[KILAS BALIK]
Jaemin bergegas naik ke atas menuju lantai tujuh melalui tangga darurat di ujung. Dia seharusnya sudah berada di sana bersama Jisung untuk mengambil kitab perjanjian itu. Namun sayang, beberapa masalah harus menahannya dalam melakukan rencana.
Langkah Jaemin bergerak dengan tergesa-gesa, dia mencoba untuk mengendalikan kekuatannya dengan hati-hati, supaya tidak terjadi hal-hal buruk pada orang-orang di sekitarnya. Aura hijau bercampur biru berputar-putar di tangan Jaemin selagi dia berdiam pikir untuk menentukan langkah-langkah yang harus dia lakukan untuk melawan sihir hitam.
Baru setengah jalan dia lalui untuk sampai ke lantai tujuh, langkahnya harus terhenti karena seseorang tiba-tiba saja muncul dengan perawakan yang tidak enak. Jaemin mencoba berpikir postif, mungkin saja itu manusia biasa yang tersesat. Namun pikiran positifnya harus mengalah karena orang itu mengeluarkan sihir dari kedua tangannya.
"Si-siapa kau?" Jaemin terbata-bata karena merasa terancam dan sedikit ngeri.
Orang itu menghentikan kegiatannya dengan bermain sihir, dia beranjak dari posisinya yang semula duduk di tangga "Jaemin, kita harus bekerja sama"
Karena merasa waktunya habis, Jaemin memasang wajah gahar dan memberanikan dirinya untuk menolak "Aku kehabisan waktu" ucapnya "Jika kau tidak minggir, aku akan-"
"Kau mau menghadapi penyihir hitam agung dengan tubuh manusiamu? Kau yakin dengan itu?" Jaemin mengernyitkan dahinya, dan seketika teringat dengan pesan Jisung jika penyihir hitam adalah kaum penyihir yang sangat berbahaya.
"Kau akan mati" dia mengeluarkan tongkat sihirnya dari kegaiban "Penyihir itu terkurung di dalam sana selama jutaan tahun"
"Biar aku beri tahu, dahulu kal-"
"AKU BILANG AKU KEHABISAN WAKTU! TIDAKKAH KAU MENGERTI DENGAN BAHASA!" teriak Jaemin.
Orang itu berdecih dengan tampang mengejek. Matanya terus mengoreksi tiap-tiap jengkal tubuh Jaemin yang sekarang membara karena emosi. Dia melihat dalam mata Jaemin terdapat rasa marah yang meledak-ledak dengan sejuta cara.
"Maaf, tapi aku tidak meminta izinmu untuk-" sebelum dia selesai berbicara, orang itu dengan cepat memukul dada kiri Jaemin dengan telapak tangan, mengeluarkan roh Jaemin dari raga manusia yang teramat fana.
Roh Jaemin terlonjak keluar dan raganya terjatuh di lantai dengan tidak berdaya. Jaemin memandangi tangannya yang menerawang dan tubuhnya yang sekarang tidak mampu untuk menyentuh permukaan lantai.
Orang itu tersenyum "Mari kita awali lagi" dia kembali pada posisi sebelumnya dengan mengambil duduk pada anak tangga "Aku Saeroyi, Park Saeroyi"
Saeroyi kemudian menjelaskan latar belakangnya yang adalah seorang penyihir putih yang pernah menjadi abdi untuk Artemis. Dari awal kelahirannya, Saeroyi selalu dilatih untuk melawan sihir-sihir hitam dari penyihir hitam yang membelot dari Pesanggrahan. Kaum penyihir memang telah bersatu, namun masih ada beberapa penyihir hitam yang memiliki perasaan dengki terhadap penyihir putih. Mereka disebut penyihir yang membelot.
Baik Pesanggrahan maupun kaum penyihir hitam, tidak mengakui keabsahan para pembelot yang memiliki niat dan tujuan buruk untuk menumpaskan keberadaan penyihir putih. Semua rasa dendam muncul karena cerita dahulu kala yang sebenarnya sudah dituntaskan.
"Karena itu, aku sangat mengerti dengan mereka" dia menyeringai sombong "Hal semacam ini sudah aku lakukan bertahun-tahun"
Jaemin menurunkan rasa marahnya sejenak karena mulai mempercayai Saeroyi "Dia bukan penyihir biasa" kata Jaemin meyakinkan "Harusnya kita melakukan sesuatu yang lebih khusus"
KAMU SEDANG MEMBACA
His Guardian-[NOMIN] ✅
FanfictionTentang dia yang harus lahir untuk melindungi dunia para dewa dan manusia dari keruntuhan. Tentang dia yang hanya lahir dan menyerahkan seluruh hidupnya untuk melindungi anak itu. Tentang dia, seseorang yang ditakdirkan menjadi penyelamat kehidupan...