13. Bersalah

1.2K 101 41
                                    

"Lawan saja hal yang membuat takut. Jika ingin sembuh."

>Luvia<

***

Raden membuka pintu kamar keras, dia melempar bungkusan martabak manis.

"Wih! Lo mulai perhatian ke kita." Kata Ipul membuka bungkusan.

"Tumben?" Tanya Adam.

Ersa tersenyum senang, "Rejeki anak soleh!"

Raden menatap datar, "Gak usah bacot! Habiskan."

"Siap bos q."

"Lo gak sekalian?"

"Enggak." Kata Raden keluar lagi dari kamarnya.

"Endah tu bocah kenapa yak? Hilang tiba-tiba. Muncul tiba-tiba. Dan pergi lagi." Heran Guntur menatap Raden yang sudah pergi.

Guntur menatap Adam, "Dam, lo tahu?"

Adam menggelengkan kepalanya, "Kalau dia seperti itu pasti ada yang sedang dia pikirkan."

"Sudahlah biarkan saja, anak muda!"

"Makan! Makan! Makan!"

Ditengah meraka menghabiskan makanan, komputer Raden mengeluarkan bunyi dan membuat mereka menoleh.

Adam mendekati komputer tersebut lalu mengeceknya.

"Kena juga lo perangkap gue!"

.
.
Disisi lain...

Raden berjalan dijalan sepi, dia memikirkan apa yang Vino ceritakan.

Kakinya berjalan tanpa arah, sebuah batu kecil tepat didepan kakinya, ia mainkan sambil terus berjalan.

"Kenapa?" Katanya masih terus menatap batu yang dia tendang sesuai dengan langkah kakinya.

"Kenapa?" Dia masih terus memikirkannya.

"Kenapa?!" Batu kecil tersebut melesat jauh ke depan dengan keras, Raden menendangnya.

Raden mengusap wajah kasar, "Kenapa dia bisa sekuat itu untuk bangkit?!

"Kenapa?!"

"Kenapa gue tidak?!"

.
.
.
Flashback on....

"Gue mau cerita apa yang gue tahu soal bayangan itu." Kata Vino membuat Raden terkejut.

Cowok itu mengikuti kemana Vino pergi.

"Ceritakan apa yang lo tahu." Kata Raden berjalan beriringan dengan Vino.

"Luvia pernah diculik."

"Apa?!"

"Hal seperti tadi sering Luvia alami. Tapi, sekarang sudah jarang dan tidak separah dulu."

"Dia hanya kambuh saat bayangan itu muncul. Mereka muncul saat Luvia melihat atau berada ditempat tertentu." Kata Vino masih tenang berjalan.

Raden menoleh, "Apa saja yang tidak boleh dia lihat dan dia lakukan?"

"Seperti yang lo lakukan tadi. Mengajak Luvia ke jalan raya." Jawab Vino tenang.

"Lo bercanda? Jalan raya? Yang benar saja?" Raden tertawa membayangkan.

Vino menatap serius, "Gue juga mikirnya begitu, tapi Luvia memang takut. Selama ini gue mencoba untuk mengatasi trauma itu sampai sekarang dan berhasil Luvia sudah bisa berjalan bahkan berlari di jalan raya."

Taruhan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang