Pagi ini cuaca tidak begitu bersahabat. Angin bertiup cukup kencang dan hujan turun dengan deras, membasahi jalan besar hingga lorong-lorong kecil kota Seoul. Karenanya, hari ini matahari tak begitu angkuh bersinar.Jaemin memoleskan pelembab bibir di depan cermin, musim gugur yang dingin, ditambah lagi dengan hujan, cukup membuat bibir semakin kering dan terluka. Setelah merasa cukup rapi dan wangi, Jaemin menuju dapur untuk sarapan. Rumahnya tidak terlalu besar, namun sangat cukup untuk dia dan Bundanya. Perabotan di dalamnya juga biasa-biasa saja, seperti hari-hari dalam hidupnya yang monokrom.
"Jaemin-ah, diluar hujan, apa tidak sebaiknya izin sekolah saja?" kata Bundanya saat melihat Jaemin yang sudah terduduk di kursi meja makan.
Dia menggeleng "Tidak bisa Bun, hari ini ada pelajaran Kimia dan kelompokku harus melakukan presentasi di depan kelas. Kasihan mereka, sudah capek-capek mengerjakan, masa harus tampil tanpa satu anggota" jawabnya begitu.
"Apa Jaemin tidak ikut mengerjakannya?" tanya Bundanya lagi.
"Hehe, ikut sih, tapi tidak terlalu banyak. Soalnya Jaemin yang akan menjelaskan lebih banyak kata mereka" jawab Jaemin sembari menyantap semangkuk salad sayuran buatan ibunya.
"Tapi nanti anak Bunda kehujanan bagaimana?"
"Ryujin-ssi, kita punya payung di rumah, tidak usah khawatir begitu. Lagipula sekolahku kan masuknya masih satu jam lagi, jadi tidak begitu buru-buru" Bundanya memukul tengkuk Jaemin pelan sambil tersenyum.
"Jadi, anak Bunda sudah mengerti caranya bertanggung jawab. Bunda bangga sekali" mereka sama-sama tertawa. Setiap pagi, Bundanya, Shin Ryujin selalu menyempatkan waktu untuk berbincang-bincang. Membicarakan hal-hal tentang keseharian Jaemin sampai membawa topik yang berat dan dewasa di atas meja makan itu.
"Bunda, sepertinya Jaemin harus pergi sekarang" ucap Jaemin setelah membersihkan peralatan makannya.
"Baiklah, hati-hati anakku" Ryujin mengecup kening Jaemin dengan sepenuh cinta.
"Aku pergi!" pintu tertutup dari luar. Jaemin berjalan menuruni tangga, meninggalkan rumahnya yang berada di sebuah 'apartemen' kecil.
Dia memasang earphone dan segera membuka payung, kemudian berjalan di tengah hujan di bawah payung yang dia pegang dengan satu tangan. Jaemin selalu pergi sekolah dengan berjalan kaki, dia tidak punya kendaraan pribadi, lagipula sekolahnya tidak terlalu jauh dari rumah. Rumah Jaemin dan Jeno-pun bisa dikatakan dekat. Hanya saja dibatasi oleh sebuah benteng besar yang memisahkan antara perumahan para konglomerat dengan rumah orang-orang biasa. Di rumah itulah Jaemin dibesarkan, sama halnya dengan Jeno yang sejak dahulu tinggal tak jauh dari Jaemin. Bukan tanpa alasan, Nona Jessica; Gaea sendiri yang memberikan perintah kepada mereka untuk tinggal di sini. Tujuannya adalah supaya Jaemin dan Jeno tidak terpisah terlalu jauh, jika terjadi sesuatu yang tidak mengenakkan, Jaemin bisa langsung turun tangan untuk melindungi Jeno dengan kekuatannya―perisai―bukan dengan kekuatan milik Zeus yang diturunkan padanya. Bagaimanapun juga, Jaemin diberikan keistimewaan dengan perisai itu, satu-satunya kekuatan yang boleh digunakannya.
Hujan semakin menjadi-jadi, namun Jaemin sudah semakin dekat dengan sekolahnya. Dari pinggir jalan dia melihat mobil milik Jeno berlalu dan masuk ke dalam sekolah itu. Dia tersenyum, tersenyum penuh arti. Sepersekian detik kemudian dia menggeleng dan melanjutkan perjalanannya.
Setelah sampai di gedung kelas 12, dia masuk dan membersihkan payungnya dengan sebuah kain. Saat itu juga, Lee Jeno masuk ke dalam gedung itu, mata mereka bertemu dan Jaemin membeku seketika. Karisma milik Aphrodite masih dapat dirasakan oleh Jaemin dalam diri Jeno. Dia terdiam mematung, tak mengucapkan apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Guardian-[NOMIN] ✅
FanfictionTentang dia yang harus lahir untuk melindungi dunia para dewa dan manusia dari keruntuhan. Tentang dia yang hanya lahir dan menyerahkan seluruh hidupnya untuk melindungi anak itu. Tentang dia, seseorang yang ditakdirkan menjadi penyelamat kehidupan...