Semilir angin yang berhembus mesra pada hari itu tiba-tiba berubah menjadi angin kencang yang memorakporandakan hampir seluruh kota Seoul. Awan yang tadinya cerah benderang tiba-tiba saja menjadi gelap dan murung. Langitpun kehilangan kemegaan, bersama dengan matahari yang disembunyikan awan-awan hitam.Haechan dan Ryujin yang sedang berbincang di ruang tengah rumah Ryujin tiba-tiba saja tersentak karena listrik yang terputus. Haechan juga dapat merasakan perubahan atmosfir yang sangat signifikan. Dia berjalan menuju jendela dan menyibakkan tirai. Ditatapnya langit masygul yang luas terbentang di atas mereka. Pupil Haechan berubah menjadi emas dan warananya berputar-putar seperti aura bising.
Kemudian dia berhenti melakukan kegiatan itu "Mereka sedang melakukannya" ucap Haechan.
"Melakukan apa?" tanya Ryujin.
Haechan bergegas meninggalkan jendela itu "Ryujin aku harus pergi sekarang, mereka membutuhkan bantuanku" Haechan meninggalkan Ryujin yang terdiam kebingungan, sembari membelai cangkir teh dalam genggamannya. Mungkin pikir Ryujin ada beberapa hal yang seharusnya tidak dia ketahui, mungkin juga tentang ini. Namun sebenarnya bukan demikian, Haechan hanya tidak punya waktu untuk menceritakan situasi dalam kondisi genting.
Pintu rumah Ryujin tertutup dan suaranya menggema di seluruh lorong. Haechan berlari menuju lantai satu dan menghambur di halam luas depan apartemen itu. Dia melepaskan jaketnya kemudian melemparnya sembarangan, lalu melompat dan melesat terbang menuju sumber kekuatan yang dia rasakan.
Haechan terbang dengan tinggi dan mencari-cari biang kerusakan itu, tak lama setelah terus-menerus menggerutu, akhirnya dia menemukan menara Namsan tempat kekuatan itu berasal.
Ketika dia mendarat di jalan raya, beberapa orang berkerumun di pinggir jalan untuk melihat 'keajaiban' yang datang dari langit itu―Haechan―kemudian mengambil gambar. Namun wajah Haechan sama sekali tidak tampak karena terlalu terang. Mata manusia tak mampu menyesuaikan cahaya yang dibawa oleh malaikat langit.
Dia berlari dan perlahan tubuhnya berubah menjadi seperti biasa, dan jaketnya kembali terpasang pada tubuhnya. Haechan mendongak dan mendapati pusaran hitam yang dia yakini adalah sihir hitam itu mulai bergerak secara perlahan. Sesaat kemudian dia melesat dan hilang.
∰
SENSITIVE CONTENT
(Semi Gore)Darah segar mengalir dari leher Jaemin yang terbuka. Mata Jaemin masih dalam keadaan terbuka dan berkilat-kilat.
Jeno jatuh bertekuk lutut "Apa yang kau lakukan padanya!" teriak Jeno penuh amarah.
"JAEMIN!!!!" Jeno menangis dan berteriak dengan kencang. Dia tak berani untuk mendekati jasad Jaemin yang tergeletak di hadapannya, dia tak mau menerima kenyataan bahwa orang yang ada di hadapannya ini sudah mati.
Jeno merasakan amarah yang meledak-ledak muncul dalam dirinya, namun dia tidak mampu melakukan apapun. Jeno mengarahkan tangannya pada Tuan Nakamoto, berharap kekuatan kedewaannya dapat melakukan sesuatu pada penyihir hitam itu. Namun tidak, tidak ada sesuatupun yang terjadi, dia hanya membuat dirinya malu di hadapan penyihir itu.
Tuan Nakamoto melepaskan ikatan sihirnya pada kepala Jaemin, kemudian mata Jaemin akhirnya tertutup. Dia berjalan kearah Jeno dan mengangkat tubuh Jeno dengan sihir dari belakang tubuhnya.
Jeno melayang dan tubuhnya mati kaku "Kau tahu apa yang membuat kekuatan kedewaanmu tidak berdaya?" dia mengunci tatapannya pada Jeno "Karena hati yang dipenuhi dengan keserakahan, kegilaan akan dunia, kebohongan serta rasa sombong tidak pantas untuk memiliki apalagi menyentuh kitab perjanjian dari Yang Mulia Kronos dan Dewa Jub" tuturnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Guardian-[NOMIN] ✅
FanfictionTentang dia yang harus lahir untuk melindungi dunia para dewa dan manusia dari keruntuhan. Tentang dia yang hanya lahir dan menyerahkan seluruh hidupnya untuk melindungi anak itu. Tentang dia, seseorang yang ditakdirkan menjadi penyelamat kehidupan...