Segment 3. Beautiful Girl

1.5K 171 50
                                    

Herbert High School.

Luvia sudah siap dengan seragam putih bergaris biru ujung lengan, dasi hitam dua garis miring dan rok hitam bergaris putih. Sudah menjadi ciri khas dari sekolah tersebut.

Dia adalah siswi pindahan dari SMA Leuve yang merupakan rival SMA Herbert.

"Ada suatu hal yang ingin gue lupakan!" Hanya itu yang Luvia katakan.

.
.

Kring... kring.... kringgg.....

"Baiklah anak-anak! Bapak akhiri pelajaran hari ini, jangan lupa kerjakan tugas halaman 145 di buku paket! Di kumpulkan paling lambat nanti pulang sekolah, Bapak tunggu!" Ucap Pak Mahmudi. Guru fisika killer dari SMA Herbert.

Siswa kelas 2-5A terkejut, kalian mengetahui bagaimana susahnya mengerjakan soal fisika? Harus dengan logika di tambah rumus yang rumit serta banyak sampai membuat kepala pusing.

"Jangan nanti Pak." Rengek salah satu siswa dari bangku pojok belakang.

"Iya Pak. Bapak tahu sendirikan soal fisika itu kalau di kerjakan susahnya minta dinikahin!" Tambah temannya yang duduk dibangku samping.

"Lo mau nikah sama soal? Udah gak laku?! Atau udah gak waras?" Tanya seorang yang duduk dibangku depannya. Namanya Dika, si ketua kelas yang tadi kedepan untuk mengerjakan soal.

"Uh. Tuh mulut kebanyakan oli, licin bet! Gue waras Odading. Dari pada gue nikahin soal, mending gue nikahin anak baru itu aja lebih enak." Cerca Bima.

"Tarik sis!" Teriak Dika.

Paduan suara siswa kelas 2-5A. "SEMONGKOOO!!"

"Udah-udah. Jangan ribut! Gak malu sama adik tingkat? Begini saja kalau gitu, tugas ini di kumpulkan lusa pagi. Bapak tunggu dan harus selesai 30 soal kalau ada yang tidak mengerjakan Bapak suruh menyalin catatan dari kelas awal sampai materi yang sekarang di pelajari, mengerti?!" Putus Pak Mahmudi.

"Mengerti Pak!" Serempak siswa kelas 2-5A. Pak Mahmudi membereskan semua yang dia bawa untuk mengajar dan mulai meninggalkan kelas.

Suara gaduh mulai terdengar, seseorang menepuk pundak Luvia, membuatnya terkejut dan mendongakkan kepala.

"Hallo!" Kejut cewek berambut sebahu.

Amanda Dolpe nama itulah yang Luvia baca Name Tag diseragam cewek itu.

"Huh. Bikin kaget saja." Ucal Luvia mengelus dada.

"Hehehe. Maaf." Jawab Manda dengan cengir kuda.

"Kantin barang yuk! Sekalian kita jalan-jalan agar lo bisa hafal sekolah ini." Tambah Amel di samping Manda, cewek bulet perponi.

"Boleh juga." Putus Luvia.

Sesampainya di kantin Luvia memilih tempat duduk berdekatan dengan tembok agar bisa sandaran dan dapat menikmati udara sejuk yang masuk dari luar. Disana banyak ditumbuhi pohon besar, jadi kondisi yang sangat panas seperti ini sangat pas berdekatan dengan pohon.

Tak lama Manda datang dengan sebuah nampan dengan tiga mangkok yang berisi bakso serta tiga gelas jus, "Via. Kita biasa pesan bakso sama jus gak papa 'kan lo?"

Taruhan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang