Bel berbunyi, Nara mengangkat kepalanya dan membereskan kertas-kertas yang ada di mejanya. Teman yang lainnya pergi ke kantin.
"YUNA" Panggil Nara, tapi Yuna hanya menoleh dengan ekspresi kesal. sudah dari kemarin sepertinya Yuna tidak mau berbicara dengan Nara tanpa alasan, Nara mencoba mengajak bicara tapi Yuna acuh tak acuh.
"Na lo kenapa?" Tanya Nara.
"B aja" jawabnya.
"Gue mau jujur sama lo."
"Iya bilang aja nggak usah basa-basi."
"Sebenernya bentar lagi," perkataan terpotong.
"Dah lah gue males gue liat muka lo" kata Yuna dengan kata-katanya yang menohok, dan segera pergi. namun tangannya di pegang oleh Nara.
Sebenernya Nara sakit hati, tapi bagaimanapun Yuna adalah sahabatnya.
"Kok lo gitu, gua punya salah ya sama lo ya selama ini?" Tanya Nara.
"Pikir aja sendiri." Yuna pergi, Nara berdiri sendiri di kelasnya.
Di kantin Nara memesan satu mangkok soto dan satu gelas es teh di bawanya di meja samping Yuna yang sedang duduk sendirian.
"Yuna, kalau gue punya salah gue minta maaf." Lirih Nara.
Yuna meletakkan sendoknya.
"Lo tau enggak salah lo apa?" Tanya Yuna, Nara diam.Tiba-tiba Doyoung datang dengan semangkuk Bakso, dan duduk di depan Nara.
Yuna berbisik kepada Nara, "coba lo intropeksi diri lo sendiri." Yuna pergi, Nara menoleh ke arah Yuna pergi.
"Ada apa, kok kalian nggak kayak biasanya?" Tanya Doyoung.
"Enggak papa kok." Balas Nara sambil tersenyum, dan merekapun lanjut makan.
"Btw Ra."
"Iya."
"Gue minta maaf sama hal yang kemarin, gue enggak bakal maksa lo, gue tau cinta nggak bisa di paksain. kalau lo nggak mau ya nggak papa, yang penting lo bahagia gua juga. Gue takut kehilangan sahabat kek lo." Kata Doyoung tulus.
"Sans young, hal kek gitu udah biasa bagi anak remaja kek kita." Nara menjawab dengan santai.
"Wah wah, emang lo pernah tua Ra?" Tiba-tiba Minjae muncul dari belakang Nara tersenyum tanpa dosa, dan pindah tempat duduk di samping Nara.
"Lo nguping dari tadi?" Tanya Doyoung was-was.
"Seru juga ya masalah kalian, tanpa gue nguping pun gue dah tau." Minjae melipat tangannya di depan dada, Doyoung melotot.
"Lo cenayang?" Tanya Doyoung.
"Ya Enggak lah goblok! enak aja kalau ngomong."
"Wih cakep juga ternyata lo jae." Nara memberikan pujian kepada Minjae sambil memosisikan jarinya membentuk kamera.
"Iya, Minjae gitu loh si calon model."
"Idih mimpi" Kata Doyoung.
"Nggak boleh gitu young, iyain aja siapa tau enggak." Ucap Nara sambil tertawa.
Sebenernya Minjae adalah cowok yang baik dan tidak terlalu mengurusi masalah orang, walaupun Minjae tau sedikit apa yang sedang terjadi di antara Doyoung, Nara dan Yuna. Tetapi Minjae tidak akan mengomentari nya, karena Minjae hanya anak laki-laki penghancur suasana Jail dan suka bercanda.
Tiga jam pun telah berlalu, hingga jam pulang Yuna masih tetap diam,
"Yuk Na" Ajak Nara sambil menggendong tasnya.
"Lo duluan aja!" jawab Yuna yang duduk di kursinya, dan Nara pun pergi mengejar Doyoung.
Di koridor Doyoung dan Nara berjalan sejajar.
"Yuna mana, kok tumben biasanya dia duluan?" Tanya Doyoung.
"Emm gak tau ah keknya dia lagi nggak mood hari ini." Nara menundukkan kepalanya.
"Sabar ya, gue yakin bentar lagi dia nggak kek gitu lagi kok sama lu. Dia nggak bakal bisa hidup tanpa lo." Doyoung terkekeh karena dia sudah tau sifat mereka berdua.
"Semoga aja," jawab Nara.
Mereka menuruni tangga di lobi.
"Selamat sore bu," Sapa Nara sambil tersenyum kepada guru yang duduk di kursi tunggu dengan buku dan laptop di mejanya.
"Iya selamat sore," jawab ibu tadi dengan ramah.
Di tempat parkir kelas 12, Nara dan Doyoung bertemu dengan Haruto yang duduk-duduk di motornya dengan santai, Haruto, Doyoung, dan Nara pun saling bertatapan.
"Ra gue pamit pulang duluan ya!"
"Em iya" Balas Nara sambil mengangguk.
Doyoung pergi mengambil motornya yang terparkir di tengah-tengah, Haruto turun dari motornya.
"Lo kok belum pulang?" Tanya Nara.
"Gue nungguin elo."
"Gue?"
"Iya siapa lagi, masa mbak Kunti." jawab Haruto sambil tersenyum manis.
Haruto mendekat Nara dan menunduk, "Lo nggak terima si Doyoung kan kemarin?"
"Iya, Kok lo bisa tau?" Nara binggung.
"Maaf gue kemaren enggak sengaja denger bentar," Haruto kembali ke posisinya tadi.
"Oh."
"Gue mau ajak lo main ke suatu tempat hari ini, lo mau nggak?" Tanya Haruto.
Nara melirik jam tangannya, "Boleh." Jawab Nara bahagia dan Haruto pun tersenyum lebar.
Yuna yang berdiri di belakang nara dari kejauhan dan tau moment tersebut merasa ia telah salah paham, dan dia menyadari bahwa Nara juga penting baginya di bandingkan dengan masalah cinta. Tanpa Nara hidupnya sepi, dia sadar bahwa dirinya terlalu egois.
TBC.
Hihi maaf ya kalau Gaje, tapi semoga bisa di pahami dan alurnya enggak terlalu cepet. ☺️
KAMU SEDANG MEMBACA
Haruto Itu?
Ficção Adolescente"Lo nggak bakal ngerti tentang gue!" -Watanabe Haruto. Seorang ketua OSIS Choi Nara terpaksa berurusan dengan masalah yang di buat oleh siswa bernama Haruto, yang terkenal dengan kenakalan nya. --- Tidak hanya berkisah tentang cinta namun menggamba...