Shintaro baru saja pulang, dia duduk di sofa sembari melonggarkan dasinya. Aku baru saja selesai mandi saat itu.
“Shin, baru pulang?” tanyaku sekadar basa-basi.
“Begitulah. Oh iya, ada kabar”
Aku segera mengambil duduk di sebelah suamiku sambil mencoba mengeringkan rambutku dengan handuk.
“Kabar baik atau buruk?” tanyaku.
“Kabar baik dan buruk, masing-masing satu”
Aku terdiam, mempertimbangkan mana dulu yang harus kupilih. Sepertinya aku harus bertanya kabar baiknya dulu agar tidak terlalu shock.
“Kabar baik dulu”
Shintaro menghela napas dan bersandar di sandaran sofa.
“Akashi, em, istrinya hamil”
Aku terkejut sekaligus senang, “syukurlah, nanti aku akan mencarikan kado untuknya. Lalu kabar buruknya?”
Shintaro menghela napas lagi, dia diam beberapa saat. Dalam hati, aku menjadi sangat takut akan kabar buruknya.
Mungkinkah berhubungan dengan kandungan Akashi-san yang hanya diketahui oleh suamiku?
Ah tidak mungkin, seorang dokter tidak boleh menyembunyikan apapun jika berhubungan dengan nyawa.
Mungkinkah Akashi-kun mengancam suamiku tersayang ini?
Tidak... tidak... Mereka itu berteman. Sepertinya sih.
Atau jangan-jangan mereka tidak mau membayar setelah diperiksa oleh suamiku dan sekarang Shintaro sedang terlilit hutang?
Em, tapi Akashi-kun adalah konglomerat yang luar biasa kaya. Masa iya dia tidak mau membayar.
Lalu apa?
“[Name]” panggilnya.
“Ya?”
“Aku iri-nodayo”
“Ha?”
“Ayo buat satu!” ucapnya sambil menatap serius padaku.
Oh, ini gimana ya?
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah? (Midorima Shintarō x Reader) [END]
FanfictionMidorima Shintarō adalah suamiku. Catatan : 1. Di sini, ceritanya Shintaro sudah dewasa. Jadi aku (mungkin) tidak menambahkan kata "-nodayo" ataupun "-nanodayo" pada kalimat yang ia ucapkan karena kupikir akan lucu jika ia menggunakan hal tersebut k...