Warning tapi ngga terlalu warning tapi ya gitulah, bodoamat wkwkwk
Masih pagi, gaes. Doa dulu sebelum baca ya xixixi
Enjoy guys..÷
"A-ah.."
Irene tak henti menggigit bibirnya, berusaha menahan suara apapun nan dihasilkan dari sesi yang tengah dirinya laksanakan dengan sang istri.
Dibawah guyuran air hangat dari shower diatasnya, satu tangan Irene menumpu di kaca buram sisi kanan sementara tangan lain mencengkeram sebuah lengan nan menjulur dari belakang tubuh ke depan, diantara kedua kakinya. Meski segalanya terbatas mengingat Joy tidak ingin mencoba banyak posisi seperti biasa sebab terlalu cemas bila menyakiti sang bayi, tapi pada kenyataannya mereka berdua tetap menikmatinya; tentu saja dengan nafsu namun lebih dominan pada rasa rindu.
"Sooyoung~"
Si semampai tampak melakukan tugasnya dengan tempo pelan, bersama gerakan meletakkan tangan lain yang bebas, di atas punggung tangan Irene nan menempel di kaca. Terlalu lembut dan hati - hati, lama kelamaan Irene menemukan dirinya sendiri merasa kurang.
"Sooyoung!!"
Sentakannya sempat mengejutkan Joy, namun Ia tahu persis bila Irene secara tak langsung tengah memperingatkannya untuk mempercepat tusukan - tusukan dua jarinya dibawah sana.
"Mmm"
"Aahh~"
Joy juga tak perlu mendapat perintah kedua. Dia selalu ingin Irene merasa puas dan melihat Irene masih merasa belum cukup, maka dia sendiri pun secara tiba - tiba meningkatkan kecepatan dorongan keluar-masuknya, serta memberi sedikit bonus dengan mengulum daun telinga Irene yang mana merupakan titik sensitif lain dari wanita tersebut.
Air hangat yang menghujani tubuh mereka dengan aliran pelan juga sama sekali tak membantu, malah membuat mereka berdua merasa semakin panas. Padahal Irene sudah mengatakan di awal untuk menggunakan air dingin saja, toh suhu badan mereka akan naik dengan sendirinya akibat sex course yang mereka lakukan. Tapi menyaksikan Joy bersikeras sebab tak ingin membuat Irene kedinginan nantinya, pada akhirnya Irene yang mengalah.
Hasrat Irene dan semua rangsangan itu belum ada apa - apanya dibanding fisik panas bagian depan Joy yang menempel rapat di bagian belakang tubuh Irene.
"Hah... Hhh.. kau-kau masih ingat? Kita pertama kali melakukan ini dirumahku. Dan kau bilang hal itu tidak sopan."
Irene sebenarnya heran, bagaimana mungkin Joy masih bisa bercerita di tengah - tengah lenguhan dan desahan nafas kacau mereka.
"Hh... S-shut up. Dulu kita belum menikah. Sekarang aku sudah menjadi tuan rumah juga disini."
Mengepalkan tangannya dikaca, sesuatu yang lain serasa memacu inti dirinya untuk semakin berdenyut, mencari pelepasan.
"Aku benar - benar masih bisa memutar ulang memori saat kau tampak lebih menginginkannya daripada aku. Jujur saja, kau lebih bernafsu, kan?"
"Ahh... Ahh~"
Irene bisa gila.
Tidak, Irene sesungguhnya sudah merasa gila di detik Ia masuk ke kamar mandi dengan istrinya. Joy selalu bisa mempermainkan hasratnya. Dan jika Irene jujur, cerita - cerita yang Joy upayakan untuk diingat kembali berhasil merangsang Irene bahkan lebih parah. Membayangkan kembali sesi - sesi yang pernah mereka lakukan sebelumnya. Gerakan, dorongan, gesekan, desahan, rengekan, bahkan teriakan - teriakan seketika mendengung di telinga Irene; menjadikan wanita itu hampir mencapai orgasmenya.
Dan diatas Irene, Joy sadar bahwa dirinya lebih absurd sebab Ia memilih untuk berhenti sepenuhnya kala dinding kewanitaan Irene menjepit jari - jarinya begitu erat.
"Yak! Park Sooyoung!!"
"Wae~?"
Tidak merasa bersalah sedikitpun, Joy malah beralih menyingkirkan ujung - ujung rambut sedikit basah Irene hanya agar dia bisa menciumi lekuk lehernya.
"Sooyoung, neo jinjja..."
Irene bisa merasakan bibir Joy membentuk senyum miring di pundaknya sesaat setelah telapak Irene melepas cengkeraman di pergelangan tangan Joy, lantas semakin turun ke punggung tangan Joy yang masih bertahan dibawah sana; berniat memaksa jari - jari lentik wanita itu untuk kembali bergerak dengan menekannya dari bawah.
Joy bisa merasakan tangan - tangan mungil Irene mendorong dengan begitu lemas. Mungkin dikarenakan energi nan mendadak turun drastis mengingat Irene hampir saja mendapatkan puncak pelepasannya.
Merasa kasihan, Joy akhirnya berhenti bermain - main dan kembali melakukan tugasnya dengan benar.
"Ahh... Ah~ Astaga, Soo!"
Tidak lama, Joy merasa jarinya dibanjiri cairan familiar Irene.
Dan dengan cekatan, Joy menuntun sang istri secara perlahan untuk mendudukkan diri di dalam bathup berisi air yang juga sedikit hangat sebab Ia tahu Irene tidak akan kuat berdiri lebih lama setelah kegiatan mereka.
"Kau baik - baik saja, 'kan, Hyun?
Seraya memposisikan diri secara hati - hati di belakang Irene, Joy kemudian menarik dua lengan atas Irene sehingga dia bersandar sepenuhnya ke badan Joy.
"Ya. Aku hanya sangat merindukanmu."
"All of sudden?"
"Kenapa? Tidak boleh?"
"Hahaha, aniya~ Hanya saja, ini menyenangkan."
Untuk beberapa waktu, suasana kembali hening dan hanya diisi oleh suara nafas yang berusaha mereka stabilkan. Lantas ketika keduanya merasa sudah nyaman dengan posisi masing - masing, Irene lebih dulu memecah kesunyian, mengundang hati Joy, merasa lebih hangat.
"Aku mencintaimu, Sooyoung. Jangan berubah, eoh?"
Mata sayu Irene langsung menutup begitu Ia merasakan Joy memeluk pinggangnya disusul menekan bibir tebalnya ke sisi kepala Irene.
"I love you, Bae Joohyun. Now and forever."
÷
Baca doa lagi gengs, di akhir :v
Regards
- C