÷
Hari ini berjalan seperti hari - hari lain. Memahirkan diri di ruang latihan dengan cermin lebar di depan mereka telah menjadi kebiasaan serta keharusan untuk setidaknya mendekati kesempurnaan.
Mungkin dengan Wendy nan menonton mereka sebab belum terlalu kuat mengikuti gerakan usai tragedi pahit di masa lalu, ada cukup semangat yang dipacu di diri keempat gadis lainnya.
Atau mungkin juga tidak.
Menjadi idol sama saja seperti menjatuhkan diri di lautan komentar manusia. Entah yang baik maupun yang buruk. Meski mental mereka dilatih selama bertahun - tahun, tetap pada kenyataannya tak ada nan bisa menebak seberapa kuat mereka menahannya.
Saat satu masalah selesai, konflik lain muncul. Akan begitu seterusnya dan mereka pun sepenuhnya sadar mengenai hal - hal semacam itu.
Namun Irene tetaplah satu pribadi nan perfeksionis dan ternyata overthinking telah diam - diam menjadi kultur kesehariannya.
Joy tahu. Dia selalu memantau apa yang tengah terjadi di masyarakat dan apa nan tengah menimpa anggota lainnya.
Seberapa keras Irene berusaha menyembunyikan suram hatinya, pada akhirnya suasana itu justru menjadi satu - satunya yang terpampang jelas di wajah leader grup tersebut.
Joy sendiri sebenarnya marah pada pelaku nan telah secara tak langsung mencemari nama baik Irene, maupun pada Irene sendiri sebab menyerahkan diri untuk meminta maaf karena bagi Joy, itu sungguh hanyalah sifat manusia yang tak bisa lepas dari kesalahan bukan?
Tapi mengingat lagi bila titik lemah orang - orang berbeda - beda, Joy mulai mengakui bila mungkin Irene juga ikut andil dalam luka batin si korban.
Dan amarahnya pada Irene berubah menjadi sebuah kebanggaan.
Still, sakit rasanya melihat Irene duduk di lantai memeluk lutut dengan pandangan kosong dikala mereka mengambil waktu break.
Menetapkan hati sambil memilih kata - kata yang paling tepat agar tak menyinggung perempuan mungil tersebut, Joy lantas duduk disisinya tanpa memberi jarak; merapatkan badannya sendiri selagi satu tangannya menyangga beban tubuh di belakang punggung Irene.
Well, member lain sudah tahu jika dia dan Irene saling menaruh hati. Jadi tak ada yang perlu disembunyikan, bukan?
"Eonnie, gwenchana? Kau bisa mengatakan pada manager oppa jika kau belum sanggup ta—"
"Aniya, aku baik - baik saja. Terima kasih sudah menanyakannya."
Sesaat melonjak agak terkejut, Irene melihat Joy tersenyum kecil selagi punggung tangan kirinya mengusap sudut dahi Irene nan cukup berkeringat. Mengundang yang lebih tua untuk ikut menunculkan lengkung bibirnya.