Matahari mulai terbenam jalanan pun semakin sepi, seorang wanita berseragam dan berambut pendek yang terurai masih berdiri di depan gerbang sekolah. Seseorang menepuk pundaknya.
"Shin Jiyoon," Kata seseorang dan Jiyoon menoleh kebelakang.
"Emm iya Ra," kata Jiyoon menundukan kepala.
"Lu kok belum pulang?" Tanya Nara.
"Boleh nggak aku nebeng kamu?" Tanya Jiyoon nggak enak.
"Boleh, ayo!" Jawab Nara sambil berjalan ke arah parkir motor yang berada 5 meter di sisi gerbang sekolah.
Sesampainya di area parkir yang sudah sepi Nara pun langsung menaiki motor metiknya begitu juga Jiyoon, motor melaju dengan santai.
"Lo tadi tunggu gue 2 jam di gerbang?" tanya Nara.
"Enggak, tadi ada sesuatu," Jawab Jiyoon yang sembunyiin sesuatu.
"Gue udah tau kok Ji, sabar ya!" Kata Nara.
"Iya, makasih cuman kamu yang ngertiin" Jawab Jiyoon.
"Santai aja ngomong, pakai lo gue aja" Kata Nara.
"Aku nggak terbiasa Ra," Jawab Jiyoon.
"Andai aku secantik dan sehebat kamu, kayaknya orang lain nggak bakal Mandang aku serendah ini." Jiyoon mengatakan hal tersebut sambil melihat jalanan dengan tatapan kosong.
"Jan gitu Ji, kita manusia biasa yang nggak luput dari kekurangan, gue tau lu pinter makanya orang lain nggak suka sama lo atau bisa di bilang sih mereka iri ma lu." Jawab Nara.
"Nggak gitu Ra," Kata Jiyoon.
"Sstt, udah jangan rendahin diri lu sendiri, siapa lagi yang mau cinta diri lu kalau bukan lo sendiri. Semuanya berawal dari kita sendiri." Nara mengatakan seribu kata yang berulang-ulang dan sulit di pahami, dan Jiyoon hanya menganggukan kepalanya.
Nara berhenti dan Jiyoon pun turun dari motor. "Besok pagi berangkat sekolah bareng gue ya, jam setengah tujuh. gue nggak ikut piket OSIS" ujar Nara.
"Makasih banget loh Ra," jawab Jiyoon
"Iya" jawab Nara sambil tersenyum, dan melajukan motornya.
Sesampainya di rumah Nara memarkirkan motornya di depan rumahnya, Nara bukan kalangan anak konglomerat. Ibu dan ayahnya adalah seorang Guru SMP.
Nara langsung melepaskan sepatunya dan menentengnya.
"Idih pengangguran," kata Nara ketika melihat kakaknya bermain game futsal di laptop."Ssstt ganggu aja, kakak kan masih mahasiswa" jawab Nara.
"Mama belum pulang?" tanya Nara.
"Belum, katanya tadi ada les tambahan buat muridnya 2 jam dan baru mau pulang" jawab Kakak Nara.
"Oh" jawab Nara.
Nara pun berjalan ke kamarnya yang berada di belakang sendiri berdampingan dengan dapur.
Setelah mandi sore Nara segera mencari makanan di meja makan tetapi tidak ada, dan berganti ke kulkas tapi hanya ada dua butir telur.
"Telur lagi telur lagi" ujar Nara sambil mengacak rambutnya frustasi, Nara pun menutup kulkasnya.
"KAK"
"KAK"
"KAKAK!" teriak Nara berkali-kali tetapi kakaknya tidak menjawab.
"CHOI HYUNSUK!" teriak Nara kesal.
"Apa si?" tanya hyunsuk yang berada di dapan dapur.
Nara memasang muka kesal begitu juga kakaknya, yang bernama hyunsuk.
"Gara-gara lu gue kalah permainan," Kata Hyunsuk.
"Nggak penting," Jawab Nara sambil berkacak pinggang.
"Ada apa ini kok ribut-ribut?" tanya ayah Nara sambil menggendong tas yang baru sampai rumah.
"Kakak loh pah" Kata Nara.
"Bocil" Jawab Hyunsuk yang berjalan pergi.
"Udah ini papah bawain nasi Padang," Kata ayah Nara sambil menunjukkan plastik yang di bawanya dan menaruhnya di meja makan yang ada di dapur.
Hyunsuk pun langsung mengambil satu bungkus dan duduk di kursi dapur, memakannya dengan lahap.
Nara menggelengkan kepalanya.
Mempunyai kakak cowok bagaikan memelihara Monster di dalam rumah, batinnya.----------
Haruto membuka pintu rumahnya yang berantakan, sesekali dia menghela nafas agar hatinya sedikit tenang.
Haruto pulang dengan pakaian yang tidak berseragam lagi, tetapi masih menggendong tasnya.
"Kak nanti malam jangan keluar rumah ya, Airi takut Airi mau sama kakak." Kata bocah umur 12 tahun yang berdiri di depan Haruto.
"Gue nggak janji," Kata Haruto dan bergegas memasuki kamarnya.
Di dalam kamar Haruto hanya melamun, dan menghitung waktu demi waktu, satu jam telah berlalu haruto pun membuka pintunya dan mendapati adiknya yang sudah tertidur lelap di kursi.
Haruto mengangkat adiknya sekuat tenaga, suara pintu terbuka terdengar di telinganya, seorang perempuan berdiri di depan pintu dan berkata, "Pindahin ke kamar Mama aja."
Tetapi haruto tidak mendengarnya dan membawa adiknya ke kamarnya.
"Gue nggak mau adek gue satu-satunya di hantui rasa takut dan sakit seperti yang gue alami, adek gue harus bahagia." Kata Haruto sambil menutup adiknya dengan selimut.
Haruto duduk di kursi ruang tamu dan ibunya pun juga di sana.
"Ma kenapa nggak cerai sama papa aja?" Tanya Haruto ke Mamanya.
"Ruto pikir semudah itu buat cerai sama papah," jawab mama haruto.
"Ruto capek kek gini terus, percuma punya ayah yang nggak seperti orang tua lainnya." Haruto melihat mata ibunya dengan sorot yang amat menyedihkan.
"Ruto mikir sekolah aja mama yang kerja," Jawab Mama haruto.
"Mama mengalihkan pembicaraan?" Tanya Haruto yang sedikit kesal.
Brak, brakk!..
Suara seseorang menggedor pintu, mama haruto pun segera membuka pintu.
Haruto ikut berdiri dan mendapati papahnya yang mabuk.
TBC.
Temen kalian ada yang oleng ke haruto nggak tadi Teum?.😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Haruto Itu?
Ficção Adolescente"Lo nggak bakal ngerti tentang gue!" -Watanabe Haruto. Seorang ketua OSIS Choi Nara terpaksa berurusan dengan masalah yang di buat oleh siswa bernama Haruto, yang terkenal dengan kenakalan nya. --- Tidak hanya berkisah tentang cinta namun menggamba...