100 chapter jalan deh kalo inimah loll
Mari kita nostalgia sebentar, okay?~💗💚~
Pada akhirnya, menitipkan Joon ke orang tua Joy selama beberapa jam agar sepasang istri bisa setidaknya melepaskan stress nan didapat dari keseharian, menjadi keputusan terakhir mereka.
Langkah perlahan mereka diatas pijakan pejalan kaki menjabarkan secara eksplisit bila keduanya tak ingin terlalu cepat mengakhiri sesi kencan sederhana tanpa rencana kali ini. Seperti biasa, Joy akan meraih tangan mungil Irene, menggenggamnya penuh kasih sayang sebelum dilanjutkan dengan memasukkannya ke saku mantel coklat nan Ia pakai.
Sementara itu, Irene sendiri malah mencebik sambil mendekatkan diri semakin rapat ke tubuh Joy, tak peduli bila hal itu mungkin akan mengganggu mengingat mereka tengah dalam posisi berjalan, kala beberapa lelaki bahkan perempuan menatapnya terpesona.
Bagaimana tidak? Rambut panjang yang sengaja Ia ikat sedikit helainya, meninggalkan poni nan disisir kesamping, belum lagi riasan tipis dilengkapi lipstik merah nan membuat visualnya seolah bukan dari dunia nyata, menjadikan orang - orang tak ingin melewatkan pemandangan bak bidari di dekat mereka.
"Tahu begini, aku lebih memilih dirumah saja."
Terkikik sesaat, di detik berikutnya Joy merasakan tangan Irene terlepas dari genggaman disusul dengan sensasi menggelitik ketika objek mungil itu melingkari pinggangnya; mengundang Joy untuk ikut menyampirkan lengan di sekitar bahu istrinya.
"Aaa~ Wae?"
"Mereka seperti tidak pernah melihat orang cantik saja."
Kali ini bukan sekedar kekehan, Joy sampai berhenti melangkah hanya karena dia tak tahan untuk tertawa mendengar komentar Irene yang begitu polos dibumbui sedikit pujian tanpa wanita itu sadari. Menahan Irene agar ikut menjeda perjalanan, Joy melepaskan masker putih nan menutup wajah separuh wajah Irene kemudian mencium bibirnya singkat seraya menyimpan kain halus tersebut ke dalam saku mantelnya.
"Kau lebih cantik dari aku, Yatuhan Joohyun. Aku sudah bilang jangan memakai masker. Mungkin sebentar lagi aku akan melakukan apa yang kau lakukan sebelumnya."
Mengendikkan bahu dan tersenyum miring serta menaikkan satu alis, Joy membuat Irene tahu - tahu mengerutkan hidung.
"Memang aku melakukan apa?"
"Menggerutu, mengomel, cemburu, posesif, ber—"
"Okay, okay stop. Let's just keep walking."
Membuka satu lengan lebar - lebar, Joy masih sempat - sempatnya mencuri kesempatan untuk menekan bibir tebalnya ke pipi berisi di depannya, barulah setelah itu Ia kembali merangkul Irene; membawa tubuh mungil semakin menempel dengan sisi tubuh tingginya.