Kalau berkenan, kasih komentar dan vote ya. Terimakasih 🥰
—
Selama perjalanan panjang antar ruang waktu itu, Jeno tidak dapat merasakan apapun. Ia seolah mati dalam bopongan Renjun, yang membawa tubuh beratnya melintasi dimensi yang berbeda. Namun meskipun begitu, meskipun dia tidak sadarkan diri sama sekali, satu hal yang dapat ia rasakan adalah cahaya-cahaya yang seolah-olah menusuk matanya dengan begitu tajam, begitu terang, dan begitu nyata.
Renjun melepaskan satu tangannya yang memegang Jeno, memainkan jari telunjuk dan jempolnya untuk membuka sebuah gerbang besar yang mengakhiri perjalanan mereka. Cahaya menyambar punggung Renjun, menembus tubuhnya yang menjadi transparan karena gerbang dimensi yang meledak. Renjun mengeratkan pegangannya pada Jeno, supaya ia tidak telempar dan mengalami luka yang tidak diinginkan.
Tangan Renjun tergores oleh sebuah batu tajam yang mengakibatkan kulitnya terkoyak, namun sebelum darah sempat mengalir, kulit Renjun menutup koyakan itu seolah tidak ada yang pernah terjadi di sana.
Jeno terbangun dari ketidaksadarannya yang teramat Panjang, menemukan Renjun yang sedang menjaga tubuhnya dari sebuah ledakan masif di depannya. Gerbang realita itu meledak dengan sempurna, membuat kilatan cahaya, petir, dan api terlontar dari sana dan menabrak tubuh Renjun yang tak sedikitpun bergeming, tak pula ada raut kesakitan dari wajahnya yang dipenuhi keringat.
Renjun menjentikkan jarinya, kemudian sisa-sisa ledakan itu terhisap kedalam jari telunjuknya dan menghilang. Renjun menunjuk angkasa dengan tegas, lalu sisa-sisa ledakan itu terlepas dan meletup-letup di atas mereka.
"Jeno dengarkan aku." Ucap Renjun mengguncangkan tubuh Jeno untuk membuatnya benar-benar tersadar. "Aku adalah Wu Renjun, dari dunia paralel yang jauh dari bumi milikmu. Orang yang memukulimu itu adalah Wang Jaemin, Ratu terakhir Kerajaan YuMyeon, di dunia yang sama seperti aku." Renjun mengelap wajahnya dengan tangan yang kotor, sebab keringat membuat pandangannya terganggu dan tak nyaman.
"Ini mungkin adalah kali terakhir kau akan bertemu denganku, namun tidak dengan Wang Jaemin, kau akan bertemu dengannya lagi nanti. Saat ini yang hanya bisa aku sampaikan adalah, kau harus ingat ini dengan baik-baik." Renjun mendekatkan wajahnya, mengubah semua suasana di sana menjadi jauh lebih serius.
Jeno tak dapat mengucapkan sesuatu yang berarti, hanya rintihan-rintihan kebingungan yang terlepas dari bibirnya yang dipenuhi luka. "Saat potongan kitab perjanjian yang dibawa Dewa Kal sudah ditemukan, kau tidak perlu mencari ke mana perginya Apollo, petir Zeus akan menunjukkan jalan menuju kebenaran."
Sesaat sesudahnya, Jeno benar-benar tak sadarkan diri dan seluruh ingatan tentang kejadian itu melekat dengan sebegitu kuatnya di dalam kepala Jeno. Renjun menggeletakkan Jeno pada tetanahan itu dan berlari meninggalkannya. Dua makhluk besar dengan kapak yang mengilap, taring yang menjuntai bagaikan gading, dan kepala yang teleng, berlari mengejar Renjun dengan kecepatan yang luarbiasa gila.
Renjun terus berlari mengencangkan kakinya dan menguatkan persendiannya, pun dengan kedua makhluk itu, mereka sama sekali tidak melambat apalagi berhenti. Di ujung sana, sebuah jurang lebar dan dalam menanti Renjun, ujung dari perjalanannya yang melelahkan.
Renjun berhenti di tepi jurang itu, menutup matanya dan menarik napas dengan dalam. Dia menoleh ke belakang, mendapati bahwa kedua makhluk itu sudah sangat dekat dengannya.
"Demi Rajaku Lee Jeno dan Demi Ratuku Wang Jaemin. Aku mati dalam kemuliaan, bersama Kristus Yesus dan Bapa di Surga kami." Renjun melompat ke dalam jurang itu tanpa ragu, menjatuhkan dirinya ke dalam kegelapan yang tak berujung, jatuh mendarat di sebuah batu dengan kepala yang terlepas.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Guardian-[NOMIN] ✅
FanfictionTentang dia yang harus lahir untuk melindungi dunia para dewa dan manusia dari keruntuhan. Tentang dia yang hanya lahir dan menyerahkan seluruh hidupnya untuk melindungi anak itu. Tentang dia, seseorang yang ditakdirkan menjadi penyelamat kehidupan...