÷
"Sosis, daging, moza, ra—"
"Tidak. Hematlah, Sooyoung."
"Aaaa~~ Hyunn~~"
Sial. Mempertahankan ekspresi agar tetap tegas saat Sooyoung disampingku menggelayuti lengan sambil bersikap manja? Tidak. Aku tidak bisa.
Tapi mungkin aku akan tetap seperti ini agar momen dimana Sooyoung mengerucutkan bibirnya, berlangsung sedikit lebih lama.
Maksudku, Ayolah. Ini sangat langka. Dia yang selalu berusaha menjadi dominan, bisa bersikap seperti anak kecil nan kehilangan mainannya. Sangat - sangat berharga.
Dan ya. Aku tidak akan berbohong. Aku selalu suka saat persediaan di rumah habis, karena Sooyoung selalu bersikeras ingin menemaniku ketika aku bersiap pergi ke supermarket terdekat.
Lalu hal ini terjadi. Selalu begitu.
But i like it tho.
"T i d a k."
"Ah, terserah."
Dia tidak meninggalkanku juga walau berucap seperti itu; tetap setia mengikuti di belakangku walau dengan wajah dikerutkan dan kedua tangan disilangkan di depan dada. Aku tahu dia tidak pernah tega meninggalkanku sendirian. Lagipula aku juga tidak ingin melewatkan fenomena 'Park Sooyoung yang merajuk' nan begitu jarang terjadi.
"Kak Joy?"
Yang ini sama sekali tidak kuduga.
"Rosé?"
Jadi dia. Mungkin sedikit mendempet pada Sooyoung bisa menjadi isyarat untuk membuatnya menyadari siapa aku.
"A—ah, m—maksudku, dokter Park. Dan Nyonya..."
Tampaknya dia sedikit terkejut melihatku; paham bila akulah yang dia ajak bicara hari itu tepat ketika aku menyeret diriku lebih dekat dengan Sooyoung. Katakan aku posesif, tapi gadis ini...
Damn! Dia terlihat begitu segar, cantik, bersinar, begitu... menarik.
Oke, bukan berarti aku tertarik padanya. Alu hanya takut jika ada orang lain yang menaruh mata di dirinya.
Iya! Iya, maksudku adalah Sooyoung!!
Bagaimana jika gadis itu membuat Sooyoung berpikir bahwa ternyata selama ini dia menutup mata dari dunia luas dan sadar bahwa ada banyak perempuan nan jauh diatasku? Bagaimana?
"Bae. Bae Irene."
"Y–ya. Nyonya Bae. Senang bisa bertemu dengan Anda."
Apakah aku harus menyambut uluran tangannya? Melihat bagaimana ramahnya dia saja sudah membuatku kesal. Yeah, mungkin segala ketakutan hanya merupakan bayangan kepalaku saja. But still, dia terlalu... mengancam. Bahkan tanpa dia melakukan apa - apa saja aku sudah gelisah bila Sooyoung memutar balik arah sewaktu - waktu.
"Aku juga."
"Kalau begitu saya duluan, Dokter Park, Nyonya Bae."
Sepeninggalnya gadis pirang itu, aku tahu Joy sudah memiliki kartu as nya ketika aku menangkap seringaian miring itu.
"Sosis, daging, perut babi, ra—"
Lihat. Nadanya bahkan berubah menjadi lebih memerintah daripada memohon seperti tadi.
"Hemat, Soo. Hemat."
Mengatakan itu saja, aku perlu menggigit bibir bawahku setelahnya; berharap bila ancaman Joy bukan—
"Oh? Baiklah."
"Okay, okay~ ish..."
Sudah kuduga. Kenapa aku tidak dapat lebih tegas sedikit lagi? Hanya karena Sooyoung melangkah ke jalur yang sama dengan gadis tadi mengarah saja bisa - bisanya membuatku kalah. Ini curang! Dia pasti akan terus menggunakan kelemahan ini untuk mendapatkan semuanya.
+÷+
"Kau benar - benar tidak ada apa - apa kan, Soo?"
"Yatuhan, Joohyun. Kalau ada, aku pasti akan langsung mengikuti dia daripada mengekorimu."
Lagi - lagi dia berada diatas. Pada akhirnya aku akan selalu menjadi pihak yang merengek. Walaupun aku suka cara dia menenangkanku dengan kata - kata serta tindakannya, namun ini tetap saja merusak harga diriku.
Aku sampai hafal. Setelah dia meletakkan beberapa barang di seat belakang mobil kami, dia akan menghadapku, menangkup wajahku dengan dua telapak besarnya, lantas menekan pipiku sambil menggoyangkannya ke kanan dan kiri.
Aku pun sebenarnya heran pada diriku sendiri. Aku kesal tapi tetap membiarkan dia melakukannya. Mungkin tanpa kusadari aku juga menginginkan perlakuan semacam ini.
"Bae Joohyun, tersayang. Kau ingin aku melakukan apa untuk membuatmu tidak cemas lagi, hmm?"
Kesempatan. Hehe...
Dia sepertinya paham ketika melihat aku sedikit memajukan bibirku.
Benar saja. Aku balik mengusap dua pipi berisinya sambil sedikit menariknya; berintensi memperdalam ciuman, bersamaan dengan tangan Sooyoung yang turun sampai perlahan aku merasakan dia mendorong punggungku agar lebih rapat padanya.
"Sudah tenang?"
"Jangan berani - beraninya kau menggunakan bibir ini untuk melakukan hal yang sama pada orang lain ya?! Awas saja!"
"Yaampun, sayang~ Kau memang yang paling menggemaskan."
÷
Regards
- C