÷
Tidak ada yang lebih membahagiakan dari hari ini. Selain karena hari ini adalah waktu pemeriksaan minggu ke–4 Irene dan Joy yang mana merupakan penentuan kapan mereka bisa melanjutkan prosedur selanjutnya, Joy pun juga baru menyadari bila hari ini merupakan hari jadi pernikahan mereka.
Tapi baru beberapa menit setelah Ia mengemudi dengan sangat bersemangat sembari tersenyum lebar - lebar, segalanya memudar hingga hilang kala dari kejauhan Ia melihat Irene keluar dari gerbang utama kampusnya bersama Seulgi nan tampak berusaha mengejar. Disaat seperti ini, biasanya Joy akan cemburu bukan main lalu merajuk pada Irene selama beberapa hari. Namun begitu mengamati lebih teliti, emosinya lebih terarah pada kemarahan daripada kecemburuan ketika Ia menangkap ekspresi terganggu Irene sekaligus gestur tangan yang seolah memerintahkan Seulgi untuk berhenti mengikutinya.
Sudah tidak peduli dengan konsekuensi, Joy turun dengan terburu dan menghentak, sampai akhirnya Ia berhasil mencengkeram pergelangan tangan Irene; menariknya mendekat, bahkan menyembunyikan tubuh mungil itu dibelakang tubuh gagahnya.
"What are you doing?"
"Joy, aku hanya—"
"Kau kira aku sudah baik - baik saja? Ani! Aku masih marah! Aku murka! Setelah semua, bisa - bisanya kau datang lagi tanpa sedikitpun keraguan!"
Joy bisa merasakan genggaman Irene mengerat di tangannya. Seakan memberi isyarat singkat bila dirinya agak ketakutan melihat Joy semarah ini.
"Jangan pernah ganggu kami lagi!"
Menekankan tiap kata yang keluar dari mulutnya, Joy berbalik lantas menggandeng Irene bersamanya, menuju mobil nan terparkir tak terlalu jauh dengan perasaan tak bisa didefinisikan.
÷
Menyusuri lorong rumah sakit bersisian dengan wanita jangkung menggenggam tangannya begitu erat, Irene tidak bisa berhenti menatap wajah tegang itu. Rahangnya tampak mengeras dan matanya terlihat begitu tegas, ditutupi kabut amarah.
Sejujurnya Irene bersyukur, Joy datang di saat yang sangat tepat sehingga Ia tak perlu berurusan dengan Seulgi lebih lama. Namun menyaksikan atmosfer nan timbul akibat kejadian tersebut, menjadikan Irene tak bisa menahan dirinya untuk menarik balik tangan Joy ke arah berbeda dari tujuan mereka; membawa istrinya ke sebuah sudut lorong sepi. Dan begitu Irene merasa bahwa mereka berdua sudah cukup jauh dari orang - orang, Irene langsung berbalik dan menarik wajah Joy tanpa aba - aba hanya untuk menciumnya dalam bersama lumatan - lumatan kecil.
Awalnya Irene kecewa sekaligus gelisah saat tak merasakan gerakan Joy sedikitpun. Joy bahkan tak ingin repot - repot membalas ciuman Irene. Namun ketika Joy akhirnya mengalah dengan melingkarkan lengan panjang di sekitar pinggang Irene sambil sedikit merendah agar Irene tak perlu berjinjit lagi, Irene sungguh dilegakan.
"Asal kau tahu saja, aku tidak marah padamu sama sekali, Hyun. Aku emosi karena kau tampak terusik oleh keberadaan Seulgi."
"Tapi ekspresimu begitu mengerikan, aku takut."
"Oh? Benarkah? Maaf jika aku membuatmu merasa begitu."
Untuk beberapa saat Irene hanya diselimuti kebingungan kala dirinya mendapati Joy menatapnya tepat di mata dengan senyuman tipis nan terkesan sangat tulus. Mereka terus bertatapan sampai Joy memajukan kepalanya untuk mengecup singkat dahi Irene, lantas menarik tubuh mungil itu kedalam dekapannya.
"Happy Wedding Anniversary, babe."
÷
Aku bingung kata2nya tapi aku pengen tetep update. Jadi apa adanya aja. Maaf yak hehe 🙏🏼😁
Regards
- C