55. Pada Akhirnya

797 37 21
                                    

"Mimpi hanyalah sebuah bunga tidur yang tidak akan kenyataan. Tapi kenyataannya mimpi itu semakin buruk."

>Luvia<

***

Hera masih berada di kamar Luvia, menatap raut wajah putrinya yang sedih. Dia tidak tega untuk melihatnya, dia mendekat dan menarik tubuh Luvia ke dalam pelukannya.

Luvia mengikuti tarikan itu dan memeluk Hera. Pelukan dari seorang Ibu memang obat mujarab untuk hati yang sedang sedih, rasanya jauh lebih tenang dengan memeluknya saja.

"Mami." Panggil Luvia dengan air mata yang terus mengalir.

"Mami percayakan kalau Raden itu baik?"

Hera mengelus kepala Luvia untuk, "Dari dulu Mami sudah percaya kalau Raden itu anak yang sangat baik."

"Sampai sekarang pun, Mami terus membujuk Papi untuk memikirkan lagi kelakuan Raden. Tapi Papi kamu semakin marah jika Mami membicarakan tentang dirinya."

"Maafkan Mami kalau Mami sudah gagal untuk mempertahankan hubungan kalian." Maaf Hera membuat hati Luvia tenang.

"Hubungan Kami tidak akan berakhir sampai disini saja Mami. Karena hubungan kami sudah mendapat kepercayaan dari Mami."

"Kata Raden, dia akan terus berusaha untuk mendapatkan hati Papi saat," kata Luvia menggantung.

Hera melepas pelukannya lalu menatap wajah Luvia ingin mendengar lanjutan dari perkataan putrinya itu.

"Saat. Saat, Raden bisa memenangkan balapan ini dan membawa Luvia pada Papi tapi Luvia cemas kalau Raden tidak bisa melakukannya tanpa Luvia hadir ke balapan itu!" Lanjut Luvia sedih.

"Kalau begitu, kamu harus datang dan menyemangati Raden secara langsung!" Hera tersenyum.

Luvia terkejut, "Apa?! Maksud Mami? Mami mengizinkan Luvia."

Hera tersenyum semakin lebar dan mengangguk, "Datanglah Sayang! Kehadiranmu sangat berarti buat Raden."

"Semangati dia supaya Raden memenangkan balapan ini. Pergilah Mami mengizinkan kalian." Perintah Hera membuat Luvia terharu

"Terima kasih Mami. Mami memang Ibu yang paling baik. Luvia bersyukur mendapatkan Ibu seperti Mami!" Ucap Luvia senang tapi ada sesuatu yang mengganjal di hatinya.

"Tapi Mi. Papi?"

"Kamu jangan khawatir, soal Papi biar menjadi urusan Mami. Kamu pergi lah! Temui Raden." Kata Hera keluar dari kamar Luvia.

Luvia tersenyum dalam tangisan, mengusap air mata lalu bangkit untuk bersiap-siap menuju balapan.

"Raden!"

"Aku akan datang!"

"Kita buktikan kalau kita pasangan yang kuat!"

"Bertahanlah bertahanlah!"

"Aku mohon."

"Tunggu aku sebentar lagi!"

.
.
Situasi yang bersamaan...

CCIITTT!!!

DUWESSS!

BRUK!

DES! DESS!

BREKK!!

Motor yang dikendarai Raden kehilangan keseimbangan dan mengalami kecelakaan mengakibatkan tangan kanan Raden tertindih tangki motor.

Taruhan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang