Segment 8. Pulang Bareng

1.2K 124 37
                                    

"Keanehan itu mendatangkan kecurigaan yang perlu diselidiki."

>Raden<

***

Hubungan tanpa rasa sangat merepotkan. Sekarang dia sendiri yang menjauhkan dari hal yang dia suka. Luvia mengetahui hubungan itu dan membuatnya selalu menghindar.

Raden sedang menunggu Tiara di parkiran, katanya dia ada rapat Cheers. Raden sudah tidak sabar menunggu Tiara keluar, sudah 5 menit berlalu. Lebih baik dia pulang.

Saat mengenakan helm mata elangnya tidak sengaja menangkap bayangan yang sehari ini dia cari. Luvia keluar dari Lobby menuju gerbang sendirian. Gadis itu tidak semangat, dia lesu, tidak mau melakukan apa-apa bahkan makan saja rasanya tidak tertarik.

Dia terus memikirkan apa yang dia katakan pada Hera kalau jamnya hilang. Kata Manda jamnya tidak ada dimobil begitu juga dengan Amel, dia tidak membawanya.

Luvia duduk dihalte. Sebuah motor berhenti menghalangi pandangannya, "Bisa gak sih, gak berhenti disitu?!"

Luvia membulatkan mata ketika melihat pemilik motor. Raden, orang yang sudah menganggu pandangan, jadi tambah Badmood.

Dia berdecek tidak suka, "Apa?"

"Ayo pulang." Tawar Raden.

"Gak mau."

Bis sudah sampai dan berhenti tepat di samping motor Raden. Luvia ingin masuk ke dalam Bis namun Raden menghalangi langkahnya dengan motor.

"Lanjut saja Pak, dia gak jadi naik." Kata Raden kepada Pak Sopir. Beliau mengangguk dan melajukan Bisnya pergi.

Luvia menahan emosi, "Mau lo apa sih? Gue mau pulang."

"Pulang sama lo."

"Gue mau mau kenapa lo maksa?!" Luvia mengepalkan tangan.

Tangan Raden mengambil sesuatu didalam jaket lalu menatap Luvia kembali, "Beneran gak mau?"

Luvia tidak menjawab, dia kesal sampai tidak mau menatap wajah Raden yang sudah membuatnya menunggu Bis berikutnya datang.

"Berarti lo juga gak mau ini?" Gadis itu terkejut, dengan cepat dia mengambilnya, tapi Raden sudah lebih dulu menjauhkannya.

"Jam gue. Kembalikan!" Ucap Luvia mencoba mengambil jamnya. Raden memasukkan ke dalam kantung jaket tidak mau Luvia mendapatkannya dengan gratis.

Cowok itu memakai helm, "Katanya gak mau?"

"Itu jam punya gue. Kenapa bisa ada di lo?" Tanya Luvia.

Pertanyaan itu, Luvia sudah tahu jawabannya, kemarin Raden membuat ulah dikamarnya. Ternyata Raden yang mengambilnya, pencuri.

"Kembalian Raden."

"Jadi pacar gue dulu!" Luvia membulat.

"Jangan baper!" Canda baper.

Raden menatap, "Makanya pulang sama gue!"

"Naik motor?" Tanya Luvia polos.

"Naik delman. Naik motor lah!" Raden gemes.

Lama menunggu, Raden menjalankan motor, tangan kecil Luvia menahan, Raden tersenyum.

"Cepat naik!"

"Sebenarnya, gue takut naik motor." Raden tertawa.

"Alasan!" Luvia mendengus kesal.

"Cepat naik atau jam ini gue buang." Ancam Raden kejam.

Luvia memposisikan diri untuk naik ke motor Raden. Dua tahun dia tidak pernah berkendara dengan motor apalagi motor sport seperti ini. Luvia takut menaikinya, bayangan itu akan muncul dan terus menghantui pikirannya. Sebab itulah alasan dia lebih memilih naik Bis dan berjalan kaki hanya untuk mendindari naik motor.

Taruhan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang