TIGA PULUH TUJUH

1.1K 175 16
                                    

Kalau berkenan, kasih komentar dan vote ya. Terimakasih 🥰

Gerbang realita terbanting di belakang mereka, menutup dengan segera setelah Jaemin dan Renjun termuntah dari dalamnya. Cahaya dari dalam gerbang realita menembak mereka dengan begitu kencang sehingga mereka bahkan tak sempat untuk mengendalikan diri di udara, karenanya mereka terjatuh segera mengikuti gravitasi, mendarat di sebuah balkon lebar yang lantainya hanya dilapisi dengan semen telanjang.

Jaemin memegangi perutnya yang sedikit nyeri karena terbentur dengan benda keras itu, Renjun di sampingnya perlahan-lahan memulihkan tulang rusuknya yang patah––lagi. Dada Renjun mencuat setelah ia menyelesaikan pemulihan itu, kemudian mengambil duduk dan meletakkan kedua telapak tangannya di atas tubuh Jaemin untuk membantu ia memulihkan sakit itu.

"Aku khawatir kita akan terlambat." Jaemin menghela napas dengan berat "Apakah kita akan terlambat?" Tanyanya dengan sorot wajah yang muram.

Renjun menggelang "Kita tidak pernah menggunakan waktu, kita sampai di setiap dunia tepat pada waktu yang sama saat kita sampai di dunia lainnya, kemungkinan kita hanya menghabiskan sebanyak satu per seratus dua puluh delapan detik di dunia tempat asal kita, untuk setiap dunia paralel yang kita masuki. Jadi tidak, kita tidak akan terlambat, kau tidak perlu mengkhawatirkan soal waktu, sebab pemegang waktu bersama berada di pihak kita."

Renjun mengangkat tangannya dari tubuh Jaemin, kemudian mengusapkan telapaknya pada mantel tebal yang masih tetap apik meskipun sudah melewati 750.000 gerbang realita. Kini mereka sampai pada dunia yang ke 750.001, dengan tanpa jeda sama sekali.

"Kita harus menggunakan penutup wajah, kacamata hitam, dan topi di dunia ini untuk melindungi identitas kita." Ujar Renjun.

Jaemin menoleh kepadanya dengan sedikit rasa penasaran. "Untuk apa?"
"Di dunia ini, kita hidup dengan nama yang sama, namun popularitas yang sangat bertolak belakang. Satu langkah kita beranjak dari sini tanpa ada yang menutupi wajah kita, banyak orang yang bisa menjadi gila." Jawab Renjun dengan wajah sedikit jijik.

Jaemin tersenyum aneh, "Biar aku tebak,"

"Benar." Sahut Renjun bahkan sebelum Jaemin menyelesaikan kalimatnya.

"Wah tidak mungkin! Kita selebriti Renjun! Kita hidup sebagai apa? Boyband atau apa, penyanyi solo?" Mata Jaemin membulat karena menyadari bahwa dia merupakan orang yang cukup penting di dunia ini.

Renjun berdiri dan menggeleng karena malu dengan semangat Jaemin yang terlalu berapi-api. "Aku berharap kau tidak berbuat hal gila di dunia ini, seperti menembak orang dengan sihir atau semacamnya, aku tidak menginginkan itu."

"Baiklah, aku berjanji tidak akan melakukannya." Jaemin berdiri dan mengikuti Renjun di belakangnya. "Lalu siapa, kita hidup sebagai siapa?"

Renjun berdecak kesal karena antusias Jaemin membuatnya sedikit iritasi. "Kita tergabung dalam boyband bernama NCT, kemudian aku dan kau, serta Jeno, Jisung, Mark, Haechan dan Zhong Chenle terkhusus dalam unit NCT Dream."

Jaemin menganga lebar lalu menutup mulutnya segera. "Zhong Chenle sang penyihir tengil itu?!" Ia mengikuti Renjun berjalan sepanjang langkahnya.

Renjun mengangguk, kemudian langkahnya berhenti ketika mereka berdua sampai di sebuah pintu dengan gagang berwarna perak. Pintu itu memiliki celah untuk melihat ke dalam gedung itu, melalui sebuah  kaca bening berbentuk lingkaran di tengahnya.

"Sebaiknya kita diam saat ini juga dan beberapa menit ke depan, karena kita sedang berada di asrama tempat mereka tinggal. Aku tak yakin apakah mereka saat ini sedang berada di sini, atau sedang melakukan kegiatan di luar, yang jelas sebaiknya kita diam." Tegas Renjun berkali-kali untuk menyuruh diam. Tentunya dia akan diam, tetapi Jaemin belum tentu, karenanyalah dia menekankan itu kepada Jaemin supaya tidak ada sesuatu buruk yang terjadi di dunia ini.

His Guardian-[NOMIN] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang