Iya gaes. Let's just say I'm pervert and so whipped for JoyRene lmao
Sial, aku mendadak merasa berdosa banget wkwkwkwk. Aku baru sadar selama ini imajinasiku terlalu liar dan bertumbuh seiring waktu berjalan shit..😂😂
Well, aku perempuan dan aku 20 tahun, jadi maklum kan ya hehehe
Temenku bilang kalo umur2 segitu tu imajinasimu lagi dalam masa liar liarnya. So, just say "Yes, I'm understand."
Enjoy...⚠️Rate : 18++++++++++++++++⚠️
~💗💚~
Hari minggu selalu menjadi hari membingungkan karena Irene dan Joy akan merasa senang sebab kegiatan - kegiatan refreshing dari dunia kerja, namun juga kesal karena sadar bila esoknya mereka harus kembali ke keseharian. Maka tak heran jika Irene maupun Joy terduduk bersisian diatas kasur queen size mereka sambil memangku laptop masing - masing. Kacamata nan menggambarkan kekhasan mereka pun tak urung dilepaskan dari telinga.
Suara ketikan keyboard bersahut - sahutan mengisi keheningan kamar dan sesekali mereka berhenti kala mendengar rengekan pelan Joon nan tengah menggeliat dalam tidurnya, disusul saling menatap sebelum terkikik geli.
Terus berputar seperti itu.
Hingga pada satu titik mereka benar - benar mematung kala rengekan pelan Joon lebih panjang dari sebelum - sebelumnya, lalu sungguh berakhir menjadi tangisan keras.
Berbeda dengan Irene yang langsung melemparkan laptop ke sisi lain kasur diikuti gerakan menyibak selimut nan menutup pinggang sampai kaki, Joy justru mengendikkan dua bahu kemudian kembali fokus pada layar menyala di depan mata; tahu bahwa Irene yang paling ahli dalam menenangkan bayi mereka.
Baru saja Ia ingin memusatkan seluruh pandangan ke sinar di pangkuan, sesuatu mendadak menyentak kepalanya. Joy baru sadar bahwa Irene memakai gaun tidur pemberian ayah dan ibunya setelah keduanya menikah yang mana merupakan kain nan sukses memeluk badan Irene dengan menunjukan lekukan - lekukan tubuh rampingnya secara sempurna.
Kulit putih susunya terekspos begitu saja dibawah sinar rembulan nan menembus jendela bergorden abu - abu tipis. Bahkan dari belakang pun Irene masih tampak begitu menggoda bagi Joy sampai membuat Joy kesulitan menelan ludahnya sendiri.
Andwae. Besok hari senin. Tahan, Park Sooyoung.
Namun tampaknya malam ini Joy diprovokasi habis - habisan, ditambah garis tegas tubuh Irene saat sedikit membungkuk, mengambil Joon untuk diletakkan dalam gendongannya, menjadikan bayangan di otak Joy semakin liar.
Gelengan kepala kesekian kali yang merusak kerapian rambutnya pun tak cukup berhasil mengusir fantasi - fantasi nan malah berkembang dalam dirinya.
Menyerah. Joy menyerah.
Menyingkirkan laptop dari pangkuan sebagai langkah pertama, Joy kemudian berjalan sampai berhenti tepat di belakang Irene. Dilihatnya, ekspresi Joon sudah kembali seperti semula. Terlelap amat damai dan tenteram.
Joy mulai takut bila sebentar lagi Ia akan kembali mengusik ketenangan anaknya sendiri..
"Kau tahu, Hyun?"
"Hmm?"
Mengambil langkah dasar dengan menyelipkan dua tangan sampai sukses melingkar di perut sang istri, Irene kelihatannya masih belum mengerti dan terus melanjutkan kegiatan menimang Joon tanpa merasa terganggu akan kehadiran Joy. Ia mungkin juga tak terlalu mempedulikan suara serak Joy yang sebenarnya diakibatkan dari usaha menahan hasrat nan mulai terbangun di tubuh jangkungnya.
"Bajumu sangat berbahaya."
"Berbahaya?"
Irene memang bertanya. Namun begitu Joy memperjauh aksi dengan mengulum telinga Irene sambil menurunkan satu tali di pundaknya menggunakan gerakan slow–motion, Irene langsung paham apa artinya.
"Sooyoung, besok hari senin. Ditambah lagi, aku sedang menggendong Joon!!"
Jelas sekali terdapat nada memperingatkan di dalam kalimat Irene, tapi Joy seolah telah terselimuti nafsu hingga tak mau repot - repot mempedulikannya. Ia tetap menetapkan keinginannya bersama ciuman - ciuman nan dia hujankan di pundak Irene yang sudah terbuka.
"Soo, jangan gila! Joon bisa bangun lagi."
Irene benci disaat - saat seperti ini karena dia sendiri selalu terbawa suasana. Irene bisa merasakan tubuhnya semakin lemah kala Joy terus menyerang pundak serta lekukan leher bagian kirinya.
Menyadari resiko semakin besar, Irene lantas secara perlahan meletakkan kembali Joon ke tempat tidur bayi berpagar di depannya. Niat Irene sesungguhnya supaya Ia bisa mendorong Joy agar wanita itu berhenti. Tapi nyatanya begitu Joon sudah sepenuhnya lepas dari tangan, Irene dikejutkan dengan sambaran bibir Joy ketika Ia memutar tubuh; mengundang kedua tangan Irene mendarat di pundak figur yang lebih tinggi.
"Ngh~ Sooyoung, kau tidak boleh... t–tidak malam ini."
"Salahmu sendiri, siapa suruh memakai baju seperti ini."
Penampilan Irene telah benar - benar kacau dibawah permainan tangan Joy. Kakinya yang terseok mundur juga tak sekalipun menjadi halangan bagi si alpha yang terus mendorongnya pelan sampai menempel di dinding sambil terus mengecup singkat leher Irene beberapa kali.
"Soo, berhen—Yatuhan!"
Irene menekan dua bibirnya usai tanpa sadar memekik pelan sebagai reflek akibat Joy nan tiba - tiba mengangkat kedua pahanya hingga kini Ia bisa dikatakan berada dalam gendongan Joy. Matanya melirik pada bayi nan masih tampak tenang tanpa ada tanda - tanda akan terbangun.
Irene pun mendapati dirinya sendiri telah menyilangkan tangan di belakang tengkuk sang istri sebagai pegangan agar tak jatuh sementara Joy tampak tak bosan mengendus dan menghisap pelan dada atasnya; sebisa mungkin tak meninggalkan tanda.
"Ah—mmph.."
"Menyenangkan, bukan? Bercinta dengan tantangan tidak boleh bersuara. Sepertinya aku akan kecanduan dengan hal ini."
Irene tak menjawab.
Dia tidak bisa. Tidak disaat seluruh indranya hanya berpusat pada bibir kenyal Joy nan menjelajahi sekitar leher dan dadanya tanpa ada niatan berhenti sedikitpun.
"Sooyoung, ada J–joon... sepertinya aku tidak bisa."
"Well, aku tidak meminta ijinmu sedari awal."
Pengaturan nafas Irene berangsur kacau kala kedua tali gaunnya sukses terjatuh akibat paksaan Joy hingga kini berkumpul di sekitar pinggangnya; seolah membukakan gerbang bagi Joy agar bertindak lebih jauh. Nyatanya kini gadis jangkung tersebut langsung menyerang buah dada Irene tanpa ragu. Irene nampaknya mulai kehilangan akal dilihat dari bagaimana wanita mungil tersebut merapatkan tubuh mereka dengan menyilangkan dua kaki dibelakang Joy; mengunci posisi mereka.
"A–ah~ Soo, kau memang gila!"
Pikiran Irene telah sungguh melayang. Terambang di udara tanpa arah pasti, menjadikan kepalanya pening atas antisipasi dan hasrat yang mendenyutkan inti kewanitaannya dibawah sana. Dan memutar ulang memori dimana Ia selalu kalah bila hormon Joy sudah menggelora, pada akhirnya Irene mimilih mengalah saja.
"Fine! Kamar mandi. Kamar mandi, Soo! Jangan disini!"
"Got it, babe."
Tak peduli bila suara nafas terengah - engah ditemani rengekan mendesah menggema sampai ke sudut - sudut kamar mandi, malam ini mereka sungguh tidak ingin memikirkan esok hari.
Entah apakah Joy bisa menepati janji untuk tidak mengotori lehernya, Irene sedang tak bisa memikirkannya. Ia tidak ingin.
÷
Yang baca sampe bawah sini berarti juga liar xixixi 🙃🙃🤭🤭
Regards
- C