49. Balas Dendam

793 40 33
                                    

"Sesuatu yang dulu pernah membuat hancur, kini terulang kembali."

"Rasa balas dendam yang kuat terlintas cara yang salah."

>Aldi<

***

Perasaan emosi meluap luap didalam kepala Aldi, sampai keluar asap seperti kereta api, tut tut tut...

Dia sudah bersiap dengan samsak, memukulnya secara bruntal. Membayangkan kalau samsak ini adalah Raden, menabah emosinya semakin besar.

Dimas duduk dikursi dengan dua kaleng Bir ditangannya.

"Percuma lo pukul samsak. Sampai samsak itu rusak, emosi lo belum hilang." Dimas paham perasaan Aldi.

Aldi menatap sekilas wajah manis Dimas lalu fokus kembali memukul samsak, "Gue sedang latihan."

Dimas menatap sinis, "Latihan atau pelampiasan?"

Aldi semakin keras memukul samsak.

Bersaman dengan teman temannya memasuki Bace Camp. Tadinya markas itu sangat sunyi sekarang kembali bersuara membuat suasana hati Aldi membaik.

"Bos! Ada yang ingin ketemu." Kata Baim dengan toples kue kacang yang dia bawa dari rumah.

Donni menarik tangan Baim untuk duduk disampingnya, "Depat dari mana lo? Bagi dong!"

"Enak saja! Ini buatan enyak gue dirumah. Bawa satu topes saja harus bersihin empang. Mana bau lagi." Baim menolak.

"Minta dikit napa. Gue laper, Ndut!"

"Beli!" Gertak Baim menjauh dari Donni.

Aldi melepas kain yang membalut telapak tangan, "Siapa?"

Dicky menatap Aldi, "Tuh! Dia orangnya."

Mata Aldi membulat, "Rio?!"

Orang itu adalah Rio dkk, alias anak Gang Fhere.

"Bukanya kalian dipenjara?" Rio terawa melihat tingkah konyol Aldi.

Aldi menatap teman temannya, "Kalian gila?! Kenapa membiarkan mereka masuk?"

Rio memegang pundak Aldi, "Tenang Bro! Kita kawan sekarang."

Cowok itu menatap Rio cepat, "Apa maksud lo?"

"Dengerin dulu penjelasan gue." Kata Rio menatap penuh harapan.

"Lo belum kalah dari Gang Quer! Gue tahu Taruhan yang kalian sepakati dan gue mendukung lo." Kata Rio membuat Aldi terkejut.

Sejak kapan Rio tahu soal ini? Apa dia punya mata mata? Pasti seperti itu, anggota Gang Fhere tidak semuanya dibawa oleh Polisi.

"Apa yang lo inginkan?" Kata Aldi tahu maksud Rio.

Tentunya jauh dari kata baik. Rio tidak mungkin mendukungnya tanpa ada maksud tertentu yang tersembunyi dibalik dukungannya.

"Lo semakin pintar sekarang. Apa lo menyesal?" Tanya Rio mengulang kembali kebodohan Aldi.

Aldi tidak mau mengingatnya kembali, "Apa yang ingin kalian inginkan? Jika tidak ada keluar dari sini selagi gue berbaik hati tidak menghajar kalian!"

"Gue sudah bilang. Tenangkan diri lo dulu. Gue kesini datang dengan penawaran yang sangat menarik." Rio mulai menghasut.

Aldi berbeda dengan Aldi yang dulu, dia sudah tidak bisa mempercayai omongan Rio lagi sampai kapan pun. Hidupnya tidak ingin hancur kembali.

Taruhan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang