Extra Part 1

615 35 31
                                    

Hallo!!!

Apa kabar kalian?!

Disini, Via mau kasih chapter yang tidak tahu mau dikasih ke part yang mana.
Jadi Via sendirikan disini gak apa apa 'kan...

Selamat membaca...


.
.
.

"Dihukum lagi?" Tanya Luvia menatap Raden yang datang dan duduk didepan meja kantin.

"Pak Adi dan Pak Jim berkerja sama dan aku tidak bisa menghindarinya." Jelas Raden membuka dua kancing seragamnya.

Dia gerah setelah olah raga siang lari lapangan 20 kali putaran karena tidak mengerjakan hukuman yang diberikan oleh Pak Adi saat dia membolos.

Mengetahui alasan yang sangat jelas bahwa Raden membolos, Pak Jim tidak tinggal diam untuk menghukum Raden.

Jadilah daging yang dipanggang dengan angin yang membuat api semakin membara.

Luvia mengambil tisu dan mengelap keringat yang membasahi pelipis Raden. Keringat itu harus dibersihkan, jika tidak banyak pasang mata yng menatap Raden sebagai santapan mentah.

Raden senang, sekarang ada yang perhatian dengannya setelah dihukum. Jika seperti ini terus dia tiap jam akan berbuat ulah untuk bisa dihukum.

"Jangan!" Cegah Luvia ketika botol diatas meja ambil oleh Raden.

"Aku haus." Raden mengambil paksa dari tangan Luvia.

Cowok itu meminum air yang dibawa oleh Luvia dari rumah.

Minuman itu khusus dibuatkan oleh Nenek kusus untuk dirinya. Sekarang beralih menyiapkan orang sehabis dihukum lari lapangan.

Raden memejamkan mata erat dengan raut muka menahan rasa aneh di lidah.

Gadis yang tadi botolnya direbut paksa oleh Raden tertawa terbahak bahak melihat ekprasi cowok itu setelah merasakannya.

"Enak?" Tanya Luvia menahan tawa.

Raden mengecap ngecapkan mulut serta lidahnya agar rasa yang dia rasakan bisa hilang.

"Minuman apa ini? Tidak enak! Masam!" Kata Raden meletakkan botol dimeja.

"Kek orangnya!" Lanjutnya membuat tawa Luvia berhenti digantikan dengan tatapan tajam.

Giliran Raden yang tertawa, menertawakan Luvia yang sedang bersemi menahan kekesalan.

"Makanya kalau mau minum itu jangan asal ambil punya orang! Kena Azap 'kan?" Sinis Luvia memberikan Raden botol air mineral yang beru dibelinya.

"Ck. Minuman apa sih tadi? Gak enak!" Tanya Raden menerima uluran botol air meneral.

Walaupun kesal dengan kelakukan Raden, dia masih memiliki hati nurani untuk membelikannya air minum agar rasa masam dilidah bisa hilang.

Raden meneliti minuman, takut jika ini minuman dengan rasa yang anwh lagi, semakin menyiksa lidahnya nanti.

Dilihatnya segel masih terpasang dari tutup tersebut membuat Raden percaya jika ini air putih biasa tidak tercampur suatu zat yang mematikan.

"Minum saja! Aku tidak kasih sianida. Jika ingin membunuhmu, langsung penggal saja." Raden terbatuk dalam kegiatan minumnya.

Segitunya gadis ini menginginkan dia meninggal dunia.

"Jahat sekali!" Kata Raden membuat Luvia tertawa

"Minuman itu khusus untukku." Raden paham apa maksudnya.

Dia menoleh cepat, "Jadi minuman ini untuk cewek yang lagi bocor? Gawat! Nanti aku juga bisa bocor lagi?"

Taruhan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang