Hidup Menjadi Manusia

153 30 1
                                    

Yena tengah bersiap untuk berangkat sekolah. Setelah kemarin dia menyadari kalau dirinya adalah manusia sekarang Yena merasa hidupnya telah dibebaskan. Mulai hari ini Yena akan menjalani hidupnya dengan dengan bahagia.

"Tidak ada peran utama, tidak ada adegan, dan bagian terbaiknya aku hidup untukku sendiri." Ucap Yena setelah menggunakan sepatunya. "Eomma, Appa, aku berangkat."

Yena keluar dari rumahnya. Baru saja keluar dari pagar Yena langsung dikejutkan oleh Mark yang sudah menunggunya dengan membawa sebuah sepeda.

"Mark? Apa yang kau lakukan?" Tanya Yena.

"Menunggumu lah, apa lagi? Kau kemarin meninggalkanku jadi sekarang aku yang menunggumu." Ucap Mark lalu naik ke sepedanya. "Ayo naik."

"Naik itu? Bukankah kau kaya? Kenapa naik sepeda?" Tanya Yena.

"Hei, kita selalu naik ini sejak SD. Yena ah, kepalamu baik-baik saja?" Tanya Mark.

"Huh? Ahaha tentu saja. Ayo kita berangkat." Yena akhirnya naik ke boncengan sepeda Mark.

"Pegangan." Mark menarik tangan Yena agar melingkar di pinggangnya.

Yena sedikit terkejut, apa mereka tidak berlebihan untuk sebagai teman? Tapi tidak buruk juga, menjadi Yena manusia cukup menyenangkan karena menerima begitu banyak cinta dari banyak orang.

"Bersiap, kita pergi sekarang." Ucap Mark lalu mulai mengayuh sepedanya.

Tanpa sadar Yena tersenyum.

***

Yena duduk di bangkunya yang bersebelahan dengan Mark. Dilihatnya Joochan yang sudah berada di kelas dan kini tengah sibuk mengerjakan sesuatu di bukunya. Kalau boleh jujur Yena suka tipe laki-laki seperti Hong Joochan. Pintar dalam belajar, pemusik yang genius, hangat, dan yang paling penting dia memiliki senyum secerah matahari. Dan karena sekarang Yena bukan di dunia webtoon itu berarti tidak ada peran utama pria jadi, Yena bisa memilih siapapun untuk menjadi pacar Yena.

"Yena ah, aku lupa mengerjakan tugas matematika. Pinjam milikmu untuk kusalin." Ucap Mark.

"Eoh, ambil di tasku." Jawab Yena.

"Ah, Oke." Mark langsung membuka tas Yena dan mengambil buku matematika gadis itu.

"Mark, bagaimana kalau kau bertukar tempat duduk dengan Joochan?" Ucap Yena.

"What?" Mark yang tengah menyalin tugasnya langsung berhenti.

"Sepertinya akan menyenangkan kalau duduk dengan Joochan." Ucap Yena sambil tersenyum sendiri.

"Kenapa kau ini? Apa mungkin kau menyukai Hong Joochan?" Tanya Mark.

"Menyukainya?" Seketika pipi Yena memerah.

"Yak! Apa kau gila?" Teriak Mark berhasil membuat seluruh kelas menatapnya. "Kenapa hatimu berubah secepat itu? Bukankah kau selama ini menyukai Kim Yohan?"

"Yohan? Ha yang benar saja, melihat wajahnya saja sudah membuatku kesal. Apa hebatnya dia sehingga terus dipuja dan menjadi sorotan? Terlalu banyak gaya, narsis, dan yang paling menyebalkan dia selalu berusaha terlihat keren. Ayolah mana ada orang yang sempurna." Ucap Yena.

"Yohan, Hai." Mark melambaikan tangannya pada Yohan yang ternyata sudah berdiri dibelakang Yena.

"Astaga kaget aku." Yena berdiri dari tempatnya karena terlalu kaget dengan kemunculan Yohan.

"Kau baru saja membicarakanku di belakang ya?" Tanya Yohan sambil mendekat pada Yena.

"Kau mendengarnya?"

When I Was In The Lead Role || Choi YenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang