Renjun dan Lonjin duduk saling membelakangi. Wajah keduanya sama-sama jengkel dan dengki, tak dapat berbohong bahwa apa yang terjadi beberapa waktu sebelumnya membuat mereka semakin membenci satu dengan yang lain.
Nana dan Jeno duduk sedikit jauh dari mereka, Haechan sudah bangun beberapa jam yang lalu saat Jaemin menyambar habis seluruh bagian ruang tengah asrama mereka. Seluruhnya sudah diperbaiki, meskipun dengan raut wajah terpaksa, Lonjin tetap melakukannya.
"Aku tak peduli bagaimanapun cara supaya kalian memperbaiki hubungan," Jaemin mendengus dengan kesal "tetapi sebaiknya hubungan itu harus sudah membaik sebelum kita melanjutkan perjalanan ke dunia selanjutnya." Ucap Jaemin ketus kepada Renjun.
Haechan menganga, suara sendok yang berdenting dengan gelas menjadi satu-satunya harmoni di dalam ruangan itu, yang Haechan lakukan sembari mengagumi keanehan yang terjadi di dalam ruangan itu.
Jaemin beranjak dari sana dan bergabung bersama manusia-manusia dari dunia ini. ia mengusap-usap rambutnya karena kesal, kemudian menjatuhkan dirinya di sofa. Ketiga orang itu diam tak bergerak apalagi berbicara, memandang Jaemin dari ujung kepala hingga ujung kaki dengan mata yang menuduh, menuding, sekaligus mengagumi.
Jaemin yang matanya tertutup, merasakan pasang mata memerhatikannya. Ia membuka mata, "Astaga, apa itu?" Tanya Jaemin, memberikan kesempatan kepada ketiganya untuk mengajukan pertanyaan dan pernyataan.
Haechan meletakkan cangkir yang ia genggam, mendekatkan dirinya kepada Jaemin. "Apakah aku ada di duniamu?" Tanya Haechan, matanya berbinar-binar penasaran.
Jaemin terkekeh sambil mengangguk, "Dunia paralel berarti salinan dari setiap dunia, hanya saja dengan alur cerita yang berbeda."
Nana mulai bergerak untuk menyimak cerita yang Jaemin tuturkan. Ia merapikan rambutnya dengan gemas, menaikkan kedua kaki dan merangkulnya. "Tetapi, mengapa kau tidak datang ke dunia ini bersama Jeno?"
Jaemin menggigit bibirnya, kemudian melirik Jeno yang duduk dengan wajah datar di seberangnya. Ia tersenyum, kemudian beralih kepada Nana, "Bolehkah aku bertanya, apa hubungan kalian sebenarnya?"
Nana terkesiap, "Maksudmu aku dan Jeno?" Ujarnya menunjuk Jeno. Jaemin membalas dengan sebuah anggukan.
"Kami tidak boleh memberikan informasi pribadi kepada orang asing, peraturan agensi." Jawab Nana, tersenyum masam karena tak enak hati.
"Ternyata industri musik di dunia kita tidak terlalu berbeda." Balas Jaemin terkekeh "Tetapi apakah aku terlihat asing bagimu?" Tanya Jaemin.
Nana mengerlingkan matanya, "Well, tentu saja," ia melipat kedua tangannya di depan dada "kau adalah orang yang tidak mengetahui apapun tentang dunia ini, terutama tentang aku, menurutku kau cukup asing, di samping wujud kita yang sama sekali persis."
Jaemin mangut-mangut "Apakah Lonjin tidak memberitahu kalian tentang itu?"
"Tentang apa?" Nana balik bertanya.
"Kurasa tidak," gumam Jaemin begitu halus "kita akan sama-sama mengetahuinya nanti, hanya saja kedua Renjun itu harus berdamai."
Jeno mencondongkan tubuhnya ke depan untuk mendekatkan diri kepada Jaemin. "Kalian datang dari tahun berapa? Apakah kalian mungkin mengetahui sesuatu tentang masa depan."
"Aku tidak pernah mengatakan ini secara langsung kepada Jeno, meskipun kalian adalah Jeno yang berbeda, tetapi aku harus mengatakan ini sebelum menjawab pertanyaanmu. Aku sangat menyukai senyummu, kau benar-benar mengemaskan ketika tersenyum." Ucap Jaemin dengan satu napas di kalimat akhirnya.
Jeno mengernyitkan dahinya, "Terima kasih?" ucapnya bingung. "Penggemarku tergila-gila ketika melihat aku tersenyum, mereka bilang aku mirip dengan ras anjing.." Jeno menggaruk kepalanya "anjing apa itu Na?"
KAMU SEDANG MEMBACA
His Guardian-[NOMIN] ✅
FanfictionTentang dia yang harus lahir untuk melindungi dunia para dewa dan manusia dari keruntuhan. Tentang dia yang hanya lahir dan menyerahkan seluruh hidupnya untuk melindungi anak itu. Tentang dia, seseorang yang ditakdirkan menjadi penyelamat kehidupan...