47. Penentuan (OM)

809 37 38
                                    


"Semua itu adalah takdir!"

"Takdir untuk bersama tanpa ada penghalang kembali."

>R&L<

***

Lagi lagi Luvia mendengar skor mereka seri membuat hatinya semakin cemas. Tidak henti hentinya dia mengucapkan doa untuk Raden memenangkan satu soal terakhir ini.

Gadis itu tidak tenang jika hanya duduk dan menyaksikan. Dia mondar mandir didepan televisi dengan mencoba berfikir positif.

Sebuah tangan memegang pundak, dia terkejut dan menoleh.

"Kak Bella?" Kejut Luvia mengenali seorang gadis cantik berdiri dibelakangnya.

Luvia ingat siapa gadis ini, dia adalah pacarnya Dimas yang dulu pernah membantu Aldi untuk mendapatkan cintanya.

"Lama kita tidak berjumpa." Sapa Bella tersenyum manis sama seperti dulu.

Luvia canggung, "Kak Bella tidak ke atas?"

Bella tidak menjawab pertanyaan konyol dari mantan adik tingkatnya. Dia memegang pundak Luvia lalu menatapnya lekat.

"Via. Sudah tidak ada waktu lagi. Kamu harus keatas!" Bella berharap.

"Ke.. Kenapa Kak? Via tidak,"

"Itu tidak penting!" Potong Bella cepat.

"Tapi, Kak."

"Gue sudah tahu semuanya dari Dimas. Gue terkejut lo berani mengambil Taruhan ini." Lanjut Bella menggoyangkan sedikit pundak Luvia.

"Gue salut sama keberanian lo untuk mencegah perselisihan antara sekolah ataupun Aldi dan Raden. Tapi, lo dan teman teman lo harus menang dalam kompetisi ini!" Kata Bella menuntut.

Ada yang aneh disini kenapa Bella mengatakan itu? Bahkan dia memihak pada sekolah Luvia bukan sekolahnya. Ada apa ini?

"Kenapa Kak Bella bicara seperti itu?"

"Via. Hanya ini yang bisa membuat Aldi jera. Gue tidak mau tiap hari melihat Aldi selalu menyakiti cewek."

"Lo cewek 'kan Via? Lo tahu bagaimana perasaan mereka, lebih parahnya Aldi sekarang sulit untuk dikendalikan bahkan oleh teman temannya sendiri."

"Sebab itu, Via. Kita semua mendukung lo dan Raden untuk memenangkan kompetisi ini bagimanpun caranya."

"Ayo Via. Lo yang bisa membuat Aldi sadar. Semenjak lo pergi dari hidupnya Aldi seperti orang gila yang tidak tahu jalan yang akan membawanya."

"Gue mohon sama lo. Bantu gue dan yang lainnya. Gue tahu lo masih sakit hati karena insiden itu. Tapi, kita semua juga tidak tahu bagaimana mencegahnya."

"Kalau kita tahu dari awal, semua ini tidak akan terjadi." Luvia terdiam.

Seberapa besar cinta Aldi pada Luvia? Apakah sebenar itu? Tidak itu tidak mungkin.

"Tapi."

"Sudahlah. Ayo kita ke atas. Walaupun kamu Taruhan mereka, kamu juga harus menyemangati Raden untuk menang."

"Semangati dia, Via. Raden butuh dukungan lo sekarang." Kata Bella menarik Luvia menaiki tangga yang langsung menuju panggung.

Mereka berdua tepat dibawah podium Raden yang mengahadap Dewan Juri. Seperti sebuah telepati, Raden bisa merasakan kehadian Luvia.

Dia menoleh kebawah mendapati gadisnya, menatap penuh keyakaian dengan sebuah rangkulan dari seorang cewek yang berseragam SMA Leuve, Bella.

Luvia dengan kaku memaksa untuk tersenyum agar Raden terus semangat, setelah itu sebuah air mata turun membasahi pipi.

Taruhan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang