Epilog

2.2K 254 4
                                    

Seorang anak kecil berambut pendek berponi di kucir dua, berdiri di kursi penumpang Bus pariwisata. kursi yang di injak anak kecil tersebut berada di sebelah kaca bagian kanan.

Anak tersebut terus loncat tidak takut jika jatuh ataupun kepalanya terbentur, "Haluto mau loti enggak?" Tanya nya sambil mengulurkan sebuah roti. Anak yang bernama Haruto terus diam dan menatapnya dengan polos.

"Nara duduk yang bener, nanti jatuh." Ujar seorang wanita yang umurnya hampir berkepala tiga, yang duduk di sebelah anak kecil bernama Nara.

Nara langsung menuruti kata mamanya, Nara adalah anak kecil yang mudah di atur.

Sesampainya di tempat parkir, murid TK langsung di absen kembali oleh 4 guru nya.

Selesai melakukan absen mereka di berikan tiket masuk yang sudah di pesan oleh guru.

"Tuh liat monyetnya manjat pohon." Kata mama Nara sambil jari telunjuknya mengarah ke monyet yang ada di kandang.

Nara melihat ke arah anak kecil yang ada di belakang yang terus diam dan hanya bersuara jika di tanya oleh mamanya.

Dengan polosnya Nara mengatakan, "Ma monyetnya mirip, luto."

Mama ruto yang mendengarnya langsung tertawa, Mama Nara malu dengan anaknya. "Ssst nggak boleh gitu." Kata mama Nara yang matanya sudah melotot.

"Nggak papa namanya juga anak kecil," Mama Haruto mengendong anaknya.

Kedua orang tersebut terus berbincang, walaupun sebelumnya mereka tidak terlalu akrab akhirnya mereka dekat satu sama lain.

Begitu juga dengan Haruto dan Nara, ketika guru mengajak mereka ke akuarium ikan yang sangat besar. Haruto menunjukan ikan tersebut dan mengatakan "Lucu."

Nara yang banyak ngomong dan termasuk anak yang aktif langsung mengomentari dengan kata-kata polosnya.

"Sini foto dulu," Mama Nara mengajak mereka berdiri di dekan kandang rusa.

Kedua anak kecil tersebut menuruti perintah, "Haruto jangan jauh-jauh nak." Ujar mama haruto yang berdiri di samping Mama Nara.

"Mama hitung sampai tiga ya, pokoknya harus bagus." Ucap mama Nara sambil membawa hp jadul yang sudah canggih pada masanya.

Nara meletakan jari telunjuk menusuk pipinya yang gembul, sedangkan Haruto hanya berdiri seperti biasa.

Kedua orang tua tersebut yang gemas langsung menyuruh Nara untuk mencium pipi Haruto.

"Di cium pipi kakak Ruto nya." Suruh mama Nara, dengan polosnya Nara mencium pipi Haruto, "Eumah."

"lagi-lagi, kan belum mama foto." kedua orang tua tersebut tertawa puas, untungnya anak kecil bernama Haruto tidak merasakan risih.

--------

Ketika Nara berusia 17 tahun, saat mama Nara mengambil raport anaknya dan Nara duduk di anak tangga lobi sendirian sampai setengah jam dan tiba-tiba Haruto duduk di sebelahnya yang terjadi adalah mama Nara di panggil ke ruang kepala sekolah.

"Anak ibu sangat berjasa dan salah satu orang yang berpengaruh terhadap prestasi sekolah. Saya mengundang ibu ke sini untuk menawarkan biasiswa kuliah universitas. Tapi masih ada seleksi, apakah ibu mengijinkan nya?"

"Maaf pak saya pikir dulu." Balas mama Nara dengan perasaan senang, bangga tapi dia takut jika berpisah dengan anak perempuannya.

Dia tidak menyangka anak perempuan yang dia anggap nakal sudah menjadi remaja yang bertanggung jawab.

Semuanya bisa berubah dan tidak ada anak yang  tidak ingin berkembang. Walaupun terkadang mereka mencontoh beberapa hal yang mereka lihat, dengar dari masa kecil ataupun perilaku orang tuanya.

Dan pergaulan masa remaja lah yang akan menjadi proses jati diri mereka yang sebenarnya.

Haruto Itu? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang