenaknya sama yang di bawah. Gue gak mau kaya lo yang diem aja saat ditindas, gue mau kasih mereka sedikit pelajaran!” Lalita tak memedulikan perkataan Rere. Gadis itu berlari meninggalkan Rere.

“Lita jangan!” Rere mencoba menghalangi kepergian Lalita. Namun, usahanya itu gagal. Rere tampak bingung dan apa yang harus ia lakukan sekarang?

“Kenapa, Re?” Suara itu hadir kembali. Hati Rere merasakan ketenangan ketika Atlas bertanya kepada dirinya apa yang sedang terjadi. Rere menutup matanya sejenak tanpa menoleh ke belakang. Gadis itu tampak sedang mengingat betapa merdunya suara tersebut.

“Damian.” Tanpa sengaja Rere mengucapkan nama tersebut. Setelah sadar, Rere menutup mulutnya.

“D—Damian?”

Rere kebingungan. Mengapa ia harus menyebut nama Damian kali ini? Apa yang harus ia katakan kepada Atlas.

“Lo mau gak tolongin gue? Lalita dalam bahaya,” ucap Rere mengalihkan pembicaraan.

“Re, jujur sama aku. Damian itu siapa?” tanya Atlas pura-pura tak tau.

Rere memejamkan matanya. Berkali-kali gadis itu memukul mulutnya dengan pelan.

“Kamu kenapa?”

“Enggak, dari pada bahas yang gak penting, kita harus tolongin Lalita.” Rere menatap wajah Atlas.

Atlas tak mau membuat Rere semakin bingung. “Ya udah. Lalita di mana? Dia kenapa?”

Tanpa berpikir panjang, Rere manarik lengan Atlas menuju arah perginya Lalita dan mencoba mencari keberadaan Lalita.

“Re, itu Lalita.” Atlas menghentikan langkahnya. Matanya menoleh ke arah ruang kosong bertuliskan gudang. Untuk apa Lalita membawa Yesica dan Vandra ke sana?

“Ya udah, ayo!” Rere masih memegangi lengan Atlas seraya ia berjalan menuju gudang sekolah.

Setelah mereka sampai. Rere memutuskan untuk masuk dan menyelamatkan Lalita. Namun Atlas berhasil mencegahnya.

“Jangan, nanti kamu kena,” ucap Atlas, “kita lihat dari luar ya.”

“Ya mana keliatan, Atlas. Lo itu pinter banget sih,” ucap Rere kesal.

“Pokoknya kamu di sini. Jangan masuk, nanti kamu yang dalam bahaya, sayang.” Atlas menatap wajah Rere serius.

Atlas baru saja membuat Rere terpesona dengan ketampanannya. Jika dilihat lebih dekat ternyata Atlas memang tak kalah dari sosok Diran.

“Apa? Sayang? Lo siapa gue?” tanya Rere.

Sttt ... jangan berisik.”

Suara langkah kaki dari dalam gudang membuat mereka panik. Atlas memutuskan untuk menghilang bersama dengan Rere. Atlas menggenggam tangan Rere dengan erat. Rere yang bingung dengan apa yang akan dilakukan oleh Atlas hanya bisa terdiam.

Damian [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang