27. Heartbeat

376 48 12
                                    

÷

Pagi ini, bersama dentuman irama lagu Symphony yang dilantunkan oleh penyanyi bernama Zara Larsson nan memenuhi seluruh ruangan apartemen, aku melihat Sooyoung memangku satu kotak tisu bersama beberapa lembar nan telah bersebaran di sekitar sofa ruang tamu, dengan televisi menyala menemani tangisan berlebihan dari mulutnya.

Yatuhan, baru juga aku tinggal selama kurang lebih 20 menit untuk berbelanja kebutuhan harian di supermarket terdekat, dia sudah semakin liar daripada tadi pagi.

Tapi walaupun berisik bukan main, sedikit lucu melihatnya bersikap layaknya bayi hari ini. Tidak seperti biasa yang selalu ingin menjadi dominan dan tampak gagah ketika di depanku.

Setelah sedikit drama dua hari lalu diantara kami berdua, akhirnya hari itu pula kami dinyatakan cukup memenuhi syarat lantas memulai prosedur pertama yaitu mengambil beberapa sel telur dari milik Sooyoung untuk diletakkan di sebuah wadah agar dibuahi oleh sperma pendonor.

Kami berdebar.

Jelas.

Banyak sekali kasus bayi tabung yang gagal karena sel telur tidak dibuahi secara sempurna, dan dokter pun sudah memberi sedikit warning supaya kami siap kapan saja bila hal itu sampai terjadi. Meski pada dasarnya, seluruh prosedur merupakan proses menegangkan, tapi langkah pertama ini ternyata sangat mendebarkan, lebih dari yang kami bayangkan. Mungkin hal itu pula nan menjadikan Sooyoung lebih sensitif beberapa hari terakhir.

Lumayan aneh untuk mengatakan ini berhubung kami baru menunggu hasil pembuahan, belum sampai ke titik menantikan bayi lahir, namun barangkali cocok jika kami menyebutnya sebagai baby blues.

"Sooyoung, rapikan tisu - tisumu."

Aku tidak ingin terlalu menekannya. Kendati aku merasa sedikit kesal karena dia sama sekali tidak bergerak dari posisi walau tahu aku membawa dua plastik besar berisi belanjaan, tapi wajah polos mengkilap akibat air mata itu seolah mengangkat kekesalan. Aku justru ingin tertawa begitu keras mendengar suara - suara hidung khas orang menangis saat aku meletakkan semua barang di counter dapur.

"Diamlah, Hyun. Lagunya sangat emosional. Kenapa Zara membuat lagu dengan filosofi menyedihkan seperti ini?"

"Oh, come on. Hanya lagu. Lebih baik kau bantu aku menata ini semua."

"Huh, dasar kau makhluk datar tidak ber–emosi."

Auhh, kenapa dia sangat menggemaskan? Aku jadi ingin menyempilkannya ke pembuangan sampah belakang apartemen.

Just kidding, jangan mengadu.

Toh dia tetap bangkit sambil memunguti bekas - bekas tisunya.

Ewh, sejak kapan Sooyoung yang super duper higienis menjadi sejorok ini.

Oke, forget it.

Setelah merapikan segalanya, Sooyoung berakhir membantuku memasak. Yeri dan bilang mereka ingin berkunjung kemari setelah selesai dari kelas mereka.

Note : masih dengan volume musik nan sama kerasnya seperti di pasar malam.

"Sayang, bisakah kau mengecilkan suaranya? Please?"

"Okay, okay~"

Dia selalu seperti itu. Wajahnya berpura - pura merajuk padahal dia sebenarnya melakukan segala keinginanku dengan penuh ketulusan. Aku bisa tahu hanya dengan menatap mata gelap indahnya nan berkilap memantulkan cahaya dari jendela lebar jauh di depan kami.

Semua ini tidak akan terasa lengkap jika aku belum melakukan sesuatu nan pernah menjadi hal favoritku.

"Ugh, kau manis sekali hari ini~"

"Ouch, Aw!! Joohyun, stop! Nanti pipiku melebar!"

÷

Regards
- C

Serpentine 2 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang