Here is the part that you've waited
Not that intense but still... yeah, you know.Aku gamau ngasih tanda di judul lagi ah biar pas buka, kalian nebak2 ini ada itunya ato engga wkwkwk
Rates : 18+ or slightly 21+ (don't really know either)
Enjoyy~
÷
Irene sepertinya beralih menjadi pihak yang kehilangan kesabaran.
Terhitung sampai yang barusan, dia telah melongok ke jam tangannya untuk yang ke 19 kali hanya demi mengetahui bahwa baru 3 jam berlalu semenjak mereka take off.
Masih tersisa 10 jam dan Irene sudah kehilangan akal akan apa yang ingin dia lakukan.
Sesekali Ia menoleh ke samping dan mendapati Joy tengah menikmati film atau mungkin membaca buku fiksi yang Ia beli semenjak dua bulan silam.
Sedikit demi sedikit Ia menentang persepsi Joy sebelumnya nan mengatakan bila mereka membutuhkan first class supaya tetap merasa nyaman dalam durasi panjang penerbangan kali ini.
Nyatanya ini bukan tentang tempat melainkan kegiatan.
Senyaman apapun seat mahal nan memang pada dasarnya berbeda dari kelas bisnis atau ekonomi, faktanya Irene tetap saja menggeliat tak nyaman akibat diserang kebosanan.
Penyesalan seketika menggerogoti dirinya dari dalam.
Bukan.
Bukan soal keputusan berbulan madu melainkan pilihannya sendiri yang mengambil sisi dalam dari dua seat nan mereka pesan, sementara si semampai hanya mengikuti dan berakhir duduk di sisi jendela.
Jika tahu dia akan kehilangan ide aktivitas ringan dalam konteks menunggu, Irene mungkin akan langsung menjatuhkan tubuhnya di sisi jendela.
Setidaknya memandangi langit malam cukup efektif untuk membuatnya mengantuk dan akhirnya terlelap.
Tapi tidak seperti ini.
Tidak saat Joy malah menurunkan penutupnya lantas memusatkan perhatian hanya pada layar di depannya.
Headphone nan menjepit dua telinga istrinya itu ingin sekali Irene tarik dan buang ke luar pesawat.
Maksudnya, ayolah.
Dia hampir sekarat karena kebosanan dan Joy malah tersenyum menonton tayangan di depan mata.
Mungkin saking kosongnya kepala, Irene akhirnya menyerah. Ia tidak lagi menggali pikiran demi menemukan gagasan akan apa yang harus Ia lakukan untuk mengusir kejenuhan.
Matanya berbinar menikmati sisi wajah Joy dengan ekspresi berganti - ganti, menyesuaikan adegan yang tengah terjadi di filmnya.
Tapi matanya tahu - tahu berhenti memindai. Seketika tertarik hanya pada satu objek merah muda nan kadang melengkung keatas maupun kebawah.
O–oh shit.
Tidak tahu apa yang terjadi dengan atmosfer sekitar, bibir Irene mendadak terasa kering seiring bayangannya semakin liar.