Extra Part 2

589 35 30
                                    

Warning!!
17+
Terdapat adegan Dewasa!

.
.
.
Keesokannya, mereka menuju sebuah taman. Luvia masih kesal dengan apa yang dilakukan Raden.

"Kamu masih marah padaku?" Tanya Raden peka.

Sekilas Luvia menatap Raden yang berdiri dengan tangan dibelakang, "Iya. Aku masih marah padamu."

Raden duduk disamping Luvia. Dia mengeluarkan kedua tangan yang dia sembunyikan.

Dua buah corn ice crim berada ditangannya, sekilas Luvia melihat itu dan membenarkan duduknya menjadi mengarah kedepan.

"Kamu masih marah 'kan? Lalu siapa yang menghabiskan es krim ini?" Goda Raden melirik Luvia.

Membujuk gadis yang sedang madah itu bukan hal yang sulit bagi Raden, ditambah ceweknya itu adalah Luvia.

Sebesar apa pun marah itu akan luluh dengan semua es krim. Luvia masih polos dan bertingkah seperti anak kecil.

"Hah! Aku buang saja. Orang yang aku belikan es krim masih marah." Usul Raden berdiri.

Dengan cepat Luvia mencegah, "Jangan dibuang."

"Katanya kamu masih marah? Es krim ini tidak ada yang makan." Bujuk Raden berhasil.

"Aku sudah tidak marah padamu." Kata Luvia.

"Bener? Sudah tidak marah?" Luvia mengangguk.

"Senyum dulu dong." Dengan malu malu Luvia tersenyum.

"Cium pipi." Canda Raden.

"Jangan mulai." Potong Luvia dan Raden tertawa.

"Iya sayang. Ini es krim permintaan maaf dariku. Jangan marah lagi ya?" Bujuk Raden memberikan es krim.

Luvia menerimanya, "Iya."

"Kok jutek?"

"Iya, Raden." Jawab Luvia tulus.

"Kok Raden?"

Luvia terdiam, "Iya, Sayang."

"Gitu dong. Kan makin sayang." Kata Raden tersenyum manis.

Tidak henti hentinya Raden menatap wajah samping Luvia yang sedang memakan es krim. Gadis itu sudah menuruti permintaannya akan merubah penampilannya menjadi Luvia yang dulu, itu membuatnya senang.

"Cantik." Kagum Raden

Luvia menoleh cepat, "Kamu mengatakan sesuatu?"

Raden mengangguk pelan, "Kamu sangat cantik saat menjadi diri kamu sendiri."

Luvia paham kata itu, "Sebenarnya aku masih takut dengan sikapku ini."

"Kenapa harus takut? Ada aku disini. Aku ada disampingmu. Menjagamu." Kata Raden menatap sayang.

"Kamu milikku. Hanya milikku! Tidak ada seorang pun yang berani memilikimu selain aku!"

"Tidak akan aku biarkan milikku dalam bahaya." Cerca Raden membuat Luvia tertegun.

Semoga saja ucapan cowok di depannya ini benar adanya, tidak seperti cowok yang dulu mengatakan seperti itu, aslinya hanya pencitraan agar dia mudah untuk dibawa sebagai Taruhan.

Menatap mata cowok itu yang begitu dalam serta dia melihat dari sorot matanya yang sangat tulus dalam mencintainya.

Luvia berharap kali ini memang cintanya akan indah pada akhirnya, perasaan tulus akan dibalas dengan tulus pula bukan hanya sebagai topeng.

Gadis itu masih setia menatap mata pekat Raden, mencari kebohingan dari cowoknya namun semuanya itu tidak ada dimata itu.

Sepasang mata menandakan perasaan seseorang jika orang tersebut benar benar mengatakan dengan jujur atau berbohong, yang Luvia lihat dia benar benar mengatakannya.

Taruhan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang