Kalau berkenan, kasih komentar dan vote ya. Terimakasih 🥰
—
"Jaemin-ah" Jeno mengguncangkan tubuh Jaemin perlahan, membangunkannya dari tidur panjang semalaman.
"Jaemin, ayo bangun, nanti kita terlambat pergi ke sekolah" Jeno mengusap pipi Jaemin yang halus dengan jari telunjuknya, lalu dia tersenyum ketika Jaemin menggeliat.
"Sebentar lagi Jeno~" Jaemin meringkuk dan menenggelamkan wajahnya pada dada Jeno lebih dalam, memeluk Jeno dengan erat supaya lelaki itu tidak pergi dari sisinya.
Jeno menyerah, sudah tiga puluh menit dia membangunkan Jaemin, namun Jaemin tidak kunjung tersadar. Jam dinding menunjukkan pukul 6.15 di pagi hari, sebenarnya masih banyak waktu sebelum mereka benar-benar terlambat, hanya saja Jeno tidak ingin terbangun sendirian.
Dia menatap langit-langit kamar Jaemin yang dipenuhi sticker, jemarinya masih bermain-main di permukaan kulit Jaemin yang halus, Jeno memikirkan tentang mimpinya tadi malam dan sosok yang mengintip dari balik jendela saat dia terbangun. Kepalanya dipenuhi tanda tanya tentang arti mimpi itu, karena semuanya tampak terasa nyata, sama seperti mimpi sebelumnya yang belum sempat dia ceritakan pada Krystal.
Jaemin kembali menggeliat dalam tidurnya, kembali mencari kehangatan dari tubuh Jeno, kembali memeluk lelaki itu dengan erat, kemudian matanya terbuka perlahan dan setitik air mata meluncur dari sana. Jaemin mendongak, menatap wajah Jeno yang sempurna dari bawah, lalu melepaskan pelukan itu, merasa bersalah, lagi dan lagi, seperti yang dia lakukan pada hari-hari sebelumnya.
Dia buru-buru menghapus air mata itu sebelum Jeno melihatnya, kemudian dia bergeser, memberi sedikit jarak pada mereka "Apa kau mimpi buruk lagi semalam?" tanya Jaemin.
"Tidak seburuk sebelumnya" gumam Jeno.
Jaemin menoleh pada Jendela di samping mereka, melihat semburat cahaya matahari perlahan merangkak dari balik cakrawala, merasakan sebuah kebingungan dan keinginan untuk menyudahi semua yang sedang berlangsung.
"Ingin sarapan?"
Jeno menggeleng "Tidak juga, sebenarnya aku masih sedikit mengantuk dan capek, tidak terlalu punya banyak energi untuk bersekolah"
"Apa sebaiknya kau di rumah saja beristirahat?" Jaemin beranjak dari ranjang dan berjalan menuju meja belajarnya, membereskan beberapa kekacauan dan menyusun beberapa buku untuk dibawa sekolah. "Bagaimana Jeno?"
Jeno belum menjawab, masih setia memandangi Jaemin yang sedari tadi sibuk dengan peralatan sekolahnya. Jeno keheranan karena Jaemin sama sekali tidak menunjukkan perilaku seperti seseorang yang sedang keletihan―pikirnya―Jaemin telah melakukan banyak hal, menggunakan banyak sihir dan kekuatan.
Jaemin yang merasakan sepasang mata Jeno menatapnya dengan intens akhirnya angkat bicara "Jeno?".
"Tidak, aku akan pergi sekolah bersamamu Na" jawab Jeno kemudian.
Jaemin menggeleng "Tidak apa-apa jika kau lelah, beristirahat satu hari tidak akan membuatmu ketinggalan pelajaran" tangan Jaemin sibuk dengan buku-buku di atas meja belajar.
"Aku akan membuatkan resume pelajaran seperti-" ucapannya tertahan sejenak, kemudian menoleh pada Jeno "biasa.."
Jeno menyungingkan senyum meremehkan "Apa kau pikir aku selemah itu" kemudian terkekeh.
"Tidak, aku tidak berpikir kau lemah. Hanya saja, siapa saja bisa kelelahan Jeno, sekuat apapun dia" Jaemin bergumam "Aku hanya tidak ingin terjadi sesuatu padamu"
Jeno berdiri dan berjalan menuju kopernya di sudut kamar Jaemin "Seharusnya aku yang mengatakan itu padamu Jaemin, kau sudah bekerja keras kemarin" Jeno membuka koper dan mengeluarkan beberapa buku dari sana, lalu membawa buku itu ke meja belajar Jaemin.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Guardian-[NOMIN] ✅
FanfictionTentang dia yang harus lahir untuk melindungi dunia para dewa dan manusia dari keruntuhan. Tentang dia yang hanya lahir dan menyerahkan seluruh hidupnya untuk melindungi anak itu. Tentang dia, seseorang yang ditakdirkan menjadi penyelamat kehidupan...