Pagi itu, mereka semua berkumpul di lapangan luas dunia langit, tempat para malaikat prajurit melakukan latihan simulasi perang. Di tangan kirinya, Krystal membawa sebuah seruling berwarna putih mengilap yang terbuat dari batu pualam. Seruling itu berbentuk seperti silinder pejal dengan empat lubang kecil di tubuhnya, dan satu celah berbentuk setengah lingakaran di atas, tempat masuknya udara untuk membunyikan seruling itu. Mereka―para Dewa―menamai seruling ini Briziah.Dahulu sekali, Briziah digunakan para Dewa untuk bertukar pesan, jauh sebelum para Dewa saling bermusuhan. Hilangnya kedamaian di kerajaan Olimpus membuat Briziah hampir tidak pernah digunakan. Para Dewa terdahulu membuang Briziah mereka ke bumi, hancur lebur berkeping-keping. Pecahan Briziah yang hancur berkeping-keping itu disebut manusia dengan pasir. Briziah yang dibuang para Dewa dalam keadaan marah, hancur menjadi pasir hitam yang terendap di bawah sungai. Sedangkan Briziah yang dibuang para Dewa dalam keadaan sedih berduka, hancur menjadi pasir putih di pantai.
Satu-satunya Briziah yang tidak pernah dibuang adalah milik Dewi Artemis; Krystal. Bahkan Zeus membuang Briziah miliknya karena pertikaian di kerajaan Olimpus dengan keadaan marah meledak. Briziah milik Krystal tersimpan jauh di dalam inti bulan, dan akhirnya Briziah itu kembali di timpa sinar matahari untuk pertama kalinya setelah ratusan ribu tahun.
Malaikat regu hitam dan regu putih bergabung menjadi satu regu pertahanan, lengkap dengan formasi yang sudah dirancang sedemikian rupa oleh Jung Jaehyun dan Lee Taeyong―sang pemimpin kawanan. Baekhyun tidak ikut serta dalam latihan itu, dia berjaga-jaga di kerajaan langit, jika terjadi sesuatu yang membahayakan maka dia bisa langsung bertindak. Sebagai gantinya, Krystal yang akan memimpin mereka hari ini.
"Jeno, kau tidak gugup?" Jaemin mengeratkan pegangannya pada baju zirah yang mereka kenakan.
"Jantungku siap melompat kapan saja Na, aku hanya tidak membuatnya terlalu jelas. Malu" mereka melanjutkan perjalanan ke lapangan itu dengan Krystal yang ada di depan mereka.
"Tidak apa-apa, kita akan baik-baik saja Na, Nona Krystal sudah berjanji pada kita bukan"
"Entah, maksudku, kau tahu, bangsa Dewa juga bisa berbohong" Jeno menelan air liurnya dengan kasar, setets keringat meluncur dari pelipisnya. Dia menghembuskan napas dan memegang dadanya. Kemudian menggeleng meyakinkan dirinya sendiri.
"Lee Jeno"
"Iya Nona, saya di sini" Jeno menyahut.
"Kau terlihat sangat penakut dengan wajah pucat seperi itu" Jeno membuang pandangannya dari tatapan Krystal.
"Ti-tidak Nona, A-aku s-siap" Jeno tersenyum ketir dan menunjukkan kepalan tangannya pada Krystal.
"Tenang saja Jeno, selagi ada Jaemin, kau akan aman" Jaemin melotot pada Krystal, dan siap untuk menyemburkan kalimat protes padanya.
Krystal mengangkat telapak tangannya menahan ucapan Jaemin "Kau kan pelindungnya, bukan begitu?" Jaemin menggigit bibirnya dan mengangguk marah. Krystal terkekeh dan kembali menatap lurus ke depan.
"Baiklah semuanya dengarkan aku!" Krystal menepuk tangan untuk menarik perhatian para malaikat itu "Regu persatuan semuanya maju ke arah utara dan bentuklah formasi kalian. Jaemin dan Jeno akan berada di arah selatan, tepat berhadapan dengan kalian. Jangan memulai apapun sebelum aku membunyikan Briziah!"
"Sekarang pergilah ke tempat kalian!" malaikat prajurit itu beterbangan menuju daerah mereka di utara, membentuk barisan yang padat dan kokoh. Bunyi langkah kaki yang memburu, baju zirah yang beradu, dan senjata yang bergerak-gerak, bersatu membuat suara riuh dari gerombolan malaikat itu.
"Kalian, pergilah ke selatan sekarang!" perintah Krystal pada kedua anak itu. Jeno dan Jaemin berlari menuju selatan, membuat jarak antara mereka dan malaikat prajurit itu sejauh enam ratus meter.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Guardian-[NOMIN] ✅
FanfictionTentang dia yang harus lahir untuk melindungi dunia para dewa dan manusia dari keruntuhan. Tentang dia yang hanya lahir dan menyerahkan seluruh hidupnya untuk melindungi anak itu. Tentang dia, seseorang yang ditakdirkan menjadi penyelamat kehidupan...